23

700 59 0
                                    

Senyuman Ega luntur sekilas, namun lelaki itu berusaha memasang tampang biasa saja. Menarik nafas dalam dan mulai mencurahkan perhatian pada sang adik.

"Dari dulu, mungkin Kakak gak tau...tapi di keluarga kita, nenek sama kakek sering banget muji Kakak. Mama juga, Mama sering bilang kakak pinter. Papa...papa beberapa kali bilang Kakak nurut..."

"Karena kamu emang satu-satunya yang susah nurut."

"Abang!" Ega mendesis, menghentikan Edgar yang baru saja menyela.

Rena menatap kakak tertuanya datar, beruntung suasana masih gelap hingga tatapan sinisnya tidak membuat Edgar memiliki nafsu melayangkan lilin padanya.

"Abang juga kan, lebih deket sama Kakak, muji-muji Kakak."

Edgar menghela nafas mendengarnya, tidak menyangka ucapan si bungsu lebih mampu menarik amarahnya dibanding ucapan si tengah. Namun kode yang dia dapatkan dari Ega membuatnya menahan diri.

"Sodara-sodara yang lain juga. Sepupu-sepupu, tante, om mereka semua lebih dekat sama Kakak. Mungkin kakak emang gak ngerasa kalo kakak disayang. Tapi sebenernya semua mandang kakak sebagai orang yang emang dibutuhkan, dicari, disukai. Aku pengen kayak Kakak yang juga dipuji di sana-sini bahkan di belakang Kakak, tapi gak bisa. Aku lakuin apa dikit aja udah salah. Aku gak suka Mama sama Papa ngekang aku kayak aku gak boleh ini gak boleh itu. Abang gak ngijinin aku ini itu dan selalu ribut kalo aku lakuin sesuatu karena menurut Abang apa aja yang aku lakuin itu salah. Kakak juga beberapa kali larang ini itu, biarpun akhirnya ngizinin dengan aturan aku harus bisa hadepin sendiri semua masalah yang timbul dari pilihan aku."

"Aku juga manusia dan aku pengen lakuin apa yang aku mau. Tapi kalian seolah larang aku buat lakuin apa yang pengen kulakuin. Kayak apapun yang bakal aku lakuin atau pilih itu salah. Semua saran yang aku kasih itu juga salah. Apalagi baru-baru ini di toko, Abang udah nekan aku banget waktu minta aku benerin stok. Abang gak mau peduli sama alasan aku, tiap aku bilang aku keberatan atau gak mampu pasti Abang anggep seolah itu semua cuma sekedar alasan yang aku buat-buat. Abang emang beberapa kali dengerin tapi gak pernah nganggep apa omongan aku.

"Kadang waktu aku udah berusaha keraspun kalian gak pernah ngelihat dan ngehargain. Tiap kali aku lakuin hal yang bener kalian gak pernah muji aku, hargain aku. Tapi kalo aku ngelakuin kesalahan, biar cuma kesalahan kecil tapi kesannya kayak udah lakuin kesalahan gedhe banget. Seolah aku emang pihak yang patut disalah-salahin aja. Orang yang pantes jadi kambing hitam aja."

Rena mengingat kembali semua hal buruk yang dia terima dan alami selama ini. Hal-hal yang membuatnya merasa seringkali dijadikan kambing hitam, selalu menjadi pihak yang patut disalahkan. Juga hal-hal yang memicu rasa irinya membumbung tinggi. Ada beberapa perlakuan yang dia terima berbeda dibandingkan dengan kedua kakaknya. Dimana kedua kakaknya seolah lebih bebas melakukan banyak hal dibanding dirinya. Rena mengingat banyak hal tentang bagaimana apa yang dilakukan saudaranya beberapa kali dianggap benar. Terlebih Edgar yang seolah menjadi penguasa atas segala hal yang dianggap benar di rumah ini, seseorang yang akan menjadi penyebab kedua orang tuanya meminta, 'Nurut sama abang kamu Ren...'. Atau Ega yang seringkali bisa melakukan banyak hal dengan baik, satu yang membuat orang-orang akan berkata pada Rena, 'Lihat Ega, dia...' dan mulai membandingkan kemampuan mereka berdua.

Terkadang Rena bingung juga dengan mereka yang membeda-bedakan dirinya dengan kedua kakaknya. Rena tidak bisa menjadi sedominan Edgar atau sepintar Ega, tapi bukannya seharusnya dia juga memiliki kesempatan untuk menunjukkan kemampuan dengan caranya sendiri? Sayangnya, setiap kali dia berniat mencoba menunjukkan kepada keluarganya bahwa dia juga bisa dibanggakan dengan caranya sendiri, keluarganya selalu menentang dan melarang.

Misalnya saja saat dulu Rena ikut temannya yang memiliki usaha online, dia juga sempat ditentang namun dia terus maju. Lalu ketika temannya pindah keluar kota dan memutuskan berhenti, dia sempat bertekad berusaha berjualan sendiri walaupun keluarganya sudah mewanti dan menyuruhnya ikut berhenti. Arum bahkan mengatakan bahwa Rena tidak akan sanggup menjalankan bisnis itu. Dan benar saja, usahanya mandek bahkan sempat merugi. Masalahnya hampir separuh dari modal yang tidak kembali masih merupakan dana investasi milik temannya. Akhirnya Ega yang mengganti uang itu dan Rena mendapat omelan dari Edgar -- sekaligus wejangan dari Ega -- hingga akhirnya gadis itu bersedia berhenti.

BIRUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang