46

400 18 2
                                    

Dan jawabannya adalah 'Tidak'.

Jika memang hari itu sudah tertulis dalam surat takdir sebagai hari kematian Ega, maka apapun usaha yang mereka lakukan tetap saja tidak mampu membuatnya hidup.

Rena ingat, dulu Ega pernah berkata : 'Manusia lahir ke dunia itu mereka gak tau kapan dan gimana caranya mereka meninggal. Tapi sebelum lahir itu semua udah diputuskan Ren. Udah dicatat detail semua jalan takdir manusia termasuk ajal. Gak akan meleset Ren, biar sedetikpun. Gak akan pernah.'

Kembali memfokuskan perhatian kepada Arum, Rena mengambil inisiatif menenangkan sang ibu yang kini masih terlihat bersedih.

"Ma, gak bisa gitu. Ini udah jalannya. Kalaupun Mama bawa Kakak ke Rumah Sakit, kalau emang masa hidupnya Kakak cuma sampai hari itu tetep gak akan bikin Kakak tetap di sini. Atau kalo Mama gak ngasih minum juga, kalo emang udah waktunya Kakak dijemput Allah ya Kakak bakal tetep pergi. Bukan salah Mama. Itu emang udah jalannya Kakak."

Sejenak, Rena juga tidak tahu darimana dia mendapat ilham menciptakan kalimat penenang semacam itu. Juga darimana dia mendapat dorongan untuk mengucapkan semuanya dengan nada yang lembut, bukan nada kasar yang seolah menjadi ciri khasnya dalam berbicara dengan anggota keluarganya. Tapi begitu dia mengucapkannya, ada rasa tenang dalam dirinya. Ada rasa lega, rasa bahagia karena sudah membantu menenangkan kegundahan orang lain. Terlebih ketika pada akhirnya Arum mengucapkan terima kasih dan memeluknya setelah Rena terus mengutarakan kalimat-kalimat penenang yang serupa.

*

Kejadian malam itu membuat Rena sadar bahwa dia bahagia setelah membantu menenangkan orang lain. Walaupun tidak ada aksi nyata dalam membantu mengatasi masalah orang itu, namun setidaknya ada usaha untuk membuat mereka lebih baik. Meski mungkin orang yang bersangkutan belum sepenuhnya merasa bebannya lebih ringan hanya karena ucapan-ucapan yang dia tuturkan. Namun rasanya Rena menjadi seseorang yang lebih berguna jika seandainya dia berhasil sedikit saja membuat suasana hati orang lain menjadi lebih baik. Bahkan di saat suasana hatinya sendiri sedang kacau.

Ternyata membantu membuat orang lain merasa nyaman terasa semenyenangkan itu.

Karena itulah, sejak malam itu Rena membulatkan tekadnya untuk bergabung di Magic Shop. Dengan harapan dia dapat lebih sering melakukan hal serupa jika bergabung dengan orang-orang bertujuan sama yang ada di sini.

Jemari Rena terus memindai barang-barang yang kakaknya tinggalkan di dalam kotak. Kertas-kertas yang tadi Jimmy keluarkan ternyata formulir pendataan dan dua lembar kartu penanda ruangan healer. Dalam hati Rena bertanya-tanya, apakah Jimmy juga yang menentukan healer untuk kakaknya? Meski menurut Jimmy menjadi salah satu yang cukup memiliki kuasa di sini. Atau Ega sendiri yang menentukan dan formulir ini hanya formalitas? Atau Ega sengaja membuat hasil testnya menjurus ke healer yang dia tuju? Rena cepat-cepat mengusir pemikiran-pemikiran itu ketika dirasanya hal itu tidak cukup penting itu. Terkadang gadis itu memang terlalu banyak memikirkan hal-hal yang tidak perlu dipikirkan dan dia tidak tahu jawabannya.

Omong-omong Ega memiliki dua healer, Juni dan Raka. Yang Rena tahu -- baru mengetahuinya hari ini -- bahwa keduanya sama-sama memiliki tingkat keikhlasan hidup yang tinggi.

Salah satu dari metode healing mereka bertujuan untuk lebih mengkaji masalah dan perilaku orang lain serta menerima dan merelakan apa yang terjadi dalam hidup.

Juni akan menggiring kliennya menceritakan masalah mereka, lalu perlahan menggali apa yang terjadi demi meluruskan benang kusut permasalahan mereka. Jimmy tidak bisa menjelaskan contoh perbincangan itu dengan detail. Dia hanya mengatakan itu seperti Juni mengajak kliennya menyelami permasalahan yang dihadapi. Mencari titik awal dan melepas simpul. Hal semacam itu. Yang sebenarnya tidak sepenuhnya Rena pahami apa maksudnya. Hanya saja dalam bayangan Rena mungkin hampir sama dengan apa yang dulu pernah dilakukan Ares saat berbincang dengannya. Karena itulah dia mempertanyakan tentang perbedaan Juni dan healer lain yang pastinya juga mengajak klien berbincang. Tapi Jimmy menegaskan, perbincangan dengan Juni dinilai lebih dalam dibanding yang lainnya. Yang kemudian disambung Jimmy dengan tawa, mengatakan bahwa Juni seperti itu saat bersama kliennya. Ketika dengan mereka atau teman-teman yang lain belum tentu selalu bersikap seperti itu.

BIRUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang