Putus

1.7K 250 300
                                    

"Lah, Bang!!! Ngapain disitu?!" Ucap Devin yang heboh saat melihat Ren duduk di salah satu bangku cafe.

Ren lebih kaget lagi melihat Devin mengenakan baju seragam karyawan cafe.

"Gue ada les. Lo ngapain di sini? Pake seragam lagi... Astagfirullahaladzim.... Lo sekarang miskin, Vin?" Ren menutup mulutnya--terkejut.

Devin mendecak sebal, kemudian ia menunjuk dirinya sendiri "Gue ini lagi latihan nyari nafkah!"

Ren mengerutkan dahinya "Nyari nafkah? Emang udah mau nikah?"

"Boro-boro, bang! Cherry aja ga mau sama gueeee"

Ren cuma bisa bersimpati karena jujur ia juga relate dengan masalah hidup Devin.

"Coba aja doa di sepertiga malam, Vin. Insyaallah manjur." Ucap Ren.

"Bang... Kalo beda server bisa terkabul juga emang?" Tanya Devin sambil memiringkan kepalanya.

Ren mengerjapkan matanya berulang kali "Kurang tau sih, ya intinya dibantu pake jalur langit aja, Vin. Cari cara halal."

Devin mendecak sebal "Udah mana gue ga religius kan..."

Ren tertawa di tempatnya duduk. Tak lama kemudian para kurcaci datang dan langsung membuat suasana yang sepi mendadak ramai.

Devin juga segera undur diri karena ia melihat anak dari pemilik cafe itu juga datang. Bahaya kalau dia keliatan ga ada kerjaan di sini.

"Loh? Kok cuma berlima? Jiel kemana..." Tanya Ren setelah menghitung jumlah anak muridnya.

"Tadi sih katanya dia mau ada urusan sama guru sebentar, kak. Mungkin telat?" Jawab Selena.

Ren mengangguk paham "Oke kalau gitu... Hari ini Fisika ya."

Ren mulai menjelaskan beberapa materi dengan sabar dan dengan cara yang mudah dipahami. Urusan ngajarin orang dia emang sabar, beda cerita kalau harus berhadapan sama manusia ngeselin.

Setelah beberapa saat, Azriel datang dan langsung duduk di sebelah Ren

"Maaf saya telat, kak" ucap Azriel sambil menatap Ren.

Ren mengangguk "Iya gapapa. Santai aja."

Azriel langsung buru-buru mengeluarkan buku dan bertanya pada Jihan soal materi apa saja yang tertinggal.

Ren sejujurnya sangat menyukai semangat belajar Jiel, tetapi ia juga merasa bahwa ada sesuatu dalam diri lelaki ini yang ia coba tutupi.

"Nomor satu jawabannya apa, Ris?" Tanya Ren pada Haris yang daritadi sibuk main handphone.

"Ng..." Haris menengok ke arah buku Eja "A, kak."

"Kenapa bisa A?"

Haris menggaruk belakang kepalanya, kemudian menyenggol lengan Eja "Kenapa bisa A?" Bisiknya.

"Kaga tau, di bukunya Vio A." Jawab Eja sambil berbisik juga.

Ren menggeleng heran "Ada yang bisa bantu Haris ga?"

"Saya kak." Jiel mengangkat tangannya.

"Emang lo udah ngerjain?"

"Udah kak. Baru selesai." Jawaban Jiel membuat Ren takjub sebenarnya.

"Oke. Coba jelasin ke temen-temennya" ucap Ren sambil menunjuk teman-teman Jiel dengan pulpennya.

"Jadi, ini diminta nyari suhu air setelah dicampur kan. Rumus-nya itu Q lepas sama dengan Q terima. Jadi massa air 2 dikali kalor jenis air, dikali T2 dikurang T campuran sama dengan... massa air 1 dikali kalor jenis air, dikali T campuran dikurang T1. Terus kita tinggal masukin aja angkanya. Karena T campuran itu belum diketahui, jadi kita bisa tulis jadi Tc aja. Setelah dimasukin angkanya, kita hitung. Dan akhirnya ketemu Tc sama dengan 20°C." Jelas Jiel panjang lebar.

7 Warna 1 Asa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang