Author's note :
Karena beberapa dari kalian sedang merindukan orang yang lagi enak-enakan rebahan di Alam Barzakh sambil nontonin yang masih di dunia, aku mutusin buat ceritain sedikiiiiitttt aja kisah hidup dari beliau ini (ya sebenarnya karena aku rindu juga).
Dan terima kasih karena udah memberi cinta (yang jauh lebih banyak dari yang kukira) kepada Regananta Hendrawan 🍀🥀🌼_____________________________________________________
Jika bicara tentang siapa orang yang membuat Ega leluasa menampilkan sisi liar dan kurang sopan santunnya, tentu Damar adalah kandidat terkuat dalam hal itu.
👦🏻👦🏻
"Udah pada gila berdua," desis Aretha pelan yang membuat Yogi tertawa kecil sementara Ega menghela nafas lelah.
Di hadapan mereka bertiga, Jorna dan Damar masih berpose dengan tengilnya. Shirtless dan bertingkah seperti model yang memamerkan tubuh berisi mereka.
Ya, sebenarnya niat awal mereka memang untuk itu. Mencoba mengikuti audisi model iklan celana dalam.
Sedikit sinting dan kurang kerjaan memang.
Sore hari di atap sebuah cafe bertema industrial -- yang bagian atapnya sengaja mereka booking selama 4 jam -- kelima teman seumuran itu tengah melakukan satu kegilaan baru. Damar dan Jorna sibuk berpose, Yogi sibuk dengan dronenya, Ega sibuk dengan DSLRnya sementara Aretha sibuk berkomentar -- setelah tugasnya mendandani dua model dadakan itu rampung tentu saja.
"Mar, lo kek om om gadun sumpah!" teriak Ega kesal yang membuat Jorna otomatis menahan tawa sementara yang diejek tetap konsisten menampilkan tampang songongnya hingga dia yakin Ega selesai memotret.
"Asiklah punya banyak sugar baby," sahut Damar santai.
"Pedofil najis."
"Anjing noh najis di agama lo."
"Agama lo juga dulu bego."
Memang, hanya Damar yang mampu membuat Ega leluasa berbicara kasar dan hanya kepada Damarlah dia menunjukkan sisi itu -- jika tolak ukurnya adalah orang-orang di Magic Shop lainnya atau anggota keluarganya. Bahkan Jorna, Yogi dan Aretha pun hanya akan melihat sisi kasar Ega yang ini jika ada Damar di sekitarnya. Intinya, kedua lelaki itu seringkali seperti magnet. Saling menolak di satu sisi dan saling menarik di sisi lainnya.
"Ga liat coba. Nih foto lumayan di gue hasilnya. Si Jorna pas mesam mesem, tapi dapet banget songongnya," Yogi menyela, menunjukkan tampilan foto yang baru dia ambil lewat drone kepada Ega.
*(Note : yang di dadanya Damar tato pedang ya bukan Salib 🙏)
"Emang songong berdua. Tapi bagus sih. Oke juga si Jorna senyum kayak gitu," Ega terkekeh kecil. "Giliran pas cakep malah foto yang ini, tadi susah bener."
KAMU SEDANG MEMBACA
BIRU
General FictionAda kalanya, apa yang terjadi dalam hidup bertentangan dengan yang kita inginkan. Terkadang, fakta tidak berbanding lurus dengan dugaan. Seringkali, kita salah mengartikan isi hati seseorang. Biru tidak selalu tentang ketenangan dan kestabilan, warn...