Part 38

10.3K 789 81
                                    

Binar membuka matanya saat mendengar dering ponselnya berbunyi beberapa kali. Perempuan itu langsung berdecak sebal saat menemukan nama Nanda di layar ponselnya.

"Apa?" Ketus Binar setelah mengangkat panggilan dari suaminya itu.

"Dek bawaain minum ke belakang, ya. Abang haus." Suara Nanda terdengar di sana.

Binar segera memutuskan panggilan sebelum Nanda membuat lebih banyak permintaan. Binar bangkit dengan malas-malasan dari posisi tidurnya. Tiduran di atas karpet yang tidak terlalu tebal membuat punggungnya sedikit kebas. Binar butuh waktu sejenak untuk meregangkan otot-ototnya. Merasa tubuhnya sudah lumayan enak, Binar beranjak dari ruang keluarga menuju dapur.

Perempuan itu menapaki lantai dengan tangan menopang bagian belakang pinggangnya. Cara berjalan seperti ini terasa cukup nyaman walaupun orang lain akan melihatnya berjalan terseok-seok seperti membawa beban berat. Tapi pada kenyataannya dia memang memiliki masalah gangguan otot saat sedang hamil. Tidak hanya pada kehamilannya kali ini tapi dulu di saat hamil untuk Athaya begitu juga. Kehamilan membuat sistem tubuhnya berjalan layaknya lansia uzur tanpa daya. Tubuhnya selalu keok walaupun dia tidak melakukan apa-apa. Namun Binar juga tidak menyanggah bahwa hamil anak Nanda juga terlalu berat untuk dirinya.

Binar mukanya bermaksud memberikan air mineral saja buat Nanda namun mengingat pria itu sepertinya telah melakukan pekerjaan yang berat maka Binar berbaik hati membuatkan segelas es teh. Siapa tahu minuman dingin itu bisa mengurangi rasa lelah pada suaminya.

Nanda berencana memperbaiki tatanan halaman belakang. Athaya sering menghabiskan waktu di sana karena area itu adalah tempat yang sejuk. Oleh karenanya Nanda ingin membuat tempat itu menjadi tempat yang nyaman untuk tempat bermain Athaya.

Binar membuka pintu belakang lalu kembali lagi ke dapur dan mengambil sebuah baki berisi 2 gelas es teh. Setelahnya dia segera keluar menuju halaman belakang. Perempuan itu meletakkan baki itu di atas meja beton yang ada di samping ayunan.

Binar memperhatikan sekitar. Area halaman belakang kini terlihat lebih luas daripada sebelumnya karena Nanda telah memindahkan semua tanaman hias milik mamanya ke sisi tembok pembatas. Lahan yang kini sudah kosong itu terlihat lebih leluasa. Nanda juga telah memangkas beberapa cabang pohon agar terlihat lebih rapi.

Tak jauh berbeda dari rumahnya, halaman belakang rumah suaminya itu juga memiliki lahan yang lebih luas dari halaman depan. Jika di halaman belakang rumahnya Binar hanya bisa menemukan sebatang pohon belimbing maka di rumah Nanda halaman belakang ditanami 3 pohon mangga yang berjejer rapi di sisi pagar tembok lengkap dengan berbagai bunga hias milik mertuanya yang kini sudah diatur sedemikian rupa oleh Nanda agar tidak berserakan di tengah halaman.

Binar sempat membantu Nanda membersihkan halaman itu tadi namun langsung harus kembali beristirahat setelah menyapu setengah halaman. Nanda sebenarnya sama sekali tidak meminta bantuan pada dirinya namun Binar kasihan juga apabila Nanda membersihkan halaman itu sendirian. Itu pasti akan sangat melelahkan. Binar padahal sudah menyuruh nanda meminta bantuan tukang kebun saja namun pria itu menolaknya. Nanda bersikeras bisa melakukannya sendiri.

"Bang! Minum dulu." Teriak Binar sambil mendongak ke atas pohon mangga yang berada tak jauh dari tempatnya berdiri.

"Iya." Nanda balas berteriak di atas pohon.

Binar berjalan mendekati pohon mangga itu. Matanya langsung berotasi kala melihat Nanda duduk santai di salah satu dahan pohon. Bukan main bergayanya pria itu dengan golok di tangan kanan dan sebatang rokok yang tinggal setengah di tangan kiri. Pria itu menghentak goloknya memotong dahan pohon hingga dahan itu jatuh ke tanah. Setelahnya pria itu mulai turun dengan menapaki satu persatu dahan yang saling berdekatan sebelum melompat ke tanah.

Become Magister Or Become MotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang