Tayangan di layar televisi terus berganti dari siaran yang satu ke siaran lainnya. Athaya terus memencet tombol pada remot di tangannya. Bosan dengan tayangan-tayangan yang ditawarkan oleh stasiun televisi.
"Yang ini lucu kan?" Binar menunjukkan layar ponselnya pada Nanda. Pria itu hanya mengangguk saja. "Bagusan mana sama yang ini?"
"Semua bagus." Nanda mengangguk lagi. Pria itu bahkan sama sekali tidak melirik ke layar ponsel yang ditunjukkan Binar. Ini sudah ke sekian kalinya Binar menunjukkan berbagai case hp pada dirinya. Euforia handphone baru, Binar sepertinya benar-benar senang setelah mengganti ponselnya seminggu yang lalu. Perempuan itu terlihat sangat antusias. Binar hampir tidak pernah lepas dengan ponselnya itu. Perempuan itu juga sangat bersemangat membeli segala aksesoris untuk ponsel barunya. Kemarin perempuan itu membeli 4 case hp, malam ini sepertinya mau beli lagi.
"Ayah di kulkas masih ada puding?"
"Ada. Kamu mau?"
"Iya." Athaya yang tadinya duduk di pangkuan Nanda langsung pindah duduk di atas karpet tebal.
"Abang mau ambil puding untuk Athaya." Nanda mencoba bangkit namun tubuhnya ditahan oleh Binar.
"Sekalian ambil es krim ya." Binar ikut menitip. Malam ini cukup panas, sepertinya memakan makanan dingin itu bisa menghilangkan rasa gerah.
"Oke." Nanda mengiyakan. "Ya udah kamu pindah dulu." Nanda masih mencoba menyingkirkan tubuh Binar yang menempel di punggungnya.
"Es krimnya yang,"
"Rasa coklat. Itu enak banget. Perpaduan susu dan coklatnya kerasa banget. Tekstur yang lembut dari lelehan coklat pasti pas banget di lidah kamu. Apalagi ditambah taburan kacang almond yang renyah, eummm yummy banget." Nanda langsung memotong sebelum Binar menyelesaikan perkataannya.
"Nggak, aku gak,"
"kamu mau Cornetto Black & White, Cornetto Strawberry Vanilla, Cornetto Disc Chocolate, Cornetto Oreo, Cornetto Silverqueen, Cornetto Black, dan Cornetto Love Daifuku, love match-A, atau love love,"
"Love you. Aku mau es krim mochi yang kemaren kita beli."
Nanda meringis. "Yang lain gak mau?" Tawar Nanda. Sia-sia saja Nanda membuat iklan eskrim sedemikian rupa agar Binar tertarik untuk memakan eskrim lain selain eskrim mochi itu.
"Nggak."
"Kalau kamu suka eskrim itu, besok Abang akan beli yang banyak. Abang kirain kamu gak suka jadi,"
Binar mengernyit, penasaran dengan lanjutan kalimat gantung Nanda. "Jadi?"
"Jadi Abang habisin. Abang gak tau. Abang pikir kamu gak mau karena biasanya kamu suka Magnum. Abang minta maaf. Besok Abang beli lagi yang banyak."
"Makasih. Aku maunya malam ini bukan besok!" Binar melilitkan kakinya pada perut Nanda lalu menarik pria itu hingga jatuh ke atasnya.
"Dek lepas!" Nanda memukul-mukul tangan Binar yang memeluk lehernya erat. Perempuan itu sepertinya memang berniat meremukkan tulang lehernya karena telah menghabisi eskrim.
"Kenapa Abang habisin eun? Kenapa?"
"Pritttttt prittttt...pegulat dengan baju warna pink telah menjatuhkan pegulat dengan baju warna, baju ayah warna apa bunda?" Athaya naik ke atas perut ayahnya.
"Dark grey."
"Iya pegulat pink telah menjatuhkan pegulat da...da apa tadi? Oh iya iya aku ingat. Iya pegulat pink telah menjatuhkan pegulat dakge. Mati kita lihat apakah pegulat dakge bisa memberi perlawanan atau memilih menyerah." Athaya bersorak heboh di atas perut ayahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Become Magister Or Become Mother
Random⚠️Kalau berkenan kalian bisa baca Broken Touch dulu ya guys biar lebih nyambung. Kecewa karena tidak lulus tes fisik saat mendaftar sebagai CPNS kejaksaan membuat Binar nekat pulang ke rumah orangtuanya. Empat tahun lebih menghindari masa lalu buruk...