Abang
Ren, balik yukKening Rena berkerut membaca pesan yang baru saja dikirimkan sang kakak sulung. Tapi sebelum dia sempat mengetik balasan untuk pesan itu, Edgar sudah kembali mengirim pesan padanya.
Abang
Abang udah di depan
sama kakakKali ini Rena hampir melotot, dia segera berjalan menuju jendela dan mengintip ke jalanan bawah. Sedikit menyipitkan mata menyesuaikan diri dengan suasana malam hingga mendapati mobil hitam Edgar benar-benar terparkir di bawah sana. Gadis itu bergegas keluar dari kamar, menuruni tangga dengan cepat sampai hampir terpeleset di dua anak tangga terakhir. Kedua kakaknya itu apa-apaan?! Baru satu setengah jam lalu Rena mengeluh bosan di kost -- disambut olokan singkat yang Edgar berikan -- dan sekarang keduanya sudah menjemputnya di depan kost.
Sebenarnya Rena senang-senang saja, kebetulan dia memang sedang ingin pulang.
Oh jangan heran dengan jalan pikiran Rena yang terkadang seolah tidak suka dengan kehadiran keluarganya dan di saat lain dia justru menginginkan kehadiran dan perhatian mereka. Sebenarnya, Rena hanya akan merasa tidak suka jika mereka meminta atau melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginan Rena. Ya bagaimanapun juga Rena adalah tipikal manusia pada umumnya.
"Abang kok ke sini?" tanya Rena begitu sampai di sebelah pintu mobil.
Edgar sendiri -- yang sejak melihat Rena keluar sudah menurunkan kaca pintu bagian pengemudinya -- hanya menatap Rena dengan tatapan datar, menjelaskan seolah hal itu tidak perlu ditanyakan, "Jemput. Katanya gabut. Tuh kakak yang minta, kangen kali."
"Apaan dah?!" Ega memukul paha Edgar lumayan keras tanpa perlu membuka mata, lelaki itu tengah menyandarkan kepalanya sekarang.
"Kangen-kangen mulu," sungut Rena, walau dalam hati dia merasa senang.
"Siapa? Gak ada yang kangen," Ega membuka mata, mengabaikan rasa pusing dan mual yang menguasainya demi menatap sang adik. "Mau pesta lajang di rumah ikut gak?"
"Ngapain kalian?!"
"Makan-makan doang, mumpung mama gak ada," Edgar tersenyum jahil.
"Ikut gak?"
Rena tampak berpikir, "Terus aku balik kapan?"
"Ya besok apa lusa pagi abang anter. Kan besok libur."
"Hmm."
"Cepet. Mau makan udang gak? Gak bakal ketahuan mama."
Dan sepertinya, mulut Ega memang berfungsi merayu saudara-saudaranya hari ini.
*
Seringkali, di mata Rena saudara-saudaranya itu sedikit aneh. Rena tidak bisa benar-benar membaca pikiran mereka. Mungkin karena mereka berbeda gender, Rena tidak tahu juga.
Lihat sekarang bagaimana kedua saudaranya yang tadi antusias -- atau sebenarnya hanya asal -- mengajaknya pulang kini justru hanya tidur-tiduran di atas ranjang king size milik Edgar. Kalau Ega, Rena sedikit maklum karena ternyata hari ini si tengah itu baru saja menjalani kemoterapi -- bahkan beberapa waktu lalu Ega sempat muntah. Sementara Edgar? Si tertua itu pasti hanya sedang berada dalam mode malasnya.
Dan karena kedua lelaki dewasa itu tidak ingin bergerak, mereka menyuruh Rena menata camilan dan fast food yang tadi mereka beli. Sekaligus meminta Rena mendownload beberapa film karena mereka akan nobar malam ini setelah makan. Itu sempat membuat Rena berpikir bahwa dia lagi-lagi dibodohi kakak-kakaknya. Tapi kali ini mood Rena sedang bagus, jadi dia tidak akan terlalu mendramatisir dan merasa tertekan karena perlakuan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
BIRU
General FictionAda kalanya, apa yang terjadi dalam hidup bertentangan dengan yang kita inginkan. Terkadang, fakta tidak berbanding lurus dengan dugaan. Seringkali, kita salah mengartikan isi hati seseorang. Biru tidak selalu tentang ketenangan dan kestabilan, warn...