"Kalian stok kemarin dan hari ini sudah beda hasilnya, bagaimana bisa?" Andara bertanya dengan nada datar, menatap tajam pada Rena dan Farah yang hanya diam seraya mempertanyakan hasil stok dari tiga produk yang mereka jual.
Mereka juga tidak tahu bagaimana hal semacam ini bisa terjadi. Karena sungguh, mereka sudah melakukan pengecekan barang dengan benar setiap kali mengeluarkan barang dagangan yang terjual. Jumlah barang fisik yang dikeluarkan hari ini pun sama dengan jumlah barang pada nota yang dicetak hari ini. Jadi bisa dipastikan mereka tidak salah hitung. Ya, setidaknya begitu yang mereka pikirkan.
"Sepertinya karena ada retur harian yang kemarin belum dikerjakan saat kami melakukan stok Pak," jawab Farah.
"Sepertinya? Jangan bilang sepertinya, saya butuh jawaban pasti."
Rena menggerutu dalam hati, masalahnya mereka juga tidak tahu jawaban pasti dari apa yang terjadi. Mungkin, jika Rena punya akses lebih ke program komputer dia memiliki kesempatan untuk mencari tahu. Tapi nyatanya tidak. Rena dan Farah tidak memiliki akses untuk itu, sehari-hari mereka lebih sering dihadapkan dengan barang fisik. Bahkan di meja mereka berdua tidak ada komputer satu unit pun, jika mereka memerlukannya mereka harus memakai salah satu dari beberapa komputer yang bisa dipakai bersama oleh staff lain di ruang lain. Sebenarnya, bisa dikatakan itu komputer milik mereka yang sengaja diletakkan di sana, hanya saja staff lain bisa ikut memakainya juga. Dan lagi memang diletakkan di tempat terbuka, hanya terpisah oleh sekat-sekat kubikel.
"Ini yang bermasalah dari komputernya Pak, stok fisik kemarin kalau dikurangi hasil penjualan hari ini nilai akhirnya sama dengan stok fisik hari ini," Rena akhirnya mencoba ikut angkat bicara, berdasar apa yang dia tahu. "Dan lagi di komputer angka stok komputet yang tertera sebagai acuan perbandingan stok fisik yang kami pakai kemarin tidak ada. Dalam rincian kartu stokpun angka itu tidak tercantum..."
"Hilang? Bagaimana bisa hilang?"
"Saya tidak tahu Pak."
"Ya kamu jangan tidak tahu, kamu harus cari tahu."
'Ya gue emang gak tau sat! Pegang komputer aja jarang malah suruh cari tau. Lo lah yang harusnya tau, akses program lo gak terbatas tapi malah perintah sana sini. Malah ngegame mulu kerjaannya,' batin Rena kesal. Sepertinya dia lupa jabatan Andara yang memang sah-sah saja jika ingin memerintah sana sini.
"Lalu ini bagaimana cara saya laporan ke bos besar kalau setiap hari hasilnya tidak sama?"
"Besok kami stok ulang lagi Pak," Farah kembali mengambil alih.
"Kemarin kamu juga jawabnya seperti itu, terus saja jawabnya begitu," Andara mengibaskan tangan, berniat mengusir.
Farah dan Rena segera meninggalkan ruangan Andara. Sebelum manager mereka itu kembali mengoceh.
"Aneh kan?" tanya Farah.
"Gak taulah capek," sahut Rena, ingin menangis rasanya.
Gadis itu tidak pernah suka jika perkataannya dimentahkan saat dia sudah bicara jujur berdasar apa yang dia tahu dan alami. Dia tidak pernah suka itu dan entah kenapa dia justru sering mengalaminya.
"Ini tuh kalo misal dikurangin sama retur harian yang Kak Farah bilang tadi, angka quantity yang kemarin itu masih gak sama lho sama yang diprint sama mbak Yeri," Rena mulai bicara lagi.
"Makanya itu, aneh kan?" Farah menyahut.
"Ya sih, tapi gak tau kenapa bisa gitu. Eh Kakak inget gak kasus barang yang di nota? Yang di nota kecetak berapa item tapi di komputer jumlahnya gak sama itu?"
"Lupa."
Rena berdecak, terang-terangan menunjukkan ketidak sukaannya pada sifat Farah yang ini. Farah sering sekali dan dengan mudahnya menjawab lupa atau tidak ingat atas suatu kasus saat Rena bertanya dan butuh pendapat Farah. Sementara di kondisi lain ketika Farah sendiri sedang menanyakan sesuatu kepada Rena karena butuh Rena juga mengingat detail dari hal yang dia tanyakan, dia terkesan meminta Rena untuk terus mengingatnya. Jujur saja dulu Rena masih berusaha memaklumi dan lebih banyak diam, bagaimanapun Farah itu seniornya dan dia tidak seberani itu. Tapi sejak dia semakin risih dia memutuskan memperlakukan Farah dengan cara sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
BIRU
General FictionAda kalanya, apa yang terjadi dalam hidup bertentangan dengan yang kita inginkan. Terkadang, fakta tidak berbanding lurus dengan dugaan. Seringkali, kita salah mengartikan isi hati seseorang. Biru tidak selalu tentang ketenangan dan kestabilan, warn...