"Rumahku yang sebelah kanan, mas." Binar menunjukkan rumahnya pada Arya. Pria itu langsung menepikan mobilnya sebelum berhenti di depan pagar rumah Binar.
"Rumah kita ternyata dekat juga ya, Bi."
"Iya, mas."
"Kalau mau berangkat kerja nanti bareng aku aja."
Binar mengernyit. Berusaha tidak salah paham dengan maksud dari perkataan Arya. Tidak mungkin kan pria itu sedang menawarkan jasa antar jemput pada dirinya.
"Kamu bisa pergi dan pulang kantor sama aku."
"Gapapa kok, aku pergi sendiri aja." Binar tidak ingin merepotkan mantan kakak tingkat sekaligus mantan gebetannya itu. Jarak antara rumahnya dengan rumah Arya tidak sedekat yang pria itu katakan. Jaraknya hampir sejauh 5 kilometer ditambah pula arahnya yang berlawanan, dengan jarak sejauh itu jelas Binar akan merasa tidak enak hati kalau harus diantar jemput setiap hari. lagian dia juga harus mengantar dan menjemput Athaya ke sekolah. Jadi sama sekali bukan pilihan yang tepat kalau dirinya menerima tawaran Arya.
"Ya sudah kalau begitu. Jangan segan-segan kalau kamu mau minta dijemput atau diantar pulang."
"Iya, mas." Binar menjangkau pintu mobil. "Sekali lagi makasih ya mas untuk makan malamnya. Maaf udah repotin." Binar mendorong pintu mobil hingga terbuka.
"Kok kamu jadi canggung gitu sih, kayak sama siapa aja. Santai aja kek dulu."
"Maklum udah lama gak ketemu, mas." Kekeh Binar. Kalau dipikir-pikir dia memang sedikit canggung malam ini. Belum pernah dia sekikuk ini saat berinteraksi dengan Arya. Bahkan tidak setelah dia menolak pria itu di masa lalu. Dia masih bisa bersikap santai setelah mengatakan kalau dia tidak ingin berpacaran dengan Arya padahal mereka sudah melakukan kencan berkali-kali. "Aku masuk dulu ya, mas." Binar keluar dari mobil.
"Gak perlu diantar sampai pintu?" Arya mencondongkan tubuhnya ke arah pintu mobil yang masih dipegang oleh Binar.
"Eh ga usah, mas. Makasih ya mas."
"Kalau begitu aku pamit dulu, ya."
"Iya, hati-hati di jalan."
Binar menyunggingkan senyumnya saat Arya melemparkan senyum perpisahan. Tak berapa lama pria itu menurunkan kaca mobil sambil melambaikan tangan. Binar masih berdiri di sana hingga mobil Arya menjauh meninggalkan rumahnya.
Setelah mobil Arya menghilang dari pandangan, Binar kembali menyebrangi jalan untuk kembali ke rumah Nanda.
"Ya Tuhan!" Binar hampir saja memekik saat mendekati pagar rumah suaminya itu. Perempuan itu mungkin akan berlari terbirit-birit pulang ke rumahnya jika tidak segera mengenali kalau seonggok makhluk mengerikan di balik pagar itu adalah suaminya.
"Masuk!" Nanda menarik pintu pagar hingga terbuka. Mempersilahkan Binar masuk.
Binar sama sekali tidak bergerak dari posisinya. perempuan itu hanya menatap ke arah Nanda yang masih berjongkok di depan pagar. Jemarinya dengan santai memasukkan rokok ke mulut sebelum menghembuskan asap nikotin itu hingga membentuk kepulan di udara.
Nanda menghisap rokoknya sekali lagi sebelum menekan puntung rokok itu pada batako hingga bara rokoknya mati.
"Ayo masuk. udah malam, jangan di luar lagi." Nanda meraih tangan Binar lalu menuntun perempuan itu masuk.
"Ngapain duduk di situ?" Binar baru membuka suara saat mereka sudah berdiri di depan pintu. Tangannya masih dalam genggaman Nanda.
"Nungguin kamu pulang." Nanda hanya melirik Binar sekilas sebelum membuka pintu dan menarik Binar memasuki rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Become Magister Or Become Mother
De Todo⚠️Kalau berkenan kalian bisa baca Broken Touch dulu ya guys biar lebih nyambung. Kecewa karena tidak lulus tes fisik saat mendaftar sebagai CPNS kejaksaan membuat Binar nekat pulang ke rumah orangtuanya. Empat tahun lebih menghindari masa lalu buruk...