20

843 52 6
                                    

"Permen Ren?" tawar Jimmy pada Rena yang duduk di dekatnya.

Hari ini jadwal terapi Rena. Sayangnya menurut Jimmy, Ares belum datang. Telat katanya, terjebak macet. Jadi Rena menunggu di lobi bersama Jimmy. Tentu saja setelah Jimmy memastikan suasana aman dan tidak akan ada klien lain yang datang dalam waktu dekat.

"Rasa apa itu?" Rena bertanya, melongok ke dalam kotak kayu berisi permen berbagai bentuk dan rasa yang disodorkan Jimmy.

"Macem-macem. Mau yang apa? Ini ada rasa mint, kopi...eh ini ada lollipop rasa stroberi...biasanya Davin nih yang beli beginian," Jimmy terkekeh.

"Lollipopnya punya Davin?"

"Enggak. Dia pasti masih ada. Lo mau ini? Nih."

"Makasih."

Keduanya kembali menunggu kedatangan Ares, sesekali mereka berbincang. Beberapa kali Jimmy juga mengecek komputernya.

"Kamu jaga sendirian di sini Jim?"

"Jaga...ngadmin maksudnya."

"Iya."

"Iya sendirian."

"Gak ada liburnya dong?"

"Nyaris gak ada," Jimmy tersenyum seolah itu bukan hal yang membebani. "Ya pernah sih libur, nanti ada yang gantiin. Biasanya ada healer yang gantiin."

"Hmm, mereka sendiri ada liburnya?"

"Ada. Kan disini jadwal mereka gak tiap hari Ren."

"Yang ngatur jadwal kamu gitu?"

"Ya...aku ikut ngatur tapi kayak dimintain pendapat aja kayak 'Kalo kayak gini bisa Jim?' ada beberapa yang lebih berhak ngatur soalnya," Jimmy sadar dia terlalu banyak bicara -- lagi-lagi -- beruntung lidahnya masih bisa dia jaga agar tidak mengucapkan nama Raka, Juni, Ega dan Asa.

"Eh Jim?"

"Hmm?"

"Kak Ega yang dulu itu, pas dia kesini barengan sama jadwalku itu...dia ngapain?" pada akhirnya Rena memutuskan bertanya, setelah menilai situasinya cukup mendukung untuk menanyakan itu.

Jujur saja, Rena sudah penasaran sejak berminggu-minggu lalu. Jawaban Jimmy saat itu yang mengatakan bahwa Ega sedang melakukan konsultasilah yang tidak bisa berhenti membuatnya penasaran. Setiap dia bertanya pada Ega, kakaknya itu selalu mengalihkan pembicaraan atau terang-terangan tidak ingin menjawab. Terlebih setelah pertemuan saat itu dia tidak pernah bertemu dengan kakaknya lagi di sini. Jika saja dia tidak mendengar kalimat Jimmy, Rena bisa saja menganggap bahwa Ega kebetulan datang.

Di sisi lain, Jimmy menelan ludahnya kasar, sekali lagi mengutuk lidahnya yang benar-benar lincah dalam hal berbicara. Dia merutuk diri sendiri, mendadak teringat pada bagaimana Ega menegurnya kala itu. Dan kini, dia harus berhadapan dengan Rena yang menanyainya. Hhh kedua kakak adik ini kenapa mirip sekali sih? Sepakat membuatnya terdesakkah?

Hmm tidak juga sih, kan memang dia yang salah.

Pintu utama yang terbuka membuat Jimmy dan Rena segera menoleh, awalnya Jimmy sudah takut saja kalau ternyata itu klien. Sempat berpikir apa dia salah memperhatikan jadwal. Bisa-bisa ada yang mengomelinya lagi jika dia membuat Rena dan klien lain tidak sengaja bertemu. Terlebih hari ini Juni dan Asa sedang ada di ruangannya. Tapi untunglah itu hanya Ares.

Syukurlah, penyelamat.

"Ananda Respati udah telat dua kali ya bulan ini," serta merta Jimmy beralih menyapa Ares dengan tampang sumringah yang terlalu berlebihan. Biar saja, dia senang karena kedatangan Ares membuatnya tidak perlu menjawab pertanyaan Rena. 

BIRUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang