Part 29

12.1K 996 178
                                    

Binar dan Athaya duduk di atas tempat tidur. Dari kerutan di wajah terlihat sekali kalau perasaan kedua orang berbeda usia itu sedang dalam keadaan tidak baik-baik saja. Pandangan mereka lurus ke arah yang sama, menatap Nanda yang berdiri tidak jauh dari mereka.

"Kenapa aku gak boleh ikut?" Athaya membuka suara.

"Tanya ayah! Bunda juga gak mau ikut."

"Ayah!" Athaya memanggil ayahnya. Sayangnya pria itu sama sekali tidak memberikan respon. "Kenapa aku gak boleh ikut?" Athaya bertanya sekali lagi. Kali ini dengan suara yang lebih keras.

"Kami pulangnya telat. Kamu gak boleh tidur larut malam."

"Alasan!" Gumam Athaya dengan suara kecil agar Nanda tidak mendengarnya.

"Alasan?" Nanda terkekeh. Mulut anaknya memang luar biasa. "Kamu memang gak boleh ikut. Alasannya banyak. Kamu gak boleh tidur larut malam walaupun besok Minggu, itu gak baik untuk kesehatan kamu. Kamu juga harus jaga Oma di rumah. Kami juga akan pergi ke tempat yang cuma didatangi orang tua, nanti kamu malu karena cuma kamu yang anak-anak. Terus,"

"Kenapa bunda boleh ikut? Bunda kan masih kecil juga. Kenapa ayah gak pergi dengan Oma aja, kalian kan sama-sama tua." Perkataan Athaya langsung membuat kedua orangtuanya kesal. Nanda tidak suka dikatakan tua apalagi kalau ketuaannya disamakan dengan mamanya sendiri. Pria itu merasa belum setua itu. Sedangkan Binar, perempuan itu jelas berkali-kali lipat lebih kesal. Dia memang sudah biasa mendengar sebutan itu untuknya. Tapi ini anaknya yang mengatakan, dia jadi bingung sendiri. Kalau di kata Athaya saja dia terlihat seperti anak-anak lalu bagaimana di mata orang lain. Sebenarnya dia harus seperti apa sih untuk menjadi dewasa?

"Kamu gak boleh ikut. Ayah cuma mau jalan berdua sama bunda. Kamu gak boleh ganggu."

"Aku gak ganggu kalian."

"Pokoknya kalau kamu ikut, ayah dan bunda gak ikut. Ambil kunci mobil di laci itu. Kamu nyetir sendiri aja."

"Aku gak butuh mobil murahan itu!"

Nanda terjengit. Mobil yang harganya milyaran itu dibilang murahan? "Orang yang cuma punya sepeda dengan harga 1 juta gak boleh songong."

"Emangnya mobil ayah harganya berapa?"

"5 milyar. Kamu tahu gak 5 milyar itu berapa? 5000 juta. Ayah bisa beli 5000 sepeda dengan harga segitu. Jadi kamu gak boleh lebih sombong dari ayah."

"Gitu aja sombong. Ingat di atas mobil masih ada helikopter, di atas helikopter masih ada pesawat, di atas pesawat masih ada langit, di atas langit masih ada langit lagi. Di atas langit lagi ada apa lagi, ayah?"

"Ga tau. Ayah belum pernah naik ke langit. Ada bunda kamu mungkin di sana. Soalnya bunda kamu susah dijangkau, sok tinggi banget."

Binar duduk dengan muka terlipat cemberut sambil memandang ke arah Nanda yang sedang menyisir rambutnya di depan cermin. "Aku gak mau pergi." Ucapnya ketus.

"Kenapa?" Nanda menyudahi kegiatannya lalu berjalan mendekati Athaya dan Binar. dari kemarin hingga tadi sore perempuan itu terlihat sangat antusias. Entah setan apa yang merasuki istrinya hingga tidak mau pergi setelah mereka bersiap-siap dan tinggal jalan saja.

"Aku gak suka baju ini."

"Kenapa?"

"Pokoknya aku gak suka."

Nanda maju selangkah. Telunjuknya mengangkat dagu Binar hingga mata mereka beradu. "Apa abang maksa kamu beli yang itu?"

Baju yang sedang Binar kenakan adalah pilihan perempuan itu sendiri. Nanda membebaskan Binar memilih baju manapun yang dia sukai untuk dipakai malam ini. Sama sekali tidak ada paksaan dari Nanda. Binar memilihnya sendiri. Nanda sempat beberapa kali menawarkan Binar untuk berkeliling dulu sebelum memutuskan membeli baju itu. Tapi Binar tetap ngotot membeli baju yang telah dipilihnya.

Become Magister Or Become MotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang