Part 19

11.8K 1K 154
                                    

Binar duduk di pinggir tempat tidur, matanya fokus menatap ke arah dua makhluk berjenis kelamin laki-laki yang sedang berdiri di depan cermin. Anak dan suaminya sibuk mempersiapkan diri. Athaya berkali-kali mengganti gaya rambutnya sedangkan Nanda sibuk memilih-milih jam tangan.

Binar menatap malas ke arah anak dan suaminya. "Lama banget persiapannya." Celutukan itu keluar begitu saja dari mulut Binar.

"Gimana?" Nanda berjalan mendekati istrinya.

"Ga ada." Binar mendorong tubuh Nanda saat pria itu ingin mendekapnya.

"Kamu marah? Kalau kamu gak izinin, abang gak akan pergi."

"Pergi aja." Binar menundukkan kepalanya menatap lantai. Mukanya berkerut masam.

"Hei, ngambek, euh?" Nanda mengangkat dagu Binar dengan jari telunjuknya. Perempuan itu membuang pandangannya agar tidak bertatapan dengan Nanda. "Kamu cemburu, dek."

Binar tersenyum sinis. Kepalanya terangkat, matanya menatap tepat ke mata Nanda. "Pastikan Athaya tidak memanggil janda itu dengan sebutan 'mama'."

"Dan Abang juga harus memastikan, Baik Acha maupun Alika tidak boleh memanggil Abang 'ayah' kan?" Nanda memamerkan cengirannya di depan Binar.

"Terserah," Binar menatap semakin tajam ke arah Nanda saat pria itu terbahak. Dia tahu Nanda pasti berpikir kalau dirinya cemburu, nampaknya pria itu terlalu percaya diri. Binar jelas menyangkal kalau dirinya bersikap posesif terhadap pria itu. Dia hanya tidak ingin Nanda terlalu dekat dengan janda tetangga dan putrinya itu. Bukan tanpa sebab, Binar hanya takut kalau Athaya berpotensi menjadi lebih dekat dengan wanita itu jika Nanda dekat dengan Alika.

Kehadiran Alika membuat Binar merasa terancam. Bagaimanapun Alika memiliki sikap keibuan yang sama sekali tidak dimiliki oleh dirinya. Binar takut jika Athaya lebih nyaman bersama Alika daripada dirinya. Soal Nanda, Binar sama sekali tidak akan ambil peduli pria itu dekat dengan perempuan manapun asalkan Athaya tidak ikut terpengaruhi juga.

"Jadi kami boleh pergi atau nggak?" Nanda memainkan pipi Binar dengan ujung jarinya. Dia benar-benar ingin mengunyah pipi bervolume itu. "Bagaimana?" Tanya Nanda lagi saat istrinya itu sama sekali tidak memberikan jawaban. Nanda sebenarnya sama sekali tidak tertarik untuk pergi jika bukan Athaya yang mengajaknya. Pria itu akan memilih tinggal di rumah dan beristirahat sambil memeluk tubuh berisi milik istrinya itu. Tapi Nanda juga tidak ingin membuat Athaya kecewa karena ajakannya ditolak.

"Pergi aja. Aku kan udah bilang. Kalau mau pergi ya pergi aja!" Ujar Binar ketus. Kesal karena Nanda berkali-kali menanyakan hal yang sama. Binar kan jadi ragu lagi kalau Nanda terus memprovokasinya dengan menanyakan keikhlasannya melepas suami dan anaknya itu.

Kalau boleh jujur sebenarnya Binar maunya anak dan suaminya itu tinggal di rumah saja. Tidak, yang tidak boleh pergi itu Athaya. Kalau Nanda, lebih baik pria itu jauh-jauh darinya agar dia dapat bernapas lega tanpa perlu sepanjang waktu sesak napas dalam himpitan pelukan Pria itu. Kelakuan Nanda yang selalu menempeli tubuhnya membuat Binar risih bukan main. Selama pria itu berada di tempat yang sama dengannya maka dapat dipastikan kalau tubuhnya hanya akan dipisahkan oleh dua helai kain baju saja dengan tubuh Nanda.

"Sini cium dulu," Nanda menarik kepala Binar ke arahnya namun perempuan itu mengelak. "Dek, kamu gak mau ketiban sial lagi kan?" Nanda menaikkan satu alisnya.

Binar mencondongkan kepalanya ke depan. Lalu menyodorkan pipinya ke arah Nanda. Binar mengulum bibirnya sendiri, takut kalau Nanda nyosor kemana-mana. Perempuan itu mendengus saat melihat senyum penuh kemenangan di wajah Nanda. Akhir-akhir ini Nanda berubah layaknya 'si pahit lidah' yang ucapannya selalu terjadi. Terutama tentang kesialan yang menimpa dirinya. Kalau Nanda mengatakan dirinya akan tertimpa sial, maka akan ada-ada saja kemalangan yang menimpa, mulai dari terpeleset, terantuk pintu, kelilipan, tersedak, lidah kegigit, dan masih banyak musibah lainnya yang akan muncul kalau Nanda mengutuknya.

Become Magister Or Become MotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang