Bab 32

514 34 0
                                    

Leon baru sampai dari kantornya, kegiatannya begitu banyak. Bahkan Leon langsung masuk ruang meeting, Mike sebagai asisten dengan sigap memberikan apapun yang Leon butuhkan.

"Silahkan." ucapnya menyuruh karyawannya untuk memulai meeting, Leon melihat seksama bagian produksi yang sedang menjelaskan produk baru yang akan mereka buat.

Mata Leon dengan fokus menatap layar di depannya, semua atasan di perusahaan semua ada di sana, dari mukai marketing, hrd, bagian ke uangan sekaligus. Mereka menjelaskan perkembangan, pemasukan dan pengeluaran perusahaan yang bergelut di berbagai bidang.

Tentu saja bekerja di pekerjaan pusat membuat mereka harus ekstra lembur.

"Tuan ada telpon." bisik Mike pada Leon.

"Angkat saja." sahutnya. Dia kembali fokus dengan Mike yang mengangkat telpon Leon.

Mike langsung berbisik pada Leon setelah menerima panggilan.

"Kau serius?" tanyanya.

"Iya Tuan."

Leon langsung merebut hpnya, jangan sampai istrinya tau lebih dulu karena Leon yakin Sara pasti syok.

Leon keluar meninggalkan ruang meeting membuat semua pegawainya menatap bingung.

"Meeting di tunda." ucap Mike ikut mengejar Leon.

"Kenapa gak di angkat sih." Leon begitu khawatir, apalagi sekarang Sara tak kunjung mengangkat telpon darinya.

Leon pun memutuskan menelpon rumah.

"Halo dengan Surti dari.. " belum sempat Surti menjelaskan, ucapanya terpotong begitu saja.

"Surti kamu lihat Sara ke kamar Saya."

"Hah!! iya Tuan." Surti yang bingung maksud tuannya pun langsung berlari.
Dia mengetuk pintu kamar Sara tapi tidak ada sahutan.

"Nyonya." Surti menempelkan telinganya tapi benar-benar tidak ada sahutnya sehingga Surti memutuskan untuk masuk.

"Ya Allah, Nyonya." pekiknya melihat Sara sudah tak sadarkan diri.

Sedangkan Leon, laki-laki itu mengendarai mobilnya dengan kecepatan maksimal.

Tak lama dia pun sudah sampai di rumah, Leon langsung menuju kamarnya. Ternyata Surti dan beberapa pembantu sedang membantu agar Sara sadar.

"Sayang." Leon langsung mendekati Sara yang masih pingsan.

Tak lama pun Sara membuka matanya, dia bingung begitu banyak orang di kamarnya dan tak lama pun dia ingat.

"Mas hiksss hiksss." Sara langsung memeluk Leon.

"Kamu yang sabar Ya."

***

Kini Aku hanya bisa menggenggam rindu, tak bisa lagi ku sapa namamu. Bahkan untuk bertemu aku hanya melihat lukisan kalbu.

Sara kini mengusap wajah cantik Ibunya, air mata tak berhenti terus saja membasahi wajahnya.

"Sayang." Sara menoleh ke arah Leon.

"Ibu cantik banget Mas, dia udah gak sakit lagi." ucapnya sambil tersenyum.

Luka yang paling sakit adalah Luka yang tak bisa di ungkapkan meskipun hati ingin menjerit sekali pun.

"Ibu cinta mati banget sama Ayah." kekehnya. Leon dapat melihat kalau Sara menahan air matanya agar tidak terjatuh.

"Aduh aku cengeng banget sih, nanti Ayah sama Ibu pasti marahin aku karena sudah besar masih cengeng." Sara mengusap air matanya yang terus saja terjatuh, Leon tak sanggup melihat Sara yang terluka dia memeluk istrinya.

Married with Mr.Gay (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang