0 ≤ Love ≤ 100

1K 139 222
                                    

Dengan nafas ngos-ngosan Alan berlari di sepanjang koridor hingga ia masuk ke ruang UGD. Ia bahkan tak ragu menghalau orang-orang yang menghalangi jalannya.

Saat ia menemukan Rindu, ia tau bahwa Axel pasti ada di dekat sana.

"Lan—"

"Mana Axel?! Shit—are you okay...?"

Axel meringis sejenak, kemudian mengangguk samar. Lalu netranya teralih pada Rindu.

"Rin, aku boleh minta tolong beliin brownies sama susu pisang?" Ucap Axel yang membuat Rindu mengerutkan dahinya.

"Ya udah gue aja yang beli—"

Grep!

Axel menahan tangan Alan, kemudian menatapnya lurus seolah memberi kode.

"Okay... Itu aja?" Tanya Rindu yang sudah tau bahwa pasti Axel ingin berbicara berdua dengan Alan

Axel tersenyum "Iya, thank you ya."

Setelahnya Rindu pergi dan Alan segera menghela nafasnya.

"Siapa?" Tanya Alan datar, namun tegas di saat bersamaan.

Axel bergumam "He's back."

"I'll kill him—"

"Lan!" Axel kembali menahan tangan Alan "Ga bisa... Kita ga bisa nyentuh dia."

"Kenapa ga bisa?! Gue punya banyak bawahan yang bisa bikin dia mati saat ini juga kalau lo lupa!" Ucap Alan dengan rahang mengeras "Terus gue harus diem aja gitu ngeliat lo dipukulin sama dia?! Gimana kalau dia ngelakuin yang lebih buruk?! Gimana kalau dia ngapa-ngapain Aretha?!"

"... Tapi dia bakal bunuh nyokap gue kalau lo nyerang dia." Ucap Axel sambil menelan ludah dengan berat

Bahu Alan langsung turun, melihat Axel setakut ini bukanlah hal yang bisa ia lihat sebulan atau setahun sekali.

Alan menaruh tangannya di bahu Axel, kemudian ia duduk di sisinya.

"Terus... Kita harus apa? Gue ikutin semua mau lo." Ucap Alan pelan

"Gue gapapa dibunuh dia asal jangan mama, Lan..." Axel menunduk dan tubuhnya langsung bergetar hebat.

Alan memejamkan matanya kuat-kuat sebelum memeluk Axel dan mengusap-usap punggungnya.

"Gue ga akan biarin dia nyentuh lo ataupun mama lo... I swear." Ucap Alan mencoba menenangkan

Suara isakkan tertahan membuat Alan ikut merasa sesak. Tidak ada yang Alan lakukan selain terus mengusap punggung Axel sampai tangisan lelaki itu reda dengan sendirinya.

"Wah bahaya ini..."

Axel menatap Alan bingung, terlebih ketika Alan meraih dagunya dan memutar-mutar wajahnya seolah mencari sesuatu di wajahnya itu.

"Muka lo lecet... Ga bisa makan dong?" Tanya Alan yang membuat Axel mendecak sebal

"Monyet!"

"Pindah ke rumah gue aja lah, makanan selalu ada, tempat tidur luas, tempat gym ada, free WiFi juga ada!" Ucap Alan yang membuat Axel merotasikan bola mata.

"Terus Rindu gimana?"

"Ya ajak aja? Rumah gue terlalu luas kalau cuma buat gue sendiri... Aretha juga ga tau kapan bisa serumah" Alan mengerdikkan bahu

"Ga mau" Axel menggeleng

"Lah kenapa...? Gue kayak gini supaya lo aman, Xel. Tinggal di apartemen yang siapapun bisa masuk tuh bahaya banget tau! Udah lah... Pindah ke rumah gue aja ya? Ya ya ya?" Alan menaikturunkan alisnya

7 Warna 1 Asa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang