Karena kejadian kemarin, Bian jadi demam tinggi.
Pastinya Ren sama Alan jadi yang paling khawatir soalnya adik kesayangan mereka harus apes ketemu setan. Bian kemana-mana juga ga berani sendirian, bahkan waktu semua orang pergi ke kampus, dia terpaksa dititipin ke Tante Farida dulu.
Tapi sekarang Bian harus balik ke kostan soalnya di sebelah rumahnya Tante Farida ada yang meninggal jadi dia ditinggal ngelayat.
Ya gimana Bian berani coba?
Mending pulang!
Waktu sampe di depan gerbang kostan, Bian liat motornya Gilang kemarin. Terus dia jadi inget soal Bang Jaya.
Akhirnya Bian tutup lagi gerbangnya, terus dia duduk di saung, berharap bakal ada orang lewat.
Tapi ya susah.
Kostan ini kan adanya di gang, jadi orang yang masuk ke sini udah pasti penghuni Kostan atau tamu yang mau dateng.
Siang-siang begini mau ada siapa coba?
Bian jadi heran, kenapa juga Bang Jaya gentayangin dia ya? Perasaan setiap beli cilor di situ dia selalu bayar! Bahkan dia juga ga pernah ngomongin kalau cilornya ga enak atau gimana...
Tapi kenapa Bian yang suci hatinya begini malah digentayangin coba?
Karena angin sepoi-sepoi, lama-lama Bian ngantuk juga.
Satu menit...
Dua menit...
Tiga menit...
Jantung Bian deg-degan lagi.
Gimana kalau pas dia buka mata ada Bang Jaya?!!
EH ADA BAYANGAN!
Bian memejamkan matanya semakin kuat.
Fiks ini Bang Jaya! FIKS!!!! - Bian menggerutu dalam hati
"WAAAAAA!!!!!!"
"AAA!!!!!"
Bian berteriak ketika ada yang memegang bahunya, tapi ternyata sosok itu ikut berteriak hingga Bian membuka mata.
"JANE?!"
"Lo kenapa teriak sih?! Ngagetin aja!"
Jantung Bian hampir ngegelinding ke tanah.
"Kirain Bang Jaya..." Bian memegangi dadanya, kepala Bian yang sudah sakit jadi makin sakit.
Jane menghela nafas "Astaga... Jangan bilang lo di sini gara-gara takut masuk ke dalem?"
Bian tidak menjawab karena malu.
"Ya udah, ayo gue temenin." Ucap Jane yang kasihan melihat Bian begini.
Bian akhirnya mengikuti Jane masuk ke dalam kostan dan berakhir di ruang tamu.
"Sana istirahat di kamar. Gue ga kemana-mana sampe kakak-kakak lo dateng" Ucap Jane.
"Janji?"
Jane mengangkat alisnya, takut salah dengar.
"Janji ga pergi?"
"Iya janjiiii. Udah sana tidur! Lo demam gitu..." ucap Jane.
Bian mengangguk, kemudian melangkah ke pintu kamarnya. Jane mengeluarkan laptop agar bisa mengerjakan tugas sambil menemani Bian di sana.
"Ummm... Jane..."
Jane menoleh "Kenapa? Butuh apa?"
"Engga... Makasih ya"
KAMU SEDANG MEMBACA
7 Warna 1 Asa [END]
Fiksi Penggemarrainbow ; a combination of 7 different colors that came after the storm /// Mark-Gigi ; about selflove Ren-Nirmala ; about falling in love in all conditions Axel-Rindu ; about revenge Gilang-Sheryl ; about friend zone Dylan-Aretha ; about who stay...