The Last Mission [END]

1.8K 154 53
                                    

Flashback : on

"Gue cuma mau mati kalau itu bermanfaat buat orang lain."

Saat pertama kali mendengarnya, Naka berfikir hidup Alan sungguh lucu. Karena selama Naka hidup, ia tidak pernah berfikir ingin mati segala, atau bahkan harus menjadi manfaat untuk orang lain.

Hidup Naka selama ini hanya soal bisnis dan uang.

Tetapi bukan kali pertama Naka bertemu dengan sosok seperti Alan.

Ya.

Alan memang sangat mirip dengan Pram. Naka harus akui bahwa keduanya sama-sama punya hati yang baik dan selalu mendahulukan kepentingan orang lain, yang bagi Naka... Tentu saja itu menggelikan.

Alasan kenapa Naka ingin membantu Alan juga tidak lepas dari peran ayahnya, dan mobil Ferrari super mahal itu. Naka pernah sekali diselamatkan oleh Pram, dan sampai saat ini pria itu tidak pernah menerima balas budinya dalam bentuk apapun.

Dan melihat anaknya yang kesulitan, Naka tentu tidak punya pilihan lain selain menjadikan Alan sebagai kedok bukan?

Tetapi sepertinya misi balas budi Naka tidak bisa dikatakan mulus. Melihat Alan yang sekarat di pangkuannya membuat Naka merasakan sesuatu yang aneh.

Perasaan seperti takut akan kehilangan seseorang.

Sungguh.

Naka tidak pernah merasakan hal ini sebelumnya.

"Lan?! Alan?! Lo bisa denger gue ga?!" Naka menepuk-nepuk pipi Alan tetapi lelaki itu tidak merespon apapun, dengan langkah cepat Naka segera menggotong tubuhnya dan membawanya pergi dari sana.

Sebuah mobil sudah menunggu mereka, Naka memang menyiapkannya kalau-kalau anak buahnya ada yang terluka parah atau bahkan dirinya sendiri.

"He's dying." Ucap Naka pada rekannya yang merupakan dokter tanpa lisensi tapi tidak ada seorangpun mafia yang tidak mengenalnya.

"Give me some space."

Naka segera berpindah duduk dan membiarkan rekannya melakukan pertolongan untuk Alan. Mobil melaju cukup kencang, mengingat Naka harus segera menyembunyikan Alan di suatu tempat.

Naka
Pram, anak lo sekarat
Gue bawa dia ke tempat rahasia
- N

Naka tidak perlu tau balasan dari Pram, karena ia yakin lelaki itu tidak akan membalas tetapi ia juga yakin Pram bisa lari pontang-panting untuk menemui anaknya.

Tempat yang harus ia tuju itu memakan waktu dua jam, dan selama itu pula Alan terus berjuang dengan luka di perutnya.

Naka tidak percaya Tuhan, tetapi entah mengapa ia mulai berharap kepada sesuatu yang besar, yang sekiranya mampu menyelamatkan Alan.

"He needs surgery"

Tanpa berpikir panjang, Naka segera menyuruh anak buahnya untuk membawa Alan ke ruangan khusus dan mempercayakan lelaki itu di tangan para dokter gelap. Sementara dirinya cuma bisa terduduk di depan pintu ruangan sampai seseorang keluar dari sana.

Naka memejamkan matanya, tidak berdoa, tetapi ia mencoba mengosongkan pikirannya untuk berpikir positif.

Alan pasti selamat.

Suara langkah kaki yang familiar membuat Naka membuka matanya. Langkah yang tidak terburu-buru, tetapi setiap hentakannya tegas dan menimbulkan bunyi yang menggema. Sudah lama sekali sejak kali terakhir Naka mendengarnya.

7 Warna 1 Asa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang