Zion baru saja membuka matanya yang terasa berat dan langsung mengedarkan pandangannya ke sekeliling kamar.
"Farrel?"
Farrel yang saat itu tengah menggambar di kamar Zion pun mendongak.
"Mama mana?" tanya Zion
"Mama ke sekolah, Pa. Nih ada surat dari Mama" Farrel berdiri lalu memberikan secarik kertas pada Zion
Maaf ya, Zi. Aku ninggalin kamu ke sekolah padahal kamu belum bener-bener sembuh. Aku ada ulangan harian hari ini, dan kata gurunya nggak ada ulangan susulan, jadi mau nggak mau aku harus masuk. Maaf…
Aku juga udah nyiapin sarapan sama obat di atas meja makan, dimakan ya. Love you
Zion hanya mengulas senyum tipis saat memikirkan apa yang ada dipikiran Ella sampai memberikan surat seperti ini padanya.
Padahal kan perempuan itu bisa mengirimkan pesan ke handphonenya. Mungkin tujuannya adalah agar Farrel mendapatkan peran di antara mereka berdua, pikir Zion.
"Kamu udah sarapan?" tanya Zion pada Farrel
"Udah, tadi sarapan sama Mama" jawab Farrel
"Yaudah Papa mau mandi dulu, kamu jangan kemana-mana ya"
Farrel hanya mengangguk-anggukkan kepalanya.
Zion pun memasuki kamar mandi dan keluar 10 menit kemudian dengan pakaian rumahannya.
"Gambar apa sih dari tadi?" tanya Zion saat masih mendapati Farrel berkutat dengan buku gambar dan pensil di tangannya
"Papa kepo deh" balas Farrel tanpa menoleh
Zion hanya geleng-geleng kepala lalu berlalu keluar kamar untuk mengambil obat dan sarapannya lalu membawanya ke kamar.
Laki-laki itu duduk di sofa dekat Farrel dan mulai memakan sarapannya.
"Kamu nggak mau makan lagi?" tawarnya pada sang putra
"Enggak"
Akhirnya Zion melanjutkan makannya sampai habis tak bersisa. Itu yang diajarkan oleh Papa nya sejak ia masih kecil. Usahakan untuk tidak menyisakan sedikitpun makanan di piring.
*#*
"Kamu nggak pa-pa? Capek?" tanya Zion pada Ella yang baru keluar dari ruangan ujiannya
"Berapa kali kamu nanyain hal yang sama, Zion?" ucap Ella gemas
Sejak diadakannya tryout dan ujian-ujian, Zion selalu saja menanyainya pertanyaan semacam itu.
"Ya aku kan kuatir sama kamu, aku nggak mau kamu sampai terlalu banyak pikiran"
"Aku nggak pa-pa kok, pulang yuk!" ajak Ella yang diangguki oleh Zion
Zion pun menggenggam tangan istrinya lalu menariknya pelan untuk ikut berjalan di sisinya.
Sementara itu, di balik sebuah dinding, seorang gadis berseragam putih abu-abu tengah mengepalkan tangannya erat.
"Shit! Kapan gue bisa hancurin mereka?!" monolognya
Dia mengambil handphonenya dari saku seragam lalu mulai menghubungi sebuah nomor.
"Ya?"
"Kapan kita bisa hancurin mereka? Aku udah nggak tahan liat mereka kayak gitu?! Aku pengen Ella sama bayinya itu mati!"
"Bersabarlah, kita akan segera memusnahkan dua penghalang itu begitu Zion mulai berkuliah, saat perempuan itu menjadi lebih sering sendiri tanpa pengawasan. Dan lagi, jangan keraskan suaramu, orang lain bisa saja mendengarnya"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Rapunzel
Roman pour Adolescents"El" panggil Zion lembut sambil memegang salah satu tangannya "El, gue minta maaf buat semuanya. Gue mau tanggung jawab atas apa yang udah gue lakuin, dan ini bukti keseriusan gue buat tanggung jawab sama Lo. Please terima gue, nikah sama gue" pinta...