⚠️warning area 21+++
Part ini terdiri dari 10.000 kata dengan persentase muatan konten nananninunana sebanyak 90%
Yang merasa kurang nyaman dengan konten yang demikian, kalian bisa balik badan dan nunggu part selanjutnya.
"Pria sialan!" Kata-kata kasar itu refleks meluncur dari mulut Binar saat perempuan itu turun dari ranjang. Perlahan perempuan itu melakukan peregangan untuk melenturkan otot-otot tubuhnya yang terasa kaku.
Binar berjalan mendekati cermin lalu memeriksa wajah dan seluruh tubuhnya. Binar sama sekali tidak menemukan satupun jejak perlakuan kasar pada tubuhnya selain puluhan mungkin ratusan hickey yang tercetak jelas di mana-mana. Binar menarik napas panjang lalu menghembuskan ya pelan-pelan sambil memperhatikan cepolan rambutnya yang terlalu tinggi. Pria itu bahkan masih sempat mengikat rambutnya.
"Aku akan membuat perhitungan!" Geram perempuan itu penuh kemarahan.
Binar berjalan cepat ke arah pintu, menarik gagang pintu kasar lalu mendorongnya dengan bantingan kuat setelah dirinya keluar.
"Ya Tuhan!" Binar terjengit kaget saat mendengar suara dentuman keras dari aksinya membanting daun pintu tadi. Perempuan itu langsung panik dan mendekat ke arah pintu di depannya. Binar sama sekali tidak menyangka kalau dia membanting pintu dengan cukup keras. Perempuan itu memperhatikan pintu itu sebaik mungkin. Berusaha mencari retakan atau kerusakan dalam bentuk apapun di sana. Binar berbalas lega saat tidak menemukannya. Binar tidak akan peduli jika itu adalah pintu kamar tidurnya dan Nanda. Tapi kali ini masalahnya dia membanting pintu kamar mama mertuanya itu. Pasti akan sangat memalukan jika Binar membuat kerusakan di sana hanya karena ingin melampiaskan kemarahannya.
Binar dengan langkah terhentak berjalan meninggalkan kamar mertuanya. Perempuan itu berjalan menuju ruang belakang dimana sang mertua menyimpan berbagai alat bersih-bersih. Binar mengambil acak salah satu pel lantai di sana lalu membawanya ke ruangan depan.
"Abang!" Binar berteriak keras memanggil dirinya. Namun sama sekali tidak ada tanggapan dari pria itu.
Langkah kaki Binar di bawa menaiki tangga dengan langkah cepat.embuka pintu kamar, dia hanya menemukan Athaya di sana. Anak itu sedang berdiri di depan meja sambil memasukkan perlengkapan sekolahnya ke dalam tas.
"Mana ayah?" Binar langsung melempari Athaya dengan pertanyaan.
"Eh?" Athaya mundur selangkah. Jelas sekali anak itu kaget dengan kedatangan bundanya yang secara tiba-tiba. "Bunda?" Athaya mencoba memanggil bundanya. Memastikan kalau perempuan itu dalam keadaan baik-baik saja.
"Ayah di mana?"
Pertanyaan penuh penekanan dari Binar membuat Athaya menelan ludahnya dengan susah payah. "Aku tidak tahu, bunda." Jawabnya dengan susah payah.
"Tadi malam bunda tidur di sini?"
"Iya." Athaya mundur selangkah saat gagang pel lantai teracung di depan hidungnya. Entah drama apalagi yang sedang dilakukan bundanya hari ini, yang pasti dia tidak ingin menjadi sasaran semburan dari bundanya yang sedang memasang mode naga itu.
"Kapan bunda dikeluarkan dari kamar?"
"Tadi malam." Athaya berusaha mendorong gagang pel agar tidak semakin mendekat ke wajahnya.
"Kapan?" Binar butuh jawaban yang lebih lengkap.
"Aku gak tahu bunda. Tanya aja sama ayah. Aku liat ayah gendong bunda terus keluar dari kamar. Ayah yang pindahin bunda bukan aku."
Binar menjauhkan gagang pel dari wajah Athaya. Perempuan itu menatap anaknya dengan dramatis. "Bunda kecewa sama kamu Athaya. Seharusnya seorang anak lelaki itu menjadi pelindung bagi keluarga terutama ibunya. Tapi kamu, kamu tidak melakukannya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Become Magister Or Become Mother
Diversos⚠️Kalau berkenan kalian bisa baca Broken Touch dulu ya guys biar lebih nyambung. Kecewa karena tidak lulus tes fisik saat mendaftar sebagai CPNS kejaksaan membuat Binar nekat pulang ke rumah orangtuanya. Empat tahun lebih menghindari masa lalu buruk...