Bab 1 kecelakaan

2.1K 72 3
                                    

Tubuh Sara seakan lemas tanpa tulang saat dia menerima telpon dari rumah sakit kalau kedua orang tuanya mengalami kecelakaan dan sedang koma.

Padahal baru tadi pagi mereka masih bercengkrama.

Sara yang sedang kuliah pun langsung mengambil tasnya dan berlari keluar kelas.

"Ra, Sara lo mau kemana." Teriak Amel yang sedikit kaget melihat Sara yang berlari keluar.

"Dia kenapa, ko habis terima telpon langsung lari sih. Apa ada sesuatu yang terjadi ya?" Monolognya.

Sedangkan Sara dia terus saja berlari dengan air mata yang membasahi wajahnya. Dia tak perduli penghuni kampus menatap heran ke arahnya.

"Mah, Pah. Jangan tinggalin aku." Isaknya. Dia langsung masuk kedalam mobil dan meninggalkan kampus.

Sepanjang jalan air matanya tak berhenti menetes, begitu sesak.

Sara terus saja menambah kecepatan mobilnya agar cepat sampai ke rumah sakit.

Sesampainya di sana dia langsung menuju resepsionis.

"Maaf Sus yang korban kecelakaan diruangan mana ya?"

"Maaf dengan nama Siapa?"

"Ibrahim Salim." balas Sara.

"Ruangan melati no 4,lantai 3" Sahut suster.

"Terimakasih Sus." Sara langsung berlari menuju lift, dia ingin cepat-cepat sampai di ruangan orang tuanya.

Sara membuka ruangan yang suster terangkan tadi, Ruangan Melati No 4 lantai 3. Ruangan itu hanya terdengar suara mesin yang menunjang hidup kedua orang tuanya.

Mereka tidur dengan begitu nyenyak, Sara mengusap wajah Ayahnya yang begitu tenang.

"Ayah, Bukankah Ayah mau mengajak aku keliling dunia. Kenapa Ayah malah tidur disini." Sara memalingkan wajahnya sesudah mengucapkan itu. Hatinya begitu sakit melihat banyak alat yang terpasang di tubuh Ayahnya.

Jika bisa lebih baik dirinya, jangan Ayahnya.

Cinta pertamaku, hari ini hatiku hancur melihat kamu berbaring tak berdaya, sedangkan aku disini membutuhkan kamu di sampingmu.

Sara pun beranjak, dia menghampiri ibunya yang tak kalah mengenaskan bahkan alat yang terpasang di tubuh Ayahnya pun tak kalah banyak.

"Pahlawanku, kenapa kamu tidur. Apa kamu sudah bosan membacakan dongeng untukku." Sara yang di manja kedua orang tuanya begitu hancur karena kedua orang tuanya tak berdaya.

"Ibu, bangun. Sara butuh Ibu buat nguatin Sara. Sara gak bisa sendiri tanpa kalian, kalian harus sehat." Sara mengecup tangan ibunya.

***

Drtttt drtttt

Sara tersadar dari lamunannya saat hpnya berdering, siapakah gerangan yang menghubungi dia malam-malam begini.

"Hallo."

"Ra, lo kemana aja sih gue telpon susah banget dihubunginya?" Tanya Amel Khawatir di sebrang sana.

Sara yang masih menangis pun buru-buru mengusap air matanya seakan Sara tidak ingin Amel melihat menangis padahal mereka hanya telponan biasa.

"Ohh itu Mel, gue ada urusan." Bohong dengan suara senormal mungkin.

"Seriusan?"

"Iya Mel."

"Lo bikin jantung gue hampir copot tau gak, gue kira ada apa-apa sama om dan tante."

"Iya Mel, bener mereka kenapa-napa." Batinnya, dia belum bisa cerita berbagi sedihnya dengan Amel.

"Nggak ko Mel."

Married with Mr.Gay (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang