Sejak awal, Magic Shop memiliki empat tiang penyangga. Haidar Caraka, Regananta Hendrawan, Harsa Darmawan Abdinegara dan Junior Young Suharsono. Kehilangan satu tiang penyangga, jelas membuat tiga yang tersisa berdiri goyah.
__________________________________________________
"Kita ini, terlalu jauh gak sih bikin kayak gini?" Ega bergumam, masih berkacak pinggang menatap taman di hadapannya.
Raka menipiskan bibir ketika melirik sekilas ke arah lelaki yang lebih muda darinya itu, "Udah jalan jauh, ya sekalian aja," timpalnya ringan seraya duduk di salah satu kursi kayu yang baru selesai di tata beberapa menit lalu.
"Ini udah mau tahap akhir, kenapa baru tanya kita kejauhan apa gak Bang?" tanya Juni, melangkah lambat dan mendudukkan diri di sebelah Raka.
"Iya Bang, udah kepalang tanggung. Duit Juni udah keluar banyak. Daripada overthinking mending sini duduk nyobain ayunan," Asa sang pencair suasana, seperti biasa membuat semuanya agak melenceng dari nuansa sebelumnya. Tangannya menarik lembut tangan Ega agar duduk di ayunan bersamanya.
"Maksudnya tuh...kita gak punya gelar, gak ada background pendidikan resmi jadi gak punya hak buat kasih konseling segala macem. Malah bangun tempat beginian. Ini kita belum bikin izin usahanya pula. Takutnya kita bukannya bantu tapi malah jerumusin dan manfaatin."
Itu bukan pertama kalinya Ega memiliki kekhawatiran tentang hal itu. Bahkan sedari awal mereka juga memiliki kadar kekhawatiran yang tidak jauh berbeda satu sama lain tentang hal ini.
"Ga, dari kemaren-kemaren kita udah kepikiran hal ini. Inget kan apa yang udah kita sepakatin sebelum deal?"
"Iya. Kita cuma bantu mereka berdasarkan pengalaman."
"Nah, itu udah."
"Tapi kita pake tarif. Jadinya komersil."
"Kalo gak pake tarif, keluar duit segini banyak rugi juga soalnya," Juni menyahut lirih, yang kemudian dibenarkan oleh orang lain.
Niat awal mereka memang hanya membantu orang-orang yang bernasib sama, tapi nyatanya ide yang mereka tuangkan memakan modal besar yang akhirnya membuat otak bisnis mereka mau tidak mau berjalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
BIRU
General FictionAda kalanya, apa yang terjadi dalam hidup bertentangan dengan yang kita inginkan. Terkadang, fakta tidak berbanding lurus dengan dugaan. Seringkali, kita salah mengartikan isi hati seseorang. Biru tidak selalu tentang ketenangan dan kestabilan, warn...