Part 30

11.1K 1K 282
                                    

Binar buru-buru berlari dari dapur menuju kamar. Dia bahkan sama sekali tidak memelankan langkahnya saat menaiki tangga. Tujuannya hanya menemui Nanda sesegera mungkin. Bersyukur jika pria itu belum berangkat kerja. Jika Nanda sudah tidak ada lagi di kamarnya, maka tamatlah sudah riwayatnya sebagai calon Aspri yang profesional.

Binar segera mendorong pintu kamar saat perempuan itu sudah sampai di depan kamar Nanda. Pintu yang sedikit terbuka itu terdorong keras karena dorongan kuat dari Binar.

"Awwh..."

Suara pekikan terdengar bersamaan dengan suara bantingan pintu yang menabrak sesuatu. Dadi jenis suara yang terdengar sepertinya Binar telah membuat pintu itu menghantam benda keras yang sedikit lunak di balik sana. Dan dari suara pekikan yang terdengar tadi, itu seratus persen pasti manusia.

Binar segera mendorong kembali pintu yang telah tertutup karena menabrak sesuatu hingga terpental ke tempat semula. Begitu pintu terbuka Binar langsung berhadapan dengan muka Nanda yang sama sekali tidak enak dipandang. Dari raut wajah Nanda, sepertinya pria itu akan segera menyemburkan lahar dari mulutnya.

"Oh sorry..." Binar segera meminta maaf sebelum Nanda mengamuk. Namun ekspresi pria itu sama sekali tidak mengalami perubahan. Sepertinya daun pintu telah menghantam salah satu bagian tubuh pria itu dengan keras. Bisa bahaya kalau Binar telah merusak mood pria itu pagi-pagi.

"Bi gak sengaja. Maafin Bi ya bang Nanda. Bi janji akan hati-hati lain kali." Binar menggembungkan kedua pipinya dengan mata sengaja dilebar-lebarkan agar kelihatan imut. Siapa tahu pria itu akan memaafkannya. Tapi sepertinya apa yang dilakukannya sama sekali tidak membuat Nanda luluh. Pria itu masih mempertahankan muka marahnya.

"Mana yang kebentur? Ini ya? Euhhh pasti sakit kan? Maaf ya." Binar menarik tengkuk Nanda lalu mencium dahi pria itu.

"Minggir!"

Binar terhenyak saat Nanda mendorong tubuhnya. Binar rasa benturan itu pasti tidak akan sesakit itu hingga Nanda bersikap seperti itu pada dirinya.

"Kepalaku yang kejedot pintu."

Binar sedikit menunduk. "Ya Tuhan!" Paniknya saat menemukan Athaya berjongkok di lantai dengan tangan memegang dahinya. Dia salah orang, bukan Nanda yang terkena hantaman pintu melainkan Athaya.

"Maafin bunda, ya sayang. Bunda gak sengaja." Binar ikutan berjongkok. Tangannya mengelus kepala Athaya penuh penyesalan.

"Kamu gak pernah hati-hati." Nanda menyingkirkan tubuh Binar lalu mengangkat Athaya dalam gendongannya. "Sini ayah tiup!" Nanda meniup dahi Athaya yang terkena hantaman pintu tadi. "Ayah pergi dulu, ya. Jangan lupa sarapan." Nanda mencium kedua pipi putranya sebelum menurunkan anak itu dari gendongannya.

"Abang,"

"Aku pergi."

Binar berdiri di tempat. Ada hal yang ingin dia beritahukan pada Nanda tapi sepertinya pria itu sedang tidak dalam keadaan baik untuk diajak bekerja sama.

'Bang Nanda, tunggu dulu!" Binar menarik baju Nanda saat pria itu ingin membuka pintu.

"Apa lagi?" Nanda berdecak kesal saat bagian belakang bajunya sedikit keluar dari celana akibat tarikan Binar. Pria itu merapikan  kembali dengan raut wajah keruh.

"Aku wawancara hari ini."

"Wawancara apa?" Nanda menaikkan satu alisnya.

"Wawancara jadi Aspri mas Arya."

"CV-nya baru akan kamu kirimkan hari ini kan?"

"Iya."

"Terus wawancaranya hari ini juga?" Nanda sedikit mengeraskan suaranya.

Become Magister Or Become MotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang