Part 2

22.6K 1.9K 194
                                    

Binar meregangkan otot-ototnya. Perempuan itu tidur lagi setelah makan siang tadi. Perjalanan dari Jakarta ke Bandung kemaren siang ternyata meninggalkan rasa lelah pada tubuh Binar hingga hari ini. Tapi itu bisa juga terjadi karena Binar menggunakan waktunya semalam penuh untuk membersihkan kamar yang sudah tidak dilihatnya selama 4 tahun itu. Kamarnya juga sama sekali tidak berubah. Masih sama seperti terakhir kali dia menginjakkan kaki di lantai kamarnya itu.

Kalau dipikir-pikir memang tidak ada yang berubah dari 4 tahun pertualangannya ke Jakarta. Semua masih terlihat sama seperti sebelum-sebelumnya. Tapi itu hanya pada sesuatu yang kasat mata, tidak dengan ketangguhan jiwanya. Fisiknya boleh saja masih sama seperti pertama kali dia meninggalkan Bandung tapi kalau ditanya soal psikis. Dia beribu kali lebih kuat sekarang ini. Binar melirik pada layar ponsel. Sudah jam 16.33 WIB.

Binar beranjak dari kasur. Perempuan itu berjalan mendekati jendela lalu membuka tirainya lebar-lebar. Matanya memicing menatap tepat ke arah jendela di seberang sana. Di kamar itu dia pernah dimaki-maki dengan kata kasar, diteriaki pelacur dan diancam ingin dibunuh. Di kamar itu dia juga ditampar kuat hingga rahangnya tak bisa merasakan apapun. Di situ juga tubuhnya dibenturkan hingga punggung dan dadanya terasa remuk. Binar menutup kembali tirai itu rapat-rapat. Malas mengingat masa lalu.

Tapi daripada penderitaan yang dialaminya ketika dia menempati kamar di seberang jendelanya itu, di kamar yang sedang dipijakinya sekarang ini Binar mendapat perlakuan yang lebih tak manusiawi. Dia diteriaki, dimaki, dipukuli, dan dilecehkan hingga dia hampir mati. Ini konyol, tapi faktanya Binar diperkosa di rumah sendiri tepatnya di kamarnya sendiri. Seandainya waktu itu dia berlari ke jalan sambil meneriaki bahwa pria itu telah memperlakukannya bak binatang maka orang akan kembali mencemoohnya dengan mengatakan bahwa dia adalah ayam yang membuka pintu kandang saat ada musang yang mengetuk di luar.

Masalahnya pria itu sama sekali tidak terlihat seperti musang. Bak pepatah, dia adalah serigala berbulu domba. Atau pria itu memang ayam yang memangsa ayam lainnya. Intinya Binar tidak pernah berada di situasi dimana dia merasa terancam dengan kehadiran pria itu. Pria itu telah bersamanya tidak dalam hitungan hari melainkan hitungan tahun. 17 tahun, bukan waktu yang singkat untuk membuatnya mempercayai pria itu hingga ke akar-akarnya. Binar sudah menghabiskan 17 tahun mendapat kebaikan tetangganya itu pada dirinya. Siapa yang akan menyangka bahwa tiga hari setelah meniup lilin dengan angka 18 nya Binar akan mendapat perlakuan yang 180 derajat berbeda. Dia mendapat perlakuan buruk itu hanya 7 bulan saja. Waktu yang singkat jika dibandingkan tempo waktu 17 tahun yang dilewatinya dengan perlakuan istimewa. Tapi apa bisa terbayangkan jika dia hidup dalam tempo singkat itu bak menginjak lantai neraka. Binar tak pernah mati untuk terus merasakan sakit yang sama.

Tapi semua itu adalah masa lalu. Binar sudah menghabiskan waktu yang lama untuk berlarut-larut dalam kejadian itu. Dia tidak ingin menambah lagi walau hanya satu detik pun. Binar mengambil handuk lalu bergegas ke kamar mandi. Membersihkan tubuhnya dengan cepat sebelum memakai pakaiannya tak kalah cepat juga. Dipolesnya sedikit makeup pada wajahnya. Dia akan menemui tetangganya itu. Oh tidak, pria itu masih berstatus sebagai suaminya. Tapi Binar lebih suka menyebutnya pemerkosa.

Binar harus tampil dengan penampilan terbaiknya. Dia ingin menunjukkan bahwa dia memilih jalan yang benar. Binar ingin menunjukkan kalau dalam keegoisan yang tercipta diantara mereka dia adalah pemenangnya. Tidak boleh ada cela sedikit pun pada dirinya. Dia harus menunjukkan bahwa dia dapat hidup seribu kali lebih baik tanpa pria itu. Jika dirinya masih terlihat menyedihkan maka akan sia-sia saja jasad anaknya yang tertimbun tanah itu.

Merasa tampilannya sudah sempurna, Binar menarik salah satu kopernya lalu turun ke bawah. Di pintu kamar bagian luar Binar menemukan selembar stiky note menempel di sana. 'kakak, aku minta maaf. Aku tidak bermaksud mengatakan hal seperti itu. Jika kakak tidak mau memaafkan ku, kakak bisa menjambak rambutku hingga gundul.' pada bagian bawah pesan itu ada tanda panah yang mengarah ke bawah. Sepotong coklat berukuran besar berada di sana. Binar mengambilnya lalu berteriak, "Aku akan menjambakmu hingga gundul setelah aku pulang nanti, Mirna!"

Become Magister Or Become MotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang