Sofia membuka pintu apartemennya karena ia sudah tau siapa yang datang. Membaca pesan Gigi tadi, ia benar-benar khawatir dan bahkan berniat untuk menghampirinya ke kostan... Tapi Gigi kekeuh ingin menginap di apartemennya.
Saat membuka pintu, ia bisa melihat wajah Gigi yang sudah sembab. Seperti mayat hidup.
"... Are you okay, gurl?" Tanya Sofia yang membuat mata gadis di depannya ini kembali berair.
Sofia segera membawanya masuk dan mendudukkannya di sofa.
Gigi menggigit bibir bawahnya kuat, menahan tangis yang pastinya akan datang dengan skala besar.
"Beb... Kalau mau nangis, nangis aja tau..." Sofia menatap Gigi sedih.
Gadis itu langsung melepaskan tangisannya yang luar biasa terisak setelah Sofia mengatakan demikian.
"Kenapa dia jahat banget sama gue sih, Sof..."
Sofia segera memeluk Gigi dari samping. Ia mengusap kepala gadis itu dan ikut menangis juga karena ia tidak bisa melihat gadis paling kuat ini menangis.
"Gue udah tau gue bakal kalah sama Yuri dari awal... Tapi hati gue bener-bener sakit..." Gigi menggenggam erat lengan Sofia karena rasa sesak itu benar-benar mengganggu relung hatinya.
Sofia hanya terus mendengarkan karena ia tau Gigi tidak akan pernah suka diberitahu ini itu jika ia sedang sedih. Ia hanya butuh didengarkan. Kecuali jika gadis itu meminta pendapatnya.
"Hubungan kita tadi pagi tuh masih baik-baik aja loh, Sof... Bener-bener gue sama dia chattan sampai pulang kuliah... Terus tiba-tiba dia nelfon gue dan bilang dia ngehamilin Yuri... I... I just—How could he..."
Tidak akan ada yang bisa menggambarkan betapa hancurnya hati Gigi saat ini. Ia sudah tidak peduli kalaupun matanya akan sangat bengkak esok pagi. Ia benar-benar patah hati.
Sangat patah hati.
Karena mau bagaimanapun, Gigi memang sudah jatuh hati pada Mark teramat dalam.
"Lo tau betapa susahnya gue cinta sama diri gue sendiri kan? Dan gue mulai ngerasa dicintai lagi waktu sama Mark, tapi sekarang? Gimana caranya gue bisa ngehargain diri gue sendiri kalau gue bahkan ga punya orang yang bisa bikin gue merasa dicintai?" Tanya Gigi dengan nanar
"Banyak yang sayang sama lo, Gi.... Ga cuma dia." Ucap Sofia pelan "Ada gue, ada Gilang, ada temen-temen kostan lo... Kita sayang loh sama lo..."
Gigi hanya bisa memejamkan matanya dan memijat kepala karena menangis terus membuat kepalanya sakit.
"Sekarang gue mau bikinin lo teh anget, lo tunggu di sini... Jangan aneh-aneh" ucap Sofia sambil mengusap airmata Gigi.
Setelah gadis itu mengangguk, Sofia segera bangkit dari duduknya dan ingin pergi ke dapur, tapi langkahnya berhenti ketika seseorang membuka pintu apartemennya.
Cklek!
"Ayaaangg~~~ Aku nginep yah???" Gilang memunculkan wajahnya "Ari kamu teh udah pernah nyobain martabak mang Edo belom si? Aku bawain tadi pas di jalan, terus ini—"
Gilang yang tadinya hanya fokus menatap belanjaannya sambil masuk apartemen Sofia mendadak berhenti bicara ketika sang kekasih terlihat terkejut melihatnya.
"Kenapa sih? Kaget gitu mukanya?" Gilang mengangkat alisnya "Wah... Kamu kayak abis maling ayam..."
Sofia melirik ke arah ruang tamu, Gigi juga sudah pasrah saja sekarang.
"Astagfirullahaladzim!" Gilang memegang dadanya sendiri karena terkejut melihat Gigi.
Udah bajunya putih, mukanya pucet, hampir Gilang kabur.
KAMU SEDANG MEMBACA
7 Warna 1 Asa [END]
Fiksi Penggemarrainbow ; a combination of 7 different colors that came after the storm /// Mark-Gigi ; about selflove Ren-Nirmala ; about falling in love in all conditions Axel-Rindu ; about revenge Gilang-Sheryl ; about friend zone Dylan-Aretha ; about who stay...