Bisa tebak berapa mantan Bian setelah putus dari Jane empat tahun lalu? Lima? Enam? Tujuh?
Jawabannya tidak ada.
Bukan karena Bian tidak berpacaran dengan siapa-siapa, tapi karena—
"Tuh kan bener ga abis" Bian tertawa ketika melihat gadis di depannya ini menyodorkan makanan sisanya pada Bian.
Gendhis dengan mulut penuh akhirnya menggeleng "Twernyatwa satwu pworsi bwanyak bwanget"
Bian menirukan bentuk bibir Gendhis seolah meledeknya "Owh gitwuu"
Gendhis yang kesal langsung menendang kaki Bian pelan "Ngeselin!"
Kekehan kecil terlontar dari mulut Bian. Ada euforia tersendiri jika mampu membuat Gendhis kesal padanya.
—bukan. Gendhis bukan pacar Bian, setidaknya bagi Gendhis hubungan mereka selama empat tahun ini sangat abu-abu.
Dibilang pacaran, ga pernah ada kata suka atau cinta dari mulut mereka. Tapi dibilang ga pacaran, makan bareng, main bareng, suka dianter-jemput, kontak dipinned.
Hhhh... Gendhis capek, tapi karena dia sesuka itu sama Bian, apa mau dikata?
Dan Gendhis juga bukan perempuan yang berani nembak duluan. Gapapa, katain aja dia cemen dan terlalu terpaku sama tradisi lama : cewek ga boleh nembak duluan
Yang pasti gengsi Gendhis itu gede banget.
Tapi yang paling aneh adalah kalau Bian mau pergi sama perempuan lain, dia pasti izin ke Gendhis. TAPI KAN GENDHIS BUKAN SIAPA-SIAPANYA??? Kira-kira Gendhis selalu memikirkan hal itu tiap malam.
Meskipun rasa bingung selalu menghantui, Gendhis tidak akan sudi meminta penjelasan. Ia malah dengan berlapang dada menyatakan bahwa mereka ini sedang terjebak di suatu bentuk relasi yang dikenal sebagai hubungan tanpa status
Hubungan paling ga jelas di dunia ini menurut Gendhis karena apa-apaan itu hubungan tanpa status? Emang sesusah apa sih orang tinggal bilang suka sama suka?
Tapi ya di sinilah dia sekarang, berada di suatu ruang hampa yang belum tau ujungnya kemana.
"Loh loh ini kenapa lagi tangannya?" Tanya Bian sambil menarik jari telunjuk Gendhis yang terbalut plester.
"... Hehe"
Tatapan Bian menatap lurus mata gadis itu "... Dhis?"
Sialan.
Gendhis paling tidak suka saat Bian menyebutkan namanya tanpa gelar kehormatan seperti dulu lagi. Karena rasanya ia seperti ingin minta dipacari.
"Iya ga sengaja" Gendhis menarik tangannya agar tidak terus dipegang oleh Bian.
Lelaki itu menghela nafas "Bola stress dari gue ga dipake ya?"
"Ribet tau kalo stress nyariin bola—"
"Ya daripada lo lampiasin ke ngopekin kuku, mending ke bola stress kan?" Bian mengangkat alisnya "Please deh, sayang dikit gitu sama diri sendiri..."
"Ga bisa lo aja kah?"
Bian mengangkat alisnya "Hng?"
"Nevermind." Gendhis buru-buru membuang muka karena ia panik kata-kata itu keluar sendiri dari mulutnya.
Bian dengar.
Sangat jelas kalau boleh jujur.
Tapi Bian memilih untuk pura-pura tidak mendengar hal itu. Iya, dia brengsek dan dia sadar. Lalu apa yang harus ia lakukan di saat dirinya sadar bahwa ia takut menyakiti perempuan lagi?
KAMU SEDANG MEMBACA
7 Warna 1 Asa [END]
Fanfictionrainbow ; a combination of 7 different colors that came after the storm /// Mark-Gigi ; about selflove Ren-Nirmala ; about falling in love in all conditions Axel-Rindu ; about revenge Gilang-Sheryl ; about friend zone Dylan-Aretha ; about who stay...