Bab 47

390 29 1
                                    

grep..

tangan Amel tertimpa tangan seseorang yang juga akan mengambil komik yang sama.

"Maaf Mas, saya duluan yang lihat." ucap Amel tanpa menoleh.

"Amel."

"Ari?"

"Apa kabar." sapa Ari. teman kuliah Amel.

"Baik. Kamu gimana?"

"Baik juga." sahutnya.

"Mamah mana komiknya." rengek Aydan membuat dua orang dewasa itu langsung menunduk.

Amel langsung mengambil komik yang tadi akan di ambilnya.

"Ehh kamu mau komik ini juga ya?" tanya Amel tak enak.

"Iya tapi gapapa deh, Ini anak kamu?" tanyanya sambil berjongkok menyetarakan tingginya dengan Aydan.

"Iya." sahutnya.

"Tampan sekali, ehh gimana ya kabar Gina pasti anaknya sudah besar ya." ucap Ari antusias.

"Sudah masuk SD." sahut Amel.

"Gak nyangka kalian bertiga udah nikah, tau-tau udah pada punya anak lagi, eh Mel si Gina udah nikah lagi? maaf bukan maksud aku, kan waktu di bandung dia tinggal dekat rumah."

"Dia rujuk lagi sama pak Rizal."

"Oh gitu ya." sahutnya.

"Ya sudah aku duluan ya, gak dapet komiknya juga. Salam buat suami kamu." ucap Ari sambil melenggang pergi.

Amel tersenyum kecut mendengar ucapan Ari lalu ke kasir membayar komik dan mereka pun kembali pulang.

****

Suara riuh karyawati pabrik yang sedang melaksanakan sholat di masjid begitu ramai saat seorang laki-laki dengan tubuh tegap dan wajah buleny memasuki musola bagian pria.

Laki-laki itu adalah Mike, bos mereka selama enam tahun ini. Laki-laki yang memutuskan menjadi mualaf setelah lima tahun menganalisa tentang islam sebelum menjadi mualaf.

Air wudhu membasahi wajah tampannya, banyak karyawati yang rela mengintip hanya ingin melihat Mike.

"Cakep banget ya, jarang banget liat bule lagi sholat."

"Bos tuh mualaf tau, katanya baru satu tahun ini."

"Oh ya, aduh tambah kesemsem aja nih."

"Iya bener, tapi udah nikah belum ya."

banyak sekali bisik-bisik orang yang sedang membicarakan Mike.

Sedangkan Mike, dia menadah tangannya setelah sholat, berdoa meminta ampun atas dosa di masa kelam.

Sudah enam tahun berlalu tapi rasa bersalah terus saja menghantuinya.

"Kenapa dia tak pernah menghubungku, Apa Amel tidak hamil." gumamnya sambil menatap sajadah yang di dudukinya.

Mike tersenyum kecut, lalu dia beranjak dari duduknya.

Mike kembali menuju ruang kerjanya, dia langsung membungkukkan tubuhnya saat melihat siapa yang ada di ruangannya.

"Selamat siang, Tuan."

"Siang Mike. Bagaimana, apa kamu betah tinggal di sini?"

"Cukup nyaman Tuan." sahutnya.

"Apa Anda ingin makan siang, Tuan?" tanyanya.

"Tidak, Aku sudah makan dengan klien." sahutnya.

"Oh baiklah Tuan."

Married with Mr.Gay (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang