"Reboisasi lagi?" usul Jimmy.
"Yang tahun kemarin baru reboisasi," sahut Gio. "Lagian kalo mau reboisasi di mana lagi? Kemaren aja agak susah nyari lahan yang mau ditanamin."
Mereka tengah berkumpul di lantai dasar Magic Shop, melakukan meeting dadakan -- yang diawali dengan perbincangan santai -- untuk membahas kegiatan sosial apa yang bisa dilakukan kali ini.
"Beli tanah," sahut Davin enteng, membuat semua pasang mata menatapnya.
"Buat apa?" Raka bertanya.
"Ya kalo mau reboisasi, beli tanah dulu aja. Nanti ditanamin sendiri. Kan gak perlu susah-susah nyari, ngurus izin segala macem."
Juni menarik nafas dalam, di sebelahnya Raka lebih memilih menghela nafas.
"Tanah harganya mahal Bang."
Sungguh mengherankan tentang bagaimana Gio masih menanggapi Davin dengan serius, perilaku yang jelas semakin membuat Juni dan Raka pasrah. Tapi Gio jika sedang berada dalam mood yang baik memang sekalem itu. Jimmy hanya menahan tawa mendengarnya, sementara Rena -- yang baru pertama kalinya ikut serta dalam meeting dadakan para pengurus Magic Shop -- masih sedikit kebingungan. Di kepalanya ada beberapa pertanyaan, tapi dia lebih memilih mengamati situasi terlebih dahulu.
"Kan Bang Juni kaya," masih dengan nada tanpa beban, Davin menjawab. "Nanti patungan, Bang Juni yang paling banyak," putusnya sepihak.
Rena berkedip, semakin yakin bahwa karakter Davin sedikit sulit ditebak. Hhh, bisa-bisanya dulu dia sempat terpesona pada Davin. Ya...yang memang cukup tampan itu.
"Mau patungan berapa taon?!" Jimmy tidak tahan untuk diam lagi. "Yang ada tiap tahun bukannya ngadain kegiatan malah duitnya buat patungan beli tanah mulu. Ntar reboisasi satu windu lagi."
"Udah udah anak-anak, gak reboisasi ya. Davin, gak beli tanah oke?" Juni menengahi.
"Ok," kali ini pun Davin mengiyakan dengan cepat, lagi-lagi ringan dan tanpa beban.
Responnya itu berhasil membuat Raka terkekeh. Seandainya ada Ares di sini, pasti Davin dan Ares terancam akan adu mulut -- bisa 2 lawan 1 jika Jimmy dan Ares di pihak yang sama. Karena terkadang Ares gemas jika Davin mulai bersikap 'tidak terdefinisi' seperti beberapa saat lalu. Sayangnya Ares dan Asa belum tiba. Sementara Damar, sepertinya masih tidur di ruangannya. Ini hari minggu. Dan berdasar keterangan Jimmy tadi, semalam Damar menginap di sini tapi menolak untuk berkumpul di lantai dasar dengannya.
"Kalo rehabilitasi terumbu karang gimana?" usul Gio.
"Boleh sih, belum pernah kita," Raka tertarik.
"Oke aja, seru kayaknya," Juni ikut menyetujui.
"Tapi paling deket dimana ya?" Raka menoleh ke arah Jimmy.
"Ok, ntar gue cari info Bang. Nanti ikut gue Ren, gue ajarin jadi seksi sibuk kalo ada acara beginian," sahut Jimmy cepat tanggap.
"Survey keluar?" Rena bertanya.
"Enggak hahaha. Cari info di internet aja, nyari lokasi paling deket nanti."
"Kalo agak jauh ya gak apa-apa, Bali misalnya," Davin kembali bersuara.
"Lo diem dulu bisa gak?" Jimmy menatap Davin gemas.
"Kan ngasih pendapat."
"Otak lo kalo masih pagi selnya belum nyambung, pendapat lo bikin gue jengkel daritadi."
"Ck, yang kayak gitu tuh Ren. Lo sabar ya kalo lagi ditraining sama dia," Davin mencoba mencari sekutu.
"Gak usah manipulatif depan Rena, anak baru lo cuci otak."
KAMU SEDANG MEMBACA
BIRU
General FictionAda kalanya, apa yang terjadi dalam hidup bertentangan dengan yang kita inginkan. Terkadang, fakta tidak berbanding lurus dengan dugaan. Seringkali, kita salah mengartikan isi hati seseorang. Biru tidak selalu tentang ketenangan dan kestabilan, warn...