14

926 72 4
                                    

Jimmy mengamati formulir yang sudah diisi Rena, mempelajari lebih dalam. Wajahnya terlihat serius namun tetap berusaha terlihat ramah. Dia beberapa kali mengecek komputernya, mencocokkan beberapa data.

Butuh beberapa menit hingga lelaki itu menoleh ke arah Rena yang duduk di sofa tunggu. Memanggil gadis itu agar mendekat, mulai menjelaskan beberapa aturan tentang privasi.

"Lantai dua ya Ren, selantai sama ruangan Bang Ega. Tapi ini seberangan arah, jadi abia naik tangga belok kanan, paling pojok, papan namanya Golden's," jelas Jimmy diiringi senyum bersahabat.

Rena hanya mengangguk kaku, dia menerima kartu dan notes kecil dari Jimmy sebelum mengucapkan terima kasih dan beranjak dari sana. Melirik sebentar pada Asa yang menemaninya sedari tadi dan segera pergi setelah Asa mengangguk memberi kode.

"Jadi Ares?" bisik Asa.

"Hmm, cocoknya ke Ares."

Asa mengangguk, ingat tentang pesan chat Ega semalam yang mengatakan bahwa dia tidak jadi menyerahkan Rena dalam pengawasan Asa. Ega meminta Jimmy mencarikan healer yang cocok untuk Rena, seperti prosedur normal yang biasa dilakukan. Walau awalnya Ega sudah menebak bahwa Ares yang akan menjadi healer Rena.

Dan nyatanya benar. Lelaki yang cukup dijagokan disini itulah yang akan menemani Rena mencari kebahagiaan kecil untuk meringankan tekanan batinnya.

*

Langkah Rena berhenti di depan salah satu dari sekian pintu putih dalam rumah ini.

Golden's

Itu nama yang tercantum di papan.

Rena menatap kartu di tangannya, mencoba meyakinkan diri sekali lagi.

Welcome to GOLDEN's
Find your happiness in my room

We will make you feel better
In our Magic Shop

Melihat kalimat yang seolah meyakinkannya bahwa ruangan ini akan membuatnya merasa lebih baik membuat keyakinan Rena bertambah. Gadis itu menyentakkan gagang pintu hingga terbuka. Detik berikutnya dia hampir saja ternganga dengan isi ruangan jika saja tidak segera mengendalikan diri.

Seorang lelaki berdiri di sana dengan senyum ramah menyambutnya.

"Halo," sapa lelaki itu dengan senyuman hangat.

"Hai," balas Rena canggung. Dia pernah melihat lelaki ini di acara penghijauan, tapi mereka tidak bercengkrama dalam waktu lama. Hanya saling berkenalan dan basa basi singkat. Hmm jujur saja Rena bahkan lupa siapa nama lelaki ini.

Tapi jelas yang membuat Rena melongo bukan itu. Ruangan ini...hhh apa ya, hanya sepetak kecil ruangan dengan tirai putih mengelilinginya begitu? Kebahagiaan apa yang ditawarkan?

Bahkan ruangan Ega yang didominasi warna biru dan memiliki beberapa perabot masih lebih berwarna dan menarik.

"Jadi? Mau cerita atau mau sesuatu yang bikin santai?" lelaki yang Rena lupa namanya itu mendekat, membimbing Rena duduk di sofa putih di sana.

Pandangan Rena yang semula beredar kini fokus pada lelaki itu. Dia bahkan tidak tahu aturan main dalam kasus ini.

"Maaf, aku gak ngerti, biasanya gimana?"

Ares -- lelaki itu -- tertegun, "Maaf, adek Bang Ega bukan?" tanyanya hati-hati. Dia berniat mengonfirmasi info yang dia dapat beberapa menit lalu, tentang kliennya kali ini adalah salah satu kerabat orang dalam.

BIRUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang