part 41

6.5K 595 96
                                    

Binar menghela napas panjang, matanya masih setia terpaku pada Athaya yang sedang berdiri di atas sebuah kursi. Anak itu sedang mencuci piring dan Binar sendiri sama sekali tidak punya inisiatif untuk membantu. Dia bukannya tidak mau membantu Athaya, hanya saja seluruh tubuhnya terasa sulit digerakkan, terasa lelah dan letih.

"Telepon aja kalau bunda kangen." Athaya membilas piring terakhir lalu mengeringkan tangannya dan menyeret kembali kursi yang tadi digunakannya ke meja makan. Wastafel tempat cuci piring memang sedikit lebih tinggi, itulah alasan Athaya menggunakan kursi untuk memudahkannya mencuci piring.

"Terimakasih kamu udah bantu bunda." Ucap Binar sepenuh hati. Sebenarnya dia memang harus berterimakasih banyak pada Athaya karena hari ini anak itu sudah bekerja keras membantunya mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Tidak, lebih tepatnya Athaya yang mengerjakan sedangkan dia hanya memantau sambil terus menguap dan mengangguk karena terkantuk-kantuk.

"Telepon ayah," Athaya memperjelas maksud ucapannya.

"Bentar lagi kamu ke rumah nenek ya, kamu makan di sana. Hari ini bunda juga gak sanggup masak." Binar segera mengalihkan pembicaraan.

"Iya." Athaya mengangguk lalu menatap bundanya, "telepon,"

"Bunda gak nafsu makan hari ini jadi kamu gak usah bawa pulang makanannya untuk bunda. Oh iya kamu makan di sana, ya...biar kita gak usah cuci piring."

"Iya bunda, iya, aku akan makan di sana." Ucap Athaya penuh penekanan. Sejak 3 hari yang lalu dia memang selalu disuruh mengemis sekotak nasi lengkap dengan lauk pauknya ke rumah neneknya. Pagi, siang dan sore, Athaya pasti akan muncul di depan rumah Suwardi dengan membawa kotak bekal.

Ini sudah hari keempat Binar tidak memasak, begitu pula dengan pekerjaan rumah yang lainnya, tidak ada satupun yang disentuh Binar. Dan dari penampakan bundanya yang berambut acak-acakan dan masih memakai baju tidur yang sama dengan yang dikenakannya pada hari Senin yang lalu, Athaya cukup yakin kalau bundanya pasti tidak mandi-mandi. Dan jika dihitung Senin, selasa, Rabu dan hari ini sudah hari Kamis maka dapat disimpulkan bahwa bundanya sudah tidak mandi selama 3 hari. Athaya bergidik jijik, bisa-bisanya dia tidur dengan orang yang tubuhnya tidak menyentuh air selama 3 hari. Bundanya luar biasa karena bisa tahan tidak mandi selama 3 hari sedangkan dirinya sudah merasa gerah dan lengket sana sini walaupun melewatkan satu kali jadwal mandi, tapi bisa jadi bundanya memang tidak merasa lengket dan kegerahan, toh perempuan itu hanya menghabiskan waktu seharian penuh untuk bersantai di ruang ber-AC, tanpa sekalipun membuat gerakan yang berarti selain melangkah terseret-seret dari satu ruangan ke ruangan lainnya.

"Bunda, telepon ayah dong." Rengek Athaya.

Binar berdecak lalu mengeluarkan ponselnya dari saku baju, "baru juga ditinggal 3 hari udah kangen." Gumam Binar penuh ejekan, entah untuk siapa.

"Siapa? Bunda gak tuh?" Cibir Athaya sambil melempar tatapan penuh ejekan pada bundanya. Athaya memang merindukan ayahnya, tapi dia yakin ada orang lain yang lebih merindukan sang kepala keluarga daripada dirinya, dan Athaya tidak akan menuding orang lain selain perempuan yang sedang duduk berseberangan di depannya. "Bunda kangen ayah, kan? Jujur aja." Seharusnya Athaya tidak perlu bertanya, dia sudah tahu betul jawabannya tanpa perlu menebak.

"Cihhh, mungkin bunda baru akan kangen sama ayah kalau ayah ninggalin kita bertahun-tahun, tapi untuk...ukhuk...eukhem..." Binar berdehem setelah tersedak dengan omongannya sendiri yang penuh dusta itu.

Binar sepenuhnya menyangkal tuduhan yang dilemparkan Athaya, dia sama sekali tidak merindukan Nanda, hanya saja dia tidak bisa berbohong kalau dia ingin Nanda segera pulang. Binar punya banyak alasan untuk itu, yang pertama dia sedang hamil besar dan dia butuh sosok Nanda untuk senantiasa memperhatikan kondisinya. Selain itu dia dan Athaya hanya tinggal berdua di rumah, jelas itu cukup mengkhawatirkan jika mengingat ada banyak bahaya yang bisa menimpa mereka sedangkan mereka tidak memiliki seorang pun di rumah yang bisa melindungi mereka. Dia dan Athaya pasti tidak akan bisa melakukan banyak hal jika ada orang jahat yang bermaksud mencelakai mereka.

Become Magister Or Become MotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang