Hari ini Zion bangun kesiangan karena semalam begadang untuk mengerjakan tugas kuliahnya. Jadi dia baru keluar dari kamar setelah matahari naik cukup tinggi.
Karena berpikir hanya ada Ella dan anak-anak mereka di rumah, Zion tidak mempedulikan penampilannya yang acak-acakan karena terlanjur lapar saat bangun.
"Hoam… Zel, aku la--"
Zion terkejut mendapati seseorang duduk di kursi meja makan sambil menggendong putri kecilnya, "B-bang Vano"
Sejujurnya Zion masih cukup takut kepada kakak iparnya yang satu itu. Dia merasa Vano belum benar-benar menerima dirinya sebagai suami Ella.
"Kamu baru bangun?" tanya Vano
"I-iya, Bang" jawab Zion gugup, dia takut salah menjawab
Bagaimana jika Vano menganggapnya tidak bertanggungjawab dan seenaknya sendiri hingga bangun cukup siang dan tidak membantu Ella mengurus Farrel dan Zila?
"Abang, mukanya jangan datar-datar gitu, Zion nya jadi takut" tegur Ella menghampiri meja makan untuk menaruh nasi dan lauk pauk mereka hari ini
"Kamu tau kan muka Abang selalu gini" balas Vano tak ingin disalahkan
"Ya tapi minimal kalau sama keluarganya Ella tuh Bang Vano senyum…" Ella menarik kedua sudut bibir Vano dengan tangannya agar membentuk sebuah senyuman
Vano akhirnya benar-benar tersenyum. Dia menggenggam satu tangan Ella yang masih ada di wajahnya, "Abang tau harusnya Abang nggak bilang ini tapi…"
"Abang belum bener-bener rela kamu jadi milik orang lain, La" pria itu memejamkan matanya dan setetes air matanya jatuh di atas tangan Ella
"Bang, maafin gue" sahut Zion merasa bersalah
Vano tersenyum dengan mata masih terpejam, "Seenggaknya Lo udah jagain Adek gue baik-baik dan bahkan ngebahagiain dia"
"Bang Vano bakal tetep jadi Abang kesayangannya Lala" ucap Ella memeluk tubuh kakaknya yang masih setia duduk memangku keponakannya
*#*
Setelah drama di pagi hari tadi, Ella akhirnya pergi ke rumah lamanya atas ajakan sang kakak, Vano.
Zila pergi bersama Ella sementara Farrel pergi ke kediaman orang tua Zion. Zion ditinggalkan sendirian di rumah karena dia memiliki jam kuliah setelah ini.
Sejujurnya Zion merasa kesal di dalam hatinya. Mengapa orang-orang di sekitarnya tidak bisa membiarkan dia dan keluarga kecilnya hidup bersama dengan tenang? Selalu saja ada yang memonopoli anggota keluarganya satu demi satu.
Hah… menyebalkan sekali.
Zion yang sudah selesai bersiap dan hanya sedang menunggu waktu untuk berangkat ke kampus pun duduk di sofa ruang tamu.
Krik krik
"Sepi banget gilak" ujarnya kesal saat rumahnya sangat sepi ketika hanya ada dia di sini
"Ya udahlah berangkat sekarang aja" katanya lagi sambil berdiri dan mengambil kunci sepeda motornya dan keluar rumah
Setibanya di kampus, Zion tidak langsung menuju ke kelasnya melainkan duduk di kursi dekat parkiran kendaraan. Dia cemberut karena mood nya jelek.
"Halo, papa Zion!" seru Brian tepat di samping telinga Zion hingga membuat laki-laki itu terkejut hingga hampir jatuh dari kursi
"Lo mau mati hah?!" sentak Zion teramat kesal
"Yaelah gitu doang masa' kaget sih? Ngelamunin apa Lo?" balas Brian lalu duduk di samping Zion
Zion yang masih kesal pun memutuskan untuk tidak memperpanjang masalah lagi dan kembali duduk bersandar sambil melipat kedua lengannya di dada, "Lo ada cara nggak gimana biar Ella mau kuliah tahun depan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Rapunzel
Teen Fiction"El" panggil Zion lembut sambil memegang salah satu tangannya "El, gue minta maaf buat semuanya. Gue mau tanggung jawab atas apa yang udah gue lakuin, dan ini bukti keseriusan gue buat tanggung jawab sama Lo. Please terima gue, nikah sama gue" pinta...