Ponsel Ega berkedip, ada panggilan dari Rena. Sejak kemarin, dia belum bertemu Rena, adiknya itu memang belum mengunjunginya di Rumah Sakit. Rena pasti masih di toko saat ini.
"Halo?"
Sunyi, yang Ega dengar justru suara gemericik air dan...isakan?
"Halo Ren?"
'Kakak.'
Ega berusaha mengubah posisinya menjadi duduk, kebetulan dia sendirian di ruang rawat jadi tidak ada yang membantunya.
"Kenapa Ren?"
Rena hanya menjawab dengan isakan.
"Kenapa kenapa hmm?"
'Capek.'
Untuk beberapa saat Ega terdiam, niat hati menunggu sampai Rena bercerita.
'Capek sama Abang. Aku salah terus. Aku juga gak mau salah, aku gak sengaja, tapi Abang marah-marah terus.'
Perkataan Rena tersendat di beberapa kata, sepertinya adiknya itu menangis hebat. Ega menjauhkan ponselnya sebentar, mengubah mode panggilan menjadi video call tapi Rena tidak kunjung menjawabnya, hingga Ega menghentikan usahanya.
'Gak mau video call,' ujar Rena.
"Kamu diapain lagi sama Abang?" Ega menurut, memutuskan untuk terus menggunakan mode panggilan biasa.
'Dimarahin. Dibilang bodoh gak bisa kerja.'
"Emang kamu habis ngapain?"
'Tadi pagi itu...Abang minta sama Yesa buat dicekin nota tagihan yang harus dibayar minggu ini. Yesa nyari terus gak nemu. Abis itu aku tinggalin counter depan bentar buat ngecek ulang dan aku juga gak nemu. Yesa bilang ke abang kalo gak ada tagihan yang perlu dibayar minggu ini,' lagi, Rena memberi jeda dalam kalimatnya.
'Tapi ternyata abis itu pas kita rapiin lagi baru ketahuan kalo ternyata ada. Aku sama Yesa sama-sama kelewatan. Mungkin karena kami sama-sama buru-buru jadi gak teliti. Toko tadi rame dan ada dua pegawai yang gak masuk. Aku juga sendirian ngecek soalnya Abang belum dateng. Entah karena beneran ceroboh atau emang pas lagi apes aja. Abis itu Abang dateng, Yesa langsung lapor, terus Abang marah-marah. Aku gak suka sama Abang, kak.'
"Hmm, udah tenang dulu. Kamu dimana? Kamar mandi?"
'Iya. Aku pengen pulang.'
"Tahan dulu ya, nanti pulang langsung ke Kakak."
'Nanti ada Abang.'
"Enggak, biar Kakak bilang Abang gak usah kesini."
'Ntar aku dibilang ngadu lagi sama Kakak,' tangisan Rena kembali pecah. 'Nanti Kakak berantem lagi.'
"Sok tahu kamu! Siapa yang berantem?"
'Kalian. Kan sampe mecahin mangkok.'
"Enggak," Lagian kalo emang ribut disini banyak orang, lanjut Ega dalam hati. "Udah nanti pokoknya kesini ya?!"
'Iya.'
*
"Aku mau kerja di luar aja kak, boleh?" tanya Rena pada Ega setelah dia selesai mencurahkan keluh kesahnya.
"Ya kalo aku sih terserah kamu Ren," jawab Ega.
Pasalnya, walaupun ego Ega ingin berkata 'Jangan, kamu di toko ajalah. Usaha sendiri ada ngapain di luar? Abang juga butuh bantuan,' namun dia tidak akan mengatakan itu. Karena Ega tahu itu akan membuat adiknya tertekan, karena Ega jelas tahu rasanya. Itu sebabnya dia berusaha untuk tidak membuat orang lain tertekan dengan cara yang sama. Sejatinya, orang semacam itulah Ega.
KAMU SEDANG MEMBACA
BIRU
General FictionAda kalanya, apa yang terjadi dalam hidup bertentangan dengan yang kita inginkan. Terkadang, fakta tidak berbanding lurus dengan dugaan. Seringkali, kita salah mengartikan isi hati seseorang. Biru tidak selalu tentang ketenangan dan kestabilan, warn...