"Gue udah bilang sama Jorna tentang kapan dan jam berapanya. Masalah harga kemaren deal-dealan sama gue itu sih. Tapi kali aja kalian bisa nego lagi," Damar menginformasikan.
"Ok A', thanks yak. Padahal tugas gue ini," sahut Asa.
"Sama-sama, gak masalah," Damar tersenyum lembut.
"Serahin ke Damar semua, kita terima beres di akhir," Raka tertawa jumawa.
"Agak ngelunjak orang tua satu ini," Jimmy menyahut dengan tampang dibuat seserius mungkin.
"Berarti beres semua ya. Baksos aman, sharing almost..." gumam Juni seraya mengabsen kegiatan yang mereka setujui dalam bulan Ramadhan ini "...tinggal konfirmasi ulang aja sama Jorna. Hari ini ya dia konseling?" Juni bertanya pada Jimmy dan Rena.
"Iya. Ntar abis dia konsul biar diajak rundingan."
"Ok," Juni kembali membaca cepat tiga file curhatan yang tadi mereka pilih.
"Nanti kalo udah deal sama Jorna langsung hubungan tiga orang itu ya Jim," Raka memberi perintah yang langsung disanggupi Jimmy.
"Kayak gini misal kita bisa ngejangkau lebih banyak daerah bakal lebih oke gak sih?" Asa bergumam. Menyuarakan pendapatnya. Karena kalau dipikir-pikir, klien mereka selama ini hanya melingkupi orang-orang yang tinggal di wilayah Jakarta dan sekitarnya.
"Iya. Kayaknya seru ya kalo kita bikin Magic Shop di kota-kota lain terus sebagian dari kita nugas disana, rekrut healer-healer baru juga," Juni menyetujui pendapat Asa.
"Dananya yang gak seru," celetuk Gio yang mengundang tawa mereka semua.
"Bener kalo itu sih," Asa menyahut di sela tawanya.
"Terus juga yang modelan lo Jun, bisalah full time dimana aja. Bisnis keluarga toh ada yang megang, lo atur jarak jauh juga bisa. Nah kita-kita?" Raka turut bersuara.
"Ntar kalo gue ditaruh luar kota gue ngurus ekspedisi pake zoom dah," Damar menimpali.
"Lo musti pake monitor yang gedhe Bang, biar mata lo gak burem ngeliat barang apa yang dimuat," sambung Jimmy.
"Ya kalian pada resign aja. Full time gitulah ntar kita di Magic Shop," Juni mencoba membela diri sendiri di tengah gempuran ocehan teman-temannya.
"Licin bener itu mulut," gerutu Davin.
"Full time lo yang bayarin kita ya Bang," tantang Gio.
"Lha bangkrut gue!"
Teriakan Juni membuat Asa terpingkal, sementara Ares hanya tertawa kecil mendengarkan kegaduhan yang tercipta. Di sebelahnya, reaksi Rena pun tak jauh beda.
"Hope, lagian ini tadi kan lo yang ngide kok jadi gue yang diserang."
"Ya lo lanjutin sih Jun."
"Dahlah. Udah bubar aja kita, bubar...bubar," Juni berdiri lebih dulu, siap beranjak.
"Kalah dia," Raka terkekeh. "Ya udah yok, kerja...kerja."
*
"Sorry," Jorna sedikit terengah ketika sampai di meja resepsionis.
"Tumbenan Bro?" respon Jimmy.
"Ada customer order kue lebaran tadi. Anak gue gak ngerti, anak baru. Satu yang pegawai lama gak masuk. Jadi ya gue temenin dulu."
Jimmy bergumam memaklumi, "Bro tapi gini...maaf ya, bulan puasa kita gak ada kelonggaran. Ini jadwal Aa' Damar agak padet. Jadi ini lo telat 35 menit tapi nanti selesainya tetep sesuai jadwal. Hari ini gak bisa nambah waktu. Nanti diusahain ganti di lain kesempatan deh misal ada."
KAMU SEDANG MEMBACA
BIRU
General FictionAda kalanya, apa yang terjadi dalam hidup bertentangan dengan yang kita inginkan. Terkadang, fakta tidak berbanding lurus dengan dugaan. Seringkali, kita salah mengartikan isi hati seseorang. Biru tidak selalu tentang ketenangan dan kestabilan, warn...