Mark menatap pantulan dirinya di cermin, kemudian ia merasa ruangan yang ramai ini terasa sepi.
Hanya butuh beberapa menit lagi sampai ia resmi menjadi suami dari Yuri. Tetapi ia justru merasa bahwa pernikahan ini terasa tidak lengkap.
Iya.
Jujur ia sangat merindukan teman-temannya.
Ia mengirim undangan tentunya. Tetapi urusan mereka datang atau tidak, Mark juga tidak tau.
Setelah rambutnya selesai ditata, ia dipersilahkan untuk menjemput Yuri untuk berjalan ke depan altar. Gadis itu sangat cantik mengenakan dress berwarna putih dengan sentuhan biru langit yang sesuai dengan dasi yang Mark pakai.
Mark tersenyum, kemudian menggandeng tangan Yuri menuju pintu Gereja.
"Are you nervous?" Tanya Mark pelan
"... Kayaknya nervous-an lo ga sih?"
Mark tertawa pelan "Ga salah."
"Jangan salah sebut nama ya nanti"
Ucapan Yuri membuat Mark menoleh sejenak "Gue bisa dipenggal bokap lo kalau sampe salah sebut"
Yuri tertawa pelan, ternyata mengobrol kecil seperti ini bisa membuatnya sedikit mengurangi rasa gugupnya.
Pintu Gereja terbuka, pastor dan dua putra altar menyambut mereka di depan pintu. Ada prosesi pemberkatan calon mempelai, dan mereka mengikutinya dengan sepenuh hati.
Setelah selesai, mereka berjalan mengikuti pastor masuk ke dalam Gereja. Mark menatap sedikit orang yang datang karena memang bukan pesta besar-besaran.
Tetapi kehadiran seseorang membuat Mark sampai berhenti melangkah.
"... Kenapa?" Yuri mengerutkan dahi, kemudian ikut menoleh ke arah tatapan Mark.
Ada Gilang di sana, tidak bersama Gigi tetapi bersama kekasihnya.
Lelaki itu terlihat menatap Mark lurus, kemudian ia tersenyum tipis dan memberi kode agar Mark melanjutkan langkahnya.
Di saat itu, airmata Mark berkumpul di pelupuk matanya. Tidak ada yang lebih mengharukan ketimbang kehadiran Gilang ke tempat ini.
Pernikahan mereka berjalan dengan lancar sampai ke resepsinya, dari pagi hingga malam.
Semilir angin menerbangkan helaian rambut Gilang, ia menatap hamparan laut biru dan mentari yang seolah hampir ditelan malam.
Ia tersentak ketika sebuah tangan merangkulnya dari samping.
Dari sentuhannya saja ia sudah tau bahwa itu bukan Sofia.
"... Tamu udah kelar?" Tanya Gilang setengah bergumam.
Mark menoleh ke belakang sejenak, kemudian mengangguk samar "Udah... Sorry ya, jadi nunggu sampe malem gini."
"Siapa yang nungguin?" Gilang mengangkat alisnya "Ga usah ge-er ya, gue di sini gara-gara Sofia mau liat sunset."
Mark tersenyum miring "Okay... But it's glad that you're here..."
Ucapan Mark terdengar jelas, tapi Gilang memilih untuk tidak menjawab. Ia memutuskan untuk tetap menatap langit yang mulai gelap di hadapan matanya ini.
"Yang lain ga bisa ikut... Mereka nitip selamat doang—LAGIAN LO JUGA KENAPA NIKAH HARI SENEN SIH?" Gilang jadi sewot
Mark tertawa dengan omelan Gilang itu "Sengaja. Biar liat yang mana yang rela dateng meskipun weekdays"
Gilang memicingkan matanya "Gue nih bukannya gimana-gimana ya, gue dateng soalnya emang lagi ga ada kelas aja" ia kembali menyangkal
Mark terkekeh pelan "Iya iya, percaya"
KAMU SEDANG MEMBACA
7 Warna 1 Asa [END]
Fanficrainbow ; a combination of 7 different colors that came after the storm /// Mark-Gigi ; about selflove Ren-Nirmala ; about falling in love in all conditions Axel-Rindu ; about revenge Gilang-Sheryl ; about friend zone Dylan-Aretha ; about who stay...