HAPPY READING
"Seandainya kamu tak sebodoh itu, mungkin keluarga kita sangatlah bahagia. Apalagi anak kita akan segera lahir, maaf aku ga pernah mengabari kamu sama sekali. Rasa sakit itu masih ada dan masih berbekas.Aku ga tau apakah ini berlebihan, tapi menurutku ini sangatlah wajar untuk seseorang yang sudah menikah. Aku terlalu percaya sama kamu, aku terlalu berangan-angan tinggi sampai aku terjatuh" jihane meneteskan air matanya
"Bunda sayang kamu" jihane menatap perutnya yang membesar "bunda juga masih sayang sama mami kamu. Maaf bunda ga bisa bersama lagi sama mami kamu" jihane tersenyum sambil menangis
Bayi di dalam perut jihane menendang dari dalam. jihane tau jika anaknya tidak suka jika dia menangis. Setiap Jihane menangis, sudah pasti dia menendang perutnya dari dalam.
"Maaf, bunda nangis lagi" jihane kembali mengusap perutnya
Flashback OFF
"maafin bunda ya sayang" jihane mengelus rambut sang anak sambil meneteskan air mata
"bunda kenapa nangis" ucap irza
"irza kok bangun, irza kan udah nyenyak tidur nya" jihane menghapus air mata nya
"bunda jangan nangis" irza memegang pipi sang bunda yang
"ngga kok, bunda ga nangis"
"irza tau kalau bunda lagi nangis, jadi jangan bohong sama irza"
"anak bunda sok tau ya sekarang" jihane mencubit gelas pipi sang anak
"ishh, bunda jangan cubit-cubit nanti pipi irza makin tembem dan ga ganteng lagi"
"mau gimanapun irza, irza tetap ganteng kok. Mangkanya banyak temen cewek kamu mau main sama kamu"
"tapi irza ga suka punya temen cewek, tapi kalau ga di temenin kasian mereka"
"emang kenapa irza ga suka punya temen cewek"
"ribet bunda"
"kamu ini masih enam tahun lho, ngomong nya kayak orang dewasa aja. Di ajarin siapa sih, hemm? "
" kakek"
"emang kakek bilang apa"
"kakek bilang kalau cewek itu ribet kayak nenek sama bunda"
"kok kakek bilang gitu"
"ga tau, kakek cuma bilang kalau cewek itu ribet dan susah di kasih tau"
"lain kali kalau kakek ngomong kaya gitu lagi ga usah di dengerin, ok? "
" iya bunda"
"sekarang irza tidur lagi yah" irza mengangguk
*
Jihane turun ke bawah untuk menemui kedua orang tuanya untuk izin pergi sebentar.
"mah"
"iya sayang" Windy sedang membereskan ruang tamu
"jihane titip Irza sebentar ya, jihane mau keluar sebentar. Irza udah tidur kok di kamar"
"iya"
"papah mana"
"tuh di depan"
"yaudah, jihane pergi dulu"
"hati-hati"
"iya"
Jihane berjalan keluar menghampiri sang ayah "pah, jihane keluar sebentar ya"
"mau kemana, awas ya kalau jalan sama cowok itu lagi"
KAMU SEDANG MEMBACA
BEHIND
Randomcinta yang tak terbalas menjadi sebuah dendam, mungkin menurutnya membuat mereka menderita perlahan adalah sebuah kepuasan untuknya pribadi.