HAPPY READING
"Maamiiiiii.......bundaaa....." Teriak Irza dari depan pintu kamar aghni dan Jihane
Ceklekk
Jihane membuka pintu kamar, terlihat Irza sudah selesai mandi namun hanya memakai handuk saja.
Jihane sudah bangun dari tadi, dia masih di dalam kamar karena menunggu Aghni bangun. Kalau di bangunkan takut masih lelah apalagi aghni harus menempuh perjalanan ke luar kota nanti.
"Sayang, udah mandi ya"
"Iya bunda"
"Nenek yang mandikan Irza" tanya jihane
"Iya, soalnya kata nenek takut bunda sama mami masih tidur"
"Yaudah Irza tunggu disini bunda ambilkan baju buat Irza"
"Bunda, Irza boleh bangunkan mami" tanya Irza
Jihane melihat jam di dinding "jangan dulu sayang, takut mami masih capek"
Jihane pun memakaikan baju Irza, beruntungnya jihane memiliki anak seperti Irza.
Selesai memakai baju, tiba-tiba Irza ditarik oleh aghni ke dalam pelukannya.
"Mamiii....." Teriak Irza karena kaget
"Kenapa sayang" ucap Aghni dengan suara serak bangun tidur
"Irza kaget"
"Hihi, maaf ya sayang udah bikin Irza kaget"
"Lepasin anaknya, dia udah mandi lho nanti kalau di peluk kayak gitu ikutan bau karena kamu belum mandi"
"Mana ada aku bau"
"Lepasin ga, sekarang kamu mandi biar nanti ga riweh kalau mau berangkat"
"Masih jam berapa juga sayang, masih lama kok"
"Tinggal dua jam lagi lho, kan masih perjalanan ke bandara terus kena macet, nanti malah makin telat"
"Iya iya. Irza sayang mami tinggal dulu yah" ucap Aghni sambil pura-pura sedih"
"Kan cuma ke kamar mandi malah pake sedih segala"
"Kan aku mau pergi sayang"
"Udah sana mandi" jihane tak menanggapi ucapan aghni, dia hanya menyuruh aghni untuk segera mandi.
Sebenarnya jihane juga sedih karena Aghni akan pergi, walaupun hanya satu bulan.
"Iya" aghni beranjak dari tempat tidur menuju kamar mandi, untungnya aghni sudah memakai kembali baju piyamanya.
"Bunda, mami ga akan lama kan perginya"
"Ngga sayang, cuman bentar aja kok"
"Nanti kalau Irza kangen sama mami gimana bunda" Irza memanyunkan bibirnya
"Nanti kalau kangen kita video call mami aja, tapi kalau mami nya udah ga sibuk lagi" jihane mengelus lembut rambut Irza "udah ga usah sedih, mami kan udah janji akan kasih hadiah yang banyak buat Irza"
"Bunda ga marah kalau mami kasih hadiah banyak buat Irza" ucap Irza mendongak menatap sang bunda
"Ngga" ucap jihane sambil tersenyum, demi sang anak tak bersedih dia sekarang mulai mengalah dan mulai menurunkan egonya. "Jadi Irza jangan sedih, ok"
"Iya" jawab Irza pelan
"Kok jawabnya gitu"
"Iya bunda, Irza ga sedih lagi"
KAMU SEDANG MEMBACA
BEHIND
Randomcinta yang tak terbalas menjadi sebuah dendam, mungkin menurutnya membuat mereka menderita perlahan adalah sebuah kepuasan untuknya pribadi.