"Assalamualaikum, bunda."Naysa melangkah menyalami punggung tangan kanan Hani yang ternyata berada di teras rumah.
"Wa'alaikumsalam. Menantu Bunda udah pulang ... pasti laper ya? Bunda udah masak untuk makan malam kita lho. Yuk sekarang Naysa ke kamar dan mandi ya, Bunda tunggu di meja makan."
Ketar-ketir di hati Naysa dari tadi yang akan bertemu Bunda Hani lenyap seketika saat mendapati sambutan dan tutur lembut penuh perhatian dari sang mertua. Siapa pun pasti ingin mertua seperti ini.
"Iya Bunda ... jadi nggak enak pulang-pulang tinggal makan. Harusnya Bunda tungguin aku untuk masak bareng," ujar Naysa sambil melangkah masuk ke dalam rumah bersama Hani.
Hani tersenyum dan mengelus pipi Naysa yang sontak langkah keduanya terhenti. Wanita paruh baya itu pandangi lama Naysa. Lekuk wajah Naysa tiada yang terlewat dari tatapannya. Seindah ini ciptaan Tuhan yang dikagumi putranya sejak beberapa tahun yang lalu.
"Nggak apa-apa Sayang. Bunda juga tadi masaknya dibantuin sama Bik Sinta. Besok Naysa ada mata kuliah, nggak? Kalau nggak Bunda mau ajakin ke arisan sama temen-temen Bunda."
Diajak ke acara arisan sama mertua yang nantinya akan mengundang banyak komentar akan dirinya. sebenarnya sangat ingin Naysa hindari tapi apa ia tega menolak ajakan mertua sebaik Bunda Hani?
Naysa mengernyitkan dahi saat pikirannya sedang sibuk mengabsen jadwal kampus di hari esok. Jadi mahasiswa semester akhir yang membuatnya harus sering mengintili dosen pembimbing agar mudah mendapat arahan.
"Naysa harus ke kampus pagi, Bun. Mungkin nggak sampai makan siang kok. Tapi kalau Bunda arisannya pagi..."
"Bunda arisannya sore Nak. Jadi berarti bisa ya Naysa ikut Bunda?" potong Hani cepat.
Naysa mengangguk pelan. Ia paham mungkin temen-temen dari mertuanya ini rata-rata bekerja sampai sore jadi bisa berkumpul di sore hari usai menyelesaikan kerjaan masing-masing. Persis mamanya jika ingin reuni dengan temannya akan memilih waktu sore hari.
"Bisa Bunda."
Naysa membalas senyuman Bunda Hani sebelum melangkah lagi ke dalam rumah. Bunda Hani langsung menuju dapur sedangkan Naysa menaiki tanggan. Kamar milik Gama adalah tujuannya untuk beristirahat.
Sampai di kamar Naysa langsung melemparkan tas begitu saja di atas tempat tidur. Melihat tumpukan bantal yang seolah melambai pada Naysa untuk segera menghampiri membuat rasa kantuk hadir begitu saja. Percayalah, Naysa lelah dan ingin istirahat tapi perutnya juga minta diberi makanan bergizi. Terlebih sang mertua tengah menanti hadirnya di ruang makan. Ingatkan Naysa agar kapan-kapan bisa meluangkan waktu untuk masak makanan kesukaan Bunda Hani.
"Hp mati lagi," gumamnya.
Ponsel tercintanya mati karena kehabisan daya setelah seharian tak henti beroperasi. Naysa mengambil handuk dan menghampiri kamar mandi. Mandi dan makan setelah itu mungkin rasa penatnya akan segera sirna.
Naysa tidak menghabiskan banyak waktu di dalam kamar mandi, ia masih butuh waktu untuk mengeringkan rambut dan mencari pakaian rumahan yang biasanya dress selutut. Rambut yang sudah lumayan kering ia urai begitu saja.
"Maaf ya Bun, Bunda jadi nunggu lama ya?" ujar Naysa setibanya di ruang makan.
Bunda Hani meletakkan ponsel yang entah sejak kapan ia pandangi. Melemparkan senyuman manis pada menantunya.
"Enggak apa-apa. Pasti udah lapar banget kan, yuk kita makan."
Piring kosong yang di hadapannya Naysa isi dengan nasi putih serta lauk pauk yang tersedia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dalam Sentuhan Cinta
RomanceGama itu ganteng, baik, pinter masak, dan kaya raya. Apalagi alasan Naysa untuk tidak jatuh cinta? Diam-diam Naysa tidak bisa menolak rasa nyaman yang ditawarkan oleh pelukan Gama. Ingin didekap terus untuk hari ini, esok, dan nanti.