"Abang kenapa gak bilang aja kalau saat itu aku belum cukup umur makanya kita gak nikah resmi," Binar melirik ke arah Nanda.
Mereka sudah bersilaturrahmi ke 4 rumah tetangga. Semuanya memang berjalan lancar. Nanda menepati janjinya. Binar hanya diam dan mengangguk atau menggeleng kepala saja sementara Nanda berperan sebagai juru bicara tunggal saat para tetangga mengintrogasi mereka.
Nanda memang menjawab semuanya dengan lancar. Tapi masalahnya pria itu terkesan seperti menyalahkan dirinya atas pernikahan tersembunyi mereka itu. Binar memang sama sekali tidak ingin pria itu mengatakan alasan yang sebenarnya, tapi tetap saja akan lebih baik kalau Nanda tidak mengatakan bahwa alasan mereka menutupi pernikahan itu adalah karena dirinya malu menikah di usia muda.
"Siapa yang belum cukup umur?" Tanya Nanda sambil mengernyitkan keningnya. Pasalnya baik dirinya maupun Binar pada saat melangsungkan pernikahan siri itu sudah memasuki usia diperbolehkan dalam hukum.
"Batas usia minimal menikah dalam hukum perkawinan kan 19 tahun."
Nanda menganggukkan kepalanya. "Terus?"
Binar menatap Nanda kesal. Kenapa suaminya itu jadi dungu. Apa Nanda tidak ingat kalau pria itu menikahinya saat dirinya baru masuk usia 18 tahun. "Abang jangan pura-pura lupa kalau Abang menikahi anak di bawah umur."
Nanda tergelak. Pria itu butuh beberapa saat untuk menenangkan dirinya. "Kenapa kamu berpikir begitu?" Nanda mengerling ke arah istrinya yang menatapnya bingung.
"Aku masih di bawah umur. Abang jangan pura-pura gak tahu. Apa aku kelihatan sudah dewasa saat itu, hah? Apa aku kelihatan kayak mbak-mbak umur 30 tahun? Aku masih gemoy gemoynya saat itu." Tekan Binar.
"Jangan teriak-teriak di halaman rumah orang lain!" Nanda mengingatkan. Mereka sedang berada di salah satu pekarangan rumah tetangga. Bisa-bisanya Binar mengomel dengan suara yang keras. "Usia batas minimal bagi perempuan memang 19 tahun, setelah direvisi. Sedangkan dulu pas kita nikah itu masih berlaku UU Nomor 1 Tahun 1974 Tentang perkawinan. Tahun 2019 kemaren baru revisi lagi, dan dalam UU Nomor 16 Tahun 2019 tentang perkawinan itu usia batas minimal perempuan legal menikah baru diubah dari 16 tahun jadi 19 tahun." Nanda menjelaskan tentang UU perkawinan agar istrinya itu tidak menganggap bahwa dirinya masih di bawah umur.
Binar hanya mencebik. Dia benar-benar lupa tentang UU Perkawinan. Sungguh sangat memalukan jati dirinya sebagai sarjana hukum. Sekarang Nanda pasti sedang menertawakannya. "Abang gak usah ngajar di sini. Ayo jalan!" Binar mengalihkan Nanda dengan menarik tangan pria itu mendekati rumah yang tepat berada di sebelah rumah Nanda. Rumah itu adalah rumah Bu Tati.
Kedua orang itu langsung berjalan beriringan mendekati rumah itu. Nanda mengetuk pintu yang setengah terbuka. "Assalamu'alaikum!" Salamnya.
"Waalaikumsalam!"
Binar tanpa sadar mencengkeram baju di bagian pinggang Nanda saat melihat Bu Tati muncul dan membuka pintu lebih lebar. Dia sudah mendatangi 2 rumah tapi tetap saja masih ketar ketir begitu. "Tante," sapa Binar sambil menyunggingkan senyum canggung.
Binar sebenarnya bukan orang yang mudah kikuk saat berinteraksi dengan orang lain. Perempuan itu mudah bergaul dengan siapapun dan dari kalangan manapun tak peduli tua muda. Tapi hari ini kakinya bergetar saat bersilaturrahmi ke rumah tetangga. Dia langsung berubah jadi pendiam dan pemalu yang hanya bisa menunduk kikuk saat para tetangga itu berbincang dengan mereka.
"Eh Nanda, Binar, masuk. Masuk dulu!"
Nanda menyerahkan parcel lebaran ke tangan Bu Tati."Minal aidzin wal faizin, Tante." Nanda menjabat tangan tetangganya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Become Magister Or Become Mother
Acak⚠️Kalau berkenan kalian bisa baca Broken Touch dulu ya guys biar lebih nyambung. Kecewa karena tidak lulus tes fisik saat mendaftar sebagai CPNS kejaksaan membuat Binar nekat pulang ke rumah orangtuanya. Empat tahun lebih menghindari masa lalu buruk...