Chocopie

1.5K 227 343
                                    

"Oi"

Axel mendongakkan kepalanya, kemudian ia melihat seseorang berdiri di sana dengan jaket hitam yang menutupi seragam putihnya.

Ia hanya mengangkat alisnya, malas bertanya.

"Gue boleh duduk?"

Axel menghela nafas, kemudian menyingkirkan tasnya agar lelaki itu bisa duduk. Tetap tidak menjawab.

"Gue Alan"

Setelah duduk, ia menyodorkan kepalan tangannya, sementara Axel menatapnya bingung.

"Emang masih zaman ya kenal-kenalan?" Cibirnya

Alan mengerdikkan bahunya "Ya apa salahnya kan, Axel Bagaskara?"

Axel mengerutkan dahi

"Tuh, buku catetan lo ada namanya" ucap Alan yang membaca isi kepala Axel "Ini tangan gue pegel btw..."

Axel mendecak, kemudian membalas kepalan tangan Alan "Dasar freak."

Alan tertawa pelan, sementara Axel langsung tidur lagi di lipatan tangannya.

"Lo kalo ke sekolah naik motor, Xel?" Tanya Alan yang hanya dijawab anggukan samar.

"Nebeng dong"

Axel menoleh dengan mata menyipit "Baru kenal aja udah nyusahin ya lo..."

"Ya seenggaknya lo jadi punya temen?"

"GUE PUNYA TEMEN."

"Mana?"

Axel bungkam, kemudian menatap sekelilingnya.

Iya juga...

Dia kan tidak punya teman, atau lebih tepatnya... Sudah tidak punya teman.

"Ya emang lo punya?!" Axel menjawab ketus

"Engga." Alan menggeleng "Makanya gue mau temenan sama lo. Udah deh, dua orang yang ga punya temen itu harusnya temenan aja!"

"Duo losers maksud lo?" Axel mendecak

Alan mengangguk "Tertarik ga? Daripada ga punya temen kan?"

"Terserah ah. Gue mau tidur! Jangan berisik!" Ucap Axel sebelum kembali tidur

Alan tersenyum miring, kemudian menggeleng dan menatap semua barang-barang Axel yang diberi nama lengkapnya itu.

Dan mulai dari sana, di mana ada Axel, di situ ada Alan.

***

Axel sangat menyukai Alan sebagai teman, karena menurutnya Alan adalah teman yang baik dan bisa diandalkan. Tetapi terlepas dari itu, ada satu hal yang membuat Axel merasa kesal sekaligus sedih.

Yakni fakta bahwa Alan belum mengandalkan dirinya sepenuhnya.

Alan suka sekali memendam perasaan, ia jarang terbuka dan memilih untuk diam setiap kali ia ditanya soal isi hatinya. Bahkan Axel pun yang sudah bertahun-tahun berteman dengan Alan masih sering kebingungan atas perasaan Alan.

Axel tau bahwa Alan punya penyakit yang mematikan saja ketika ia sedang menginap di rumah Alan dan menemukan dokumennya.

Dan di situ Axel merasa bahwa dirinya gagal menjadi seorang teman.

7 Warna 1 Asa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang