"Bener mau langsung pulang?" Ega sedikit berteriak, mencoba mengalahkan deru motor mereka.
"Iya, ngantuk," Rena menjawab singkat.
Ini sudah kedua kalinya Ega bertanya, dan Rena menjawab hal yang sama. Harusnya Ega paham, hanya saja sebagian dari keyakinan Ega enggan mengakui bahwa bisa jadi Rena membutuhkan hal lain untuk menenangkan hatinya.
"Mau ice cream?"
Rena memukul pelan punggung Ega, "Kakak nanya-nanya mulu!"
Bukannya marah, Ega justru terkekeh pelan, "Mau?"
"Hmm."
Dan tanpa bertanya lagi Ega kembali mengarahkan motornya ke tempat lain.
*
Apalagi ini?
Rumah siapa yang ada di hadapannya?
Rena ingin protes kepada Ega namun Ega sudah lebih dahulu meninggalkannya melenggang masuk kedalam rumah. Rena ragu, dia melihat beberapa motor dan empat buah mobil yang diparkir begitu saja di pelataran yang bisa dibilang cukup luas. Di dalam pasti ramai dan kali ini Rena sedang tidak ingin bertemu siapapun.
"Ayo ikut."
Hampir saja Rena terlonjak ketika tahu-tahu Ega sudah berada beberapa langkah di depannya.
"Ayo pulang," sahut Rena datar.
"Bentar, disini dulu. Baru jam 1, nanti kalo abang tahu urusan kamu udah kelar jam segini malah disuruh balik toko."
Benar juga.
"Ayo."
Untuk kedua kalinya, Rena membuntuti Ega seperti kerbau dicocok hidung. Dia memasuki rumah itu dan tertegun mendapati bagian depan yang sepi. Rena menoleh ke arah kiri, manik matanya bertemu dengan seorang lelaki seumuran Ega yang tersenyum ramah. Rena membalas senyuman itu dengan canggung.
"Siang," sapa lelaki itu.
"Siang," balas Rena.
"Gue ke kamar dulu, nanti kalo Davin mau suruh samper aja," pesan Ega.
"Udah abang istirahat aja," sahut lelaki itu.
"Gak papa, kasian kapan hari belum sempat ketemu pas kalian ke rumah."
Rumah?
Lelaki itu pernah ke rumah mereka? Rena baru sadar bahwa dia tidak mengenal teman-teman kakaknya.
"Kan salah dia sendiri."
"Jim?"
"Iya Bang iya."
Ega menarik tangan Rena untuk berlalu dari sana, Rena menyempatkan diri untuk menoleh dan mengangguk pada lelaki yang dipanggil 'Jim' itu sebelum benar-benar kembali fokus pada Ega. Keduanya sampai di sebuah pintu bercat putih, ada tulisan "Relax" di sudut kanan atas pintu. Rena menoleh ke belakang. Letaknya tidak benar-benar lurus dengan pintu di depannya, tapi tetap saja ada pintu yang senada. Mata Rena mencoba memicing membaca tulisan di pintu "Your Hope" itu yang tertulis di pintu. Dan Rena baru sadar kalau sepanjang perjalanan tadi bisa jadi semua pintu yang dia lewati memiliki tulisan berbeda.
"Kamu mau disitu?"
Rena mengerjap, menyadari Ega sudah berdiri di ambang pintu bagian dalam ruangan menunggunya masuk. Kalau diingat-ingat dia banyak melamun hari ini.
Buru-buru Rena melangkah memasuki ruangan, kemudian tertegun menyadari ruangan yang dia masuki.
Sebuah kamar, yang didominasi warna biru putih.
KAMU SEDANG MEMBACA
BIRU
General FictionAda kalanya, apa yang terjadi dalam hidup bertentangan dengan yang kita inginkan. Terkadang, fakta tidak berbanding lurus dengan dugaan. Seringkali, kita salah mengartikan isi hati seseorang. Biru tidak selalu tentang ketenangan dan kestabilan, warn...