Part 26

11.6K 1.1K 151
                                    

"Allahu Akbar... Allahu Akbar... Allahu Akbar...Allaahu akbar kabiiraa walhamdulillaahi katsiiraa, wasubhaanallaahi bukrataw wa ashillaa. Laailaaha illallallahu walaa na'budu illaa iyyaahu." Nanda terus mengumandangkan takbir dengan suara keras di telinga Binar.

Nanda sudah mengulang takbirannya beberapa kali. Namun istrinya itu sama sekali tidak menggubris. Binar masih setia menutup matanya erat. Nanda mencoba menggoyangkan bahu Binar, perempuan itu juga sama sekali tidak mau membuka matanya.

"Bangun!" Teriak Nanda keras. "Terompet sangkakala ditiup."

"Mana-mana?" Suara keras Nanda langsung membuat Binar terduduk karena kaget. Matanya melirik ke sana kemari seperti mencari sesuatu. Namun perempuan itu sendiri sama sekali tidak tahu apa yang dicarinya.

"Tunggu kiamat." Nanda tergelak keras. Ekspresi kebingungan Binar membuatnya tak bisa menahan rasa geli.

"Kenapa?" Binar yang masih setengah sadar hanya dapat menatap Nanda dengan wajah panik.

"Haduh gemes." Nanda memeluk tubuh Binar erat. "Bangun, mandi. Kita sholat idul Fitri." Nanda melepas pelukannya.

"Aku gak sholat." Binar kembali membaringkan tubuhnya ke kasur.

"Adek sayang, bangun. Nanti Abang gak sempat sholat Ied kalau kamu gak bangun-bangun." Nanda menarik tangan Binar. 30 menit lagi sholat Ied akan dilaksanakan tapi istrinya itu belum mau beranjak dari tempat tidur.

"Aku gak sholat! Pergi sana!" Binar menendang tubuh Nanda saat pria itu mencoba menarik kakinya.

"Sholat idul Fitri cuma setahun sekali lho. Yakin kamu mau ketinggalan?"

"Aku gak bisa sholat." Binar menarik selimut hingga menutupi wajahnya. Kesal dengan Nanda yang terus mengganggu tidurnya.

"Masak itu aja gak bisa? Kamu kalau lebaran gak pernah sholat atau gimana?"

Binar membuka matanya. Perempuan itu bangkit dan duduk menghadap Nanda. Menatap pria itu sebal. "Aku lagi menstruasi." Katanya penuh tekanan.

"Bilang dong. Tau gitu dari tadi aja Abang ke masjid." Keluh Nanda.

"Ya abang pun bodoh. Aku baru datang bulan 4 hari yang lalu. Hari ini aku ya belum bisa ke mesjid lah!" Gertak Binar.

"Ga usah ngegas." Nanda menatap lekat istrinya itu lalu menyunggingkan senyum. "Minal aidin wal Faizin. Mohon maaf lahir dan batin." Nanda menyalamilalu menyunggingkan senyum. "Minal tangan Binar lalu menciumnya.

Binar terdiam sebentar. "Minal Aidin wal Faizin juga. Aku minta maaf kalau ada salah." Binar mengangkat tangan Nanda ke depan wajahnya sebelum mengecup punggung tangan suaminya itu.

Nanda terpana. Sama sekali tidak percaya kalau yang ada di depannya adalah Binar. Momen yang dialaminya seperti sebuah keajaiban dunia. Seperti sebuah kemustahilan saat dia melihat Binar mengecup tangannya lalu tersenyum lebar ke arahnya.

"Abang benar-benar minta maaf." Nanda menunduk lalu mencium lutut Binar. Dia baru duduk tegak saat Binar mengangkat bahunya.

"Ini udah telat. Abang gak ke mesjid?"

"Oh iya. Siap-siap ya. Nanti setelah Abang pulang kita silaturrahmi ke rumah ayah bunda." Nanda berhenti sebentar sebelum melanjutkan, "ke rumah tetangga juga." Setelah pulang dari masjid nanti, Nanda memang berencana untuk bersilaturrahmi dengan tetangga mereka. Sekalian memperkenalkan status dirinya dan Binar yang sudah menjadi suami istri.

"Gak mau." Binar tidak punya masalah dengan bersilaturrahmi ke tetangga bersama Nanda, lagipula dari dulu mereka selalu melakukannya. Tapi dulu mereka tidak berkunjung sebagai suami istri. Kalau nanti para tetangga menginterogasinya, entah apa yang harus dijawab Binar.

Become Magister Or Become MotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang