Part 44

7.8K 741 196
                                    

Binar menuruni tangga dengan senandung kecil di bibirnya. Berbeda dengan tingkahnya yang terlihat ceria, ada bengkak besar di matang. Terlihat sekali kalau perempuan itu pasti telah menghabiskan banyak waktu untuk mengosongkan kantung air matanya. Bersikap ceria seharian di depan Athaya lalu menangis terisak saat anak itu telah tertidur adalah rutinitas barunya.

Senandung yang mengiringi langkah Binar terhenti begitu dia sampai di depan pintu dapur. Tubuhnya tidak berani bergerak dan membuat kebisingan sedikitpun saat menemukan Nanda sedang mengaduk kopi dengan kepala tersandar pada sandaran kursi. Mata pria itu terpejam erat, tapi dari tangan yang terus mengaduk pelan isi cangkir, dia tahu kalau pria itu pasti tidak tidur.

Mata Binar lurus menatap ke arah Nanda. Rasanya dia ingin ke sana, duduk di samping Nanda dan melihat pria itu lebih dekat. Rasanya senang sekali ketika pria itu berada di rumah, walaupun ketakutan lebih mendominasi dengan sikap Nanda yang selalu mengambil jarak dengannya. Binar takut Nanda akan semakin jauh hingga dia tidak bisa lagi menggapainya.

"Siapkan makan malamnya."

Binar tergagap, tidak menduga jika Nanda menyadari kehadirannya. Entah sejak kapan pria itu sadar bahwa dirinya berada di sana, tapi pasti akan sangat memalukan jika Nanda tahu bahwa dirinya terus memperhatikan pria itu.

Binar tidak menjawab apapun, hanya berdiri mematung sambil memperhatikan pergerakan Nanda. Pria itu bangkit dari kursi, meraih gelas kopinya yang masih mengepulkan uap hangat, lalu bergegas meninggalkan dapur dari sisi tubuhnya yang masih berdiri di ambang pintu. Binar baru tersadar ketika aroma tubuh Nanda menghilang dari indera penciumannya.

Jujur saja, Binar masih menyimpan rindu yang begitu besar pada suaminya. Rindu yang baru diakui Binar tepat setelah Nanda tiba di rumah setelah perjalanan dinas Nanda berakhir. Rindu yang bukan berasal dari anak di perutnya, melainkan dari dirinya sendiri. Dia baru menyadari itu saat Nanda muncul di pintu depan, memeluk dan mencium Athaya, mengecup perutnya penuh rasa sayang tapi alpa menunjukkan bentuk rindu pada dirinya. Tidak ada bentuk interaksi apapun yang menunjukkan bahwa Nanda merindukan dirinya, tidak ada pelukan, tidak ada kecupan di dahi, bahkan sama sekali tidak ada sapaan setelah lama tak berjumpa sementara Binar sangat menginginkan hal itu. Dari sana dia yakin bahwa dirinya memang merindukan pria itu walaupun dia tidak yakin Nanda memiliki rasa yang sama. Hal itu membuat Binar merasa sedih berhari-hari.

Tidak ingin terlalu larut dalam beban pikirannya, Binar berjalan memasuki dapur, memeriksa apa saja yang dibawa pulang oleh Nanda. Binar mengeluarkan semua makanan itu dari kemasan plastik dan Styrofoam lalu menghangatkan beberapa di antaranya. Sambilan menunggu, Binar mulai menyiapkan berbagai peralatan makan. Dia sedikit ragu saat menambah satu piring lagi di atas meja namun sedetik kemudian dia memilih tidak memikirkan apapun. Lebih baik menyiapkan saja, ikut makan malam bersama atau tidak itu terserah Nanda.

Setelah makan malam siap dihidangkan di atas meja, Binar duduk menunggu Athaya dan Nanda sambil menumpukan kepala pada permukaan meja. Kepalanya terus mencoba memikirkan banyak hal tentang ketegangan yang terjadi antara dirinya dan Nanda, tapi walaupun sudah memikirkannya berhari-hari tetap saja tidak ada titik terang yang bisa ditemukan. Dia sama sekali tidak tahu lagi bagaimana cara meminta maaf pada Nanda. Jangankan memperdulikan berbagai penjelasan tentang rasa bersalah dirinya dan segenap bentu minta maaf yang Binar lontarkan, memberikan waktu untuknya berbicara saja Nanda terlihat enggan. Saat Binar mengambil kesempatan untuk berbicara dengan Nanda tanpa kehadiran Athaya, pria itu pasti akan segera mengundurkan diri dengan alasan ada kerjaan. Tidak peduli kapanpun, bahkan di sore hari, malam hari, atau di akhir pekan, pria itu tetap menunjukkan gelagat sedang sangat sibuk dan tidak ingin diganggu.

Tidak ingin membuat moodnya lebih kacau, Binar memilih melakukan aktivitas lain daripada hanya menunggu Athaya dan Nanda yang tak kunjung turun. Binar mulai mengatur kembali semua hidangan yang sudah dia siapkan tadi, menuangkan air ke gelas, mencuci panci yang tadi digunakan untuk menghangatkan sup dan semacamnya. Bahkan hingga semuanya selesai, Nanda dan Athaya tak kunjung datang.

Become Magister Or Become MotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang