Part 14

31.4K 1.7K 7
                                    

Masih ada yang nunggu next nggak? Kalau ada typo tolong ditandai ya.
____

"Bangun yuk udah subuh."

Bukannya bangun, Naysa malah menyamankan posisinya dalam pelukan Gama. Sesekali ia cium dada bidang sang suami yang menguarkan wangi khas pria itu. Usapan lembut penuh cinta dari tangan kekar Gama di puncak kepalanya membuat Naysa semakin enggan bangun bahkan untuk sekedar membuka mata. Sungguh ini kebiasaan baru yang muncul setelah menikah dengan Gama.

"Engghh."

"Ih... Mas Gama!"

Naysa menyembunyikan wajahnya pada balik selimut demi menyelamatkan dari serangan terus-menerus oleh ciuman Gama. Kedua kelopak mata yang tertutup, pipi kanan kiri, hidung, puncak kepala, bibir, dagu hingga mendekati leher jenjangnya pagi ini tidak henti menjadi sasaran bibir manis Gama.

"Sholat dulu yuk. Setelah itu kamu bisa tidur lagi," bisik Gama.

Naysa membebaskah wajahnya dari selimut dengan terenggah-enggah ia tatap tajam pada Gama. Yang ditatap hanya menaikkan halis sembari mengusap lembut surai hitam legam milik kekasih halalnya. Tersangka atas tindakan ciuman bertubi pada wajah Naysa ini tidak menunjukkan raut bersalah sama sekali. Malah menatap dengan lembut penuh sayang. Ditatap sedemikian rupa membuat Naysa yang tadinya ingin mencak-mencak karena tidurku diganggu jadi gugup dengan jantung berdetak kencang.

"Aku lagi haid Mas. Mas Gama sholat sana."

Gama tersenyum dan mengangguk. Sengaja ia membungkuk dan lalu dengan cepat mengecup lagi kening Naysa sebelum menapaki kaki di lantai keramik yang dingin. Karena masih adzan, Gama akan sholat di masjid komplek.

____

Usai mandi dan masih memakai baju rumahan Naysa celingak-celinguk mencari pasangan hidupnya yang tidak kunjung masuk kamar. Setelah melancarkan aksinya berhasil untuk membuat Naysa menjauh dari tempat tidur Gama izin ke luar kamar sebentar.

"Eh iya, Mbak Mita dan Nisa udah bangun belum, ya? Coba aku lihat dulu deh," gumam Naysa.

Gadis itu meninggalkan kamar yang tempat tidurnya masih berantakan lantaran belum dirapikan sama sekali. Masih ada satu jam lagi untuk Gama berangkat ke kantor dan dirinya baru berangkat ke kampus sekitar jam 10 pagi.

Langkah kakinya terhenti di pintu kamar tamu yang huni oleh ibu dan anak. Belum sampai kepalan tangannya menyentuh daun pintu, pintu dengan cat putih itu lebih dulu dibuka dari dalam.

"Eh, Naysa? Mau masuk ya?" tanya Mita.

Melihat dari wajah dan penampilan Mita, Naysa yakin wanita ini sudah mandi dan mungkin bangun lebih dulu darinya.

"Tadinya mau bangunin Mbak Mita karena udah pagi tapi kayaknya aku telat deh, hehe."

"Iya aku udah bangun dari tadi kok. Lagi nungguin Nisa nih yang masih di kamar mandi. Oh ya ... Nay, makasih ya untuk terbukanya akan kehadiran aku dan Nisa tadi malam. Setelah ini aku sama Nisa langsung pulang deh kayaknya," ujar Mita.

"Loh, Mbak kok malah mau pulang? Sarapan dulu yuk Mbak biar aku masakin," tawar Naysa.

Meski dalam hati Naysa masih bingung apa yang akan ia masak mengingat kata Gama tadi malam jika belum ada bahan yang siap diolah. Kudu belanja dulu, mikir lagi akan masak apa. Akan lumayan memakan waktu juga pastinya.

"Makasih banget lho Nay... Kamu baik ya. Pasti Tante Hani bahagia punya menantu kayak kamu."

"Mbak Mita juga baik kok. Semoga masalahnya bisa segera selesai ya Mbak. Semoga segera diberikan jalan terbaik dari Allah untuk Mbak dan Mas Doni."

"Aamiin.... eh ya. Kayaknya aku nggak usah sarapan di sini deh Nay. Soalnya Nisa harus sekolah dan buku-bukunya juga belum disiapin. Aku juga mau ke rumah Mama dulu dan seperti yang kamu bilang kalau aku harus cerita sama mama dan papa dulu masalah Doni," kata Mita dengan senyum yang tidak luntur sedikit pun.

"Tapi jangan bilang aku dan Mas Gama pelit ya Mbak. Soalnya kan Mbak Mita sendiri yang nolak sarapan di sini."

Kekehan kecil tidak bisa Mita tahan mendengar penuturan Naysa. Istri tercinta dari sepupunya ini lucu.

"Ya nggak lah. Kamu dan Gama nggak pelit."

____

Setelah mengantar Mita dan Nisa sampai ke depan pintu utama rumah, buru-buru ingatan Naysa terarah pada Gama. Sang suami yang tadi malam sempat menunjukkan sikap ngambek padanya belum terlihat ujung hidungnya. Di mana Gama sepagi ini?

"Non Naysa ngapain bengong di depan pintu," tanya Pak Udin yang akan lewat mengambil tempat sampah di sisi kanan rumah.

Naysa tersentak dan menggeleng pelan.

"Pak Udin ada lihat Mas Gama, nggak?" giliran Naysa yang bertanya.

Sambil berjalan menuju teras rumah ini tadi Naysa sempat celingak-celinguk di dalam rumah tapi tidak menemukan sosok Gama.

"Ada Non. Tadi Den Gama katanya ke mau ke market depan itu tapi balik kok."

Dahi cantik Naysa sukses berlipat dan tanpa bisa dicegah matanya tertuju pada pintu gerbang yang sudah dibuka sedikit. Apa pria itu belanja ke minimarket di depan komplek mereka atau ada yang ingin pria itu beli? Tapi nggak ajak-ajak. Padahal Naysa ingin meminta tolong Gama antarkan ke minimarket juga untuk membeli pembalut.

"Serius udah balik, Pak? Kok nggak ada di kamar ya?"

Pak Udin menggeleng pelan melihat majikannya ini.

"Rumah ini kan lumayan luas, Non. Mungkin Den Gama ada di sudut ruangan lain. Bisa aja kamar mandi atau yang lainnya," jawab Pak Udin.

Naysa berulang kali memutar kepala ke arah dalam rumah kemudian memberikan anggukan pada Pak Udin.

"Bisa jadi sih Pak. Ya udah deh aku masuk dulu," ujar Naysa dan langsung berbalik badan, melangkah ke dalam rumah.

Pak Udin yang tadi hampir lupa menghampiri tempat sampah karena pertanyaan Naysa melanjutkan apa yang harusnya ia lakukan.

Dalam Sentuhan Cinta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang