Binar merapikan poninya lalu membuka pintu di depannya. Perempuan itu langsung masuk tanpa perlu permisi atau memencet bel. Dia memang sudah mengirimkan pesan pada Nanda agar membuka kunci pintu pagi-pagi karena dia akan datang. Setelah masuk Binar langsung saja melangkah menuju lantai atas. Mengetuk pintu kamar Nanda sekali sebelum masuk dan menghampiri tempat tidur. Baik suami maupun anaknya masih tergeletak dalam keadaan terlelap. Binar ingin tertawa saat melihat posisi tidur ke dua orang itu yang sama sekali tidak berbeda. Baik Nanda maupun Athaya, keduanya sama-sama tidur dengan posisi meringkuk.
"Abang!" Binar mengguncang bahu Nanda cukup kuat.
"Eh kamu udah datang?" Tanya pria itu dengan mata setengah terbuka.
"Belum. Abang lagi mimpi." Jawab Binar ketus. Sebal dengan basa basi yang dilontarkan Nanda yang menanyakan keberadaannya padahal saat ini dia sudah berdiri di depan pria itu.
"Eum." Pria itu hanya bergumam lalu menarik Binar hingga jatuh telungkup ke atas tubuhnya. Memeluk tubuh perempuan itu erat. Rasa hangat dan aroma yang menguar dari tubuh perempuan itu membuat Nanda tidak ingin melepaskannya.
Binar menggeliat berusaha melepaskan diri dari pelukan Nanda. "Abang, lepas. Akh..." Binar terhenyak saat beban berat menimpa tubuhnya. Organ-organ dalam tubuhnya serasa ingin melesak keluar saat Athaya menjatuhkan diri ke atas punggungnya. Kini posisi keluarga kecil itu saling tindih menindih.
"Athaya, bangun sayang!" Ujar Binar karena tidak sanggup lagi menanggung beban tubuh Athaya di atas tubuhnya.
"Biarin aja gini. Biar kak Binar gak kemana-mana. Di sini terus sama kami." Athaya semakin mempererat pelukannya.
"Bangun kalian. Ini udah hampir jam 7 nanti kalian terlambat." Omel Binar.
"Bentar lagi bunda. Ayah masih ngantuk." Nanda memeluk tubuh Binar dan Athaya.
"Abang juga. Tadi udah bangun malah tidur lagi. Mandi sana!" Binar mendorong tubuh Nanda. Tidak ada yang peduli dengan omelan Binar. Kedua laki-laki yang menghimpitnya itu hanya menggeliat dan mempererat pelukan pada tubuhnya. Kalau begini terus tubuhnya bisa gepeng karena tergencet diantara tubuh Nanda dan Athaya.
"Abang, dada aku sakit." Rengek Binar. Tak mendapat respon apapun Binar nekat menggigit dada Nanda hingga pria itu memekik. Nanda berusaha mendorong kepala Binar agar melepaskan gigitan pada dadanya.
"Kenapa?" Athaya sedikit mengangkat kepala. Berusaha mengetahui apa yang terjadi. Naasnya posisi wajahnya yang berada di atas kepala Binar membuat kepala Binar langsung menghantam mukanya ketika Nanda mendorong kepala perempuan itu sedikit keras. Athaya langsung menangis dengan suara kencang saat merasakan sakit di bibir dan hidungnya. Anak itu langsung bangkit dari punggung Binar dan menangis sekencang mungkin.
"Kamu, tuh!" Kata Nanda sambil mendorong tubuh Binar lalu bangkit dan membawa tubuh Athaya dalam pelukannya. "Gapapa gapapa. Sini ayah tiupin biar sembuh." Nanda menenangkan Athaya sambil meniup wajah anaknya itu.
"Kak Binar mukul aku." Isak Athaya sambil menunjuk ke arah Binar dengan sengit.
"Kok aku?" Binar tidak terima. "Ayah yang dorong kepala bunda." Sangkalnya lagi.
"Ayah jahat!" Athaya memukul dada ayahnya lalu melompat ke pangkuan Binar. Memeluk ibunya erat.
"Iya salah ayah. Maaf!" Kata Nanda. Pria itu memeluk tubuh anak dan istrinya. Tangannya mencubit paha Binar. "Rasain!" Lirihnya saat perempuan itu meringis.
"Ayah yang mandi duluan." Nanda turun dari tempat tidur lalu menarik handuknya sebelum memasuki kamar mandi. Binar menatap kepergian pria itu dengan tatapan menghujam. Masih kesal karena Nanda mencubitnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Become Magister Or Become Mother
Random⚠️Kalau berkenan kalian bisa baca Broken Touch dulu ya guys biar lebih nyambung. Kecewa karena tidak lulus tes fisik saat mendaftar sebagai CPNS kejaksaan membuat Binar nekat pulang ke rumah orangtuanya. Empat tahun lebih menghindari masa lalu buruk...