Part 46

6.6K 702 190
                                    

Rasa panik langsung menyerang Binar begitu dia terbangun dari tidurnya. Jam dinding baru menunjukkan pukul 3 dini hari, seharusnya Athaya masih tertidur di sampingnya. Namun anak itu raib entah kemana. Tidak ada tanda-tanda keberadaan Athaya di kamar itu.

"Athaya!" Panggil Binar sambil berusaha bangkit dari tempat tidur, kepalanya terasa sedikit sakit dan tubuhnya pegal di mana-mana.

"Athaya? Kamu dimana?" Tidak ada sahutan apapun dari Athaya. Binar melangkah ke kamar mandi, mungkin anak itu sedang di sana.

Terlalu hening, tidak ada suara apapun terdengar di kamar mandi, tidak ada tanda-tanda Athaya sedang berada di dalam sana. Binar semakin khawatir. "Athaya? Kamu di dalam, sayang?"

Tidak ada jawaban. Kenop pintu diputar dan tidak ada siapapun di sana. Lantai kamar mandi masih kering, itu menandakan bahwa anak itu memang tidak masuk ke sana. Lalu kemana Athaya pergi malam-malam begini?

Berbagai pikiran buruk langsung merasuki dirinya. Bagaimana jika Nanda membawa Athaya pergi?

Nanda sama sekali tidak terlihat di rumah sejak pertengkaran terakhir mereka di malam dia tidur di rumah orangtuanya. Saat pulang ke rumah di pagi harinya, dia sama sekali tidak menemukan Nanda di sana. Pria itu hanya meninggalkan uang di atas meja makan dengan selembar notes kecil yang menerangkan bahwa itu adalah uang jajan Athaya untuk 3 hari ke depan. Tidak ada informasi apapun tentang alasan nanda melakukan hal itu tapi Binar yakin selama 3 hari itu Nanda tidak akan pulang.

Lalu apa alasan Nanda membawa Athaya pergi? Apa Nanda ingin menjauhkan Athaya dari dirinya? Kalaupun pria itu ingin memiliki hak asuh Athaya setelah mereka bercerai Binar rasa Nanda tidak perlu repot-repot mengambil Athaya secara diam-diam begini. Binar yakin Athaya akan lebih memilih tinggal bersama Nanda jika disuruh memilih.

Tapi kalaupun Nanda memang sempat pulang ke rumah lalu membawa Athaya ikut serta tentu dia akan tahu hal itu. Setidaknya dia yakin akan tetap menyadari kehadiran Nanda di kamar. Tapi dia juga tidak bisa seyakin itu dengan pikirannya sendiri. Ini Nanda, pria yang menggotongnya dari lantai atas ke lantai bawah lalu menyetubuhinya sampai subuh sedangkan dia masih tertidur lelap. Pria itu bisa saja telah mencokolinya obat tidur seperti berbulan-bulan yang lalu. Namun segala kemungkinan itu terbantahkan saat mengingat bahwa dia dan Nanda sama sekali belum berinteraksi sejak kemarin, pria itu juga sama sekali tidak mendelivery makanan untuk mereka.

Tapi akan lebih baik jika memang Nanda yang telah membawa Athaya pergi. Anak itu akan aman bersama Nanda. Tapi bagaimana jika orang lain yang telah mengambil Athaya darinya? Bagaimana jika itu penjahat? Bagaimana jika mereka menyakiti anaknya?

Ini alasannya ketakutan jika hanya tinggal berdua dengan Athaya. Mereka butuh Nanda dalam banyak hal. Tidak ada yang bisa melindungi mereka jika pria itu tidak berada di rumah. Tidak ada yang akan menolong mereka jika terjadi apa-apa. Walaupun rumah orangtuanya berada di seberang jalan tetap saja mereka tidak akan langsung sampai di sana ketika dia dan Athaya berada dalam bahaya. Besok mungkin akan lebih baik jika dia segera membereskan semua barangnya dan kembali pindah ke rumah orangtuanya. Persetan dengan Nanda, lagipula pria itu juga sudah jarang menginjakkan kaki di rumah, tidak ada yang perlu ditunggu, tidak ada yang perlu diperbaiki. Keselamatan dirinya dan Athaya lebih penting dari mempertahankan pria brengsek itu. Namun dia tetap harus menemukan Athaya sekarang juga. Dia tidak ingin anak itu kenapa-kenapa.

Binar semakin panik. Perempuan itu berjalan cepat mendekati tempat tidur, meraba-raba kasur. Ponselnya juga raib. Binar mencoba mencarinya ke sekeliling tempat tidur namun masih tidak menemukannya. kemungkinan lupa meletakkan ponselnya, Binar mengaduk-aduk rak peralatan make-upnya, mengobrak abrik meja belajar Athaya dan semua laci yang mungkin dia buka sebelum tidur tadi. Namun dia tetap tidak bisa menemukan ponselnya.

Become Magister Or Become MotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang