Cimol

1.1K 167 357
                                    

Yuri menyandarkan dirinya di ambang pintu, menatap Mark yang tengah fokus dengan laptopnya. Sudah seminggu lebih Yuri dan Mark resmi menyandang status sebagai suami istri.

Tidak banyak yang berubah selain mereka tinggal satu atap dan tidur di satu ranjang yang sama. Mark tetaplah Mark. Tetap menjadi pribadi yang perhatian dan selalu menomorsatukan dirinya di atas segalanya.

"Gue masak pasta tuh... Lo ga mau makan dulu?" Tanya Yuri

Mark dengan tatapan yang masih fokus dengan laptopnya menjawab "what did i say about using lo-gue setelah nikah?"

Setelah mengatakan demikian, Mark menoleh dan membuat Yuri mati kutu dibuatnya. Ya... Bukannya apa-apa sih, tapi aura Mark waktu udah jadi suami tuh kayak lebih gimana ya...

Berkarisma (?)

"Sorry, kebiasaan" Yuri meringis "Jadi kamu mau makan ga?"

"Nanti dulu deh, nanggung banget" Mark menghela nafas

"Ya udah aku juga nanti" Yuri mengerdikkan bahunya

"Lah kenapa?"

"Males makan sendiri..."

Karena jawaban itu, Mark segera bangkit dari duduknya dan menghampiri Yuri "Okay, ayo makan. Kamu belum makan dari sore kan?"

Yuri menggeleng samar. Setelahnya mengikuti Mark yang berjalan lebih dulu ke dapur.

"Eummmm" Mark menatap pasta di depannya dan reflek tersenyum sambil melirik Yuri "Wanginya enak"

"Rasanya belum tentu"

"Come on, satu dunia harus mengakui kalau istri aku jago masak!" Mark terkekeh, setelahnya dia mengambil satu piring pasta dan memberikannya untuk Yuri, tetapi wanita itu menggeleng.

"Ga mau banyak-banyak... Mual" Ucap Yuri dengan wajahnya yang terlihat enggan.

"Ya udah nanti kalau ga abis kasih ke aku" ucap Mark sebelum mengusap kepala Yuri dan menyuruhnya duduk.

Yuri duduk di meja makan dan menunggu Mark untuk duduk di sebelahnya. Mereka makan bersama dengan Mark yang selalu memuji kemampuan memasak Yuri meskipun tidak seberapa itu.

"Papa bilang mau bantuin keuangan kita sampai kamu lulus kuliah... Aku ngikut keputusan kamu aja sih" ucap Yuri yang memulai obrolan mereka malam itu.

Mark menatap Yuri dalam diam "... Maaf ya"

"Kok maaf?"

"Maaf belum bisa jadi suami yang layak buat kamu" Mark mengalihkan tatapannya pada pasta di depannya. Kemudian helaan nafas berat keluar dari mulut lelaki itu.

Yuri menggenggam tangan Mark, membuat dia menatapnya. Setelah itu Yuri tersenyum menenangkan.

"Aku emang harus jujur dan bilang kalau kamu belum bisa nyari nafkah sendiri untuk kita. Tapi itu bukan berarti kamu gagal jadi suami aku kok" Yuri mengerdikkan bahunya "Lagipula... Aku kan masih anak perempuannya papa. Dia pasti ngelakuin apapun buat bikin hidupku lancar"

"Tapi aku ga enak sama papa kamu... Kesannya aku cuma asal nikahin kamu."

"Kan emang iya???" Yuri tertawa, membuat Mark ikut tertawa.

"Well, emang tidak direncanakan, tapi ga sepenuhnya ngasal."

Yuri kemudian mengingat sesuatu yang terlintas tatkala ia menatap mata Mark. Sesuatu yang membuat tidurnya tidak pernah tenang setelah menikahi lelaki ini.

"... Aku mau ketemu Gigi deh. Boleh ga?" Tanya Yuri pelan

Mark langsung diam seribu bahasa

"Aku cuma ngerasa harus minta maaf secara benar ke dia. Karena mau gimanapun... Aku ini perusak hubungan kalian—"

7 Warna 1 Asa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang