Jangan lupa follow akun ini ya. Yang udah baca sampe sini kalau nggak follow semoga bintitan...
Bibir Gama tidak henti mengucapkan kalimat dzikir di sebelah telinga kanan Naysa. Sebelah tangannya digenggam erat oleh sang istri yang sedang mengatur nafas dengan susah payah sembari melakukan perintah dokter agar bayinya segera lahir.
Sesekali Gama mengusap kening Naysa yang basah karena peluh Sudah setengah jam ia dan Naysa berada di ruangan ini dan kata dokter Naysa sudah memasuki pembukaan 9. Baik di hati maupun di bibir, Gama tidak henti melantunkan doa terbaik untuk sang istri.
"Huh ... emm ... Mas sakit banget."
"Iya Sayang. Ada aku di sini. Genggam tangan aku seerat mungkin ya. Nggak apa-apa kalau mau dipukul juga," kata Gama menatap dalam mata Naysa.
Naysa memaksakan senyum manis untuk disuguhkan pada sang suami. Ia usap pipi Gama lembut.
"Kalau nanti terjadi apa-apa sama aku tolong maafkan semua kesalahanku ya Mas. Aku cinta Mas Gama," gumam Naysa dengan suara lemah.
Gama menggeleng dan mengecup dahi Naysa lama. Memberikan kehangatan yang mampu menguatkan Naysa untuk menjalani proses lahiran ini.
"Aku ridho atas semua yang kamu lakukan, Sayang. Jangan mikir yang macam-macam ya. Sebentar lagi kita akan bahagia bersama buah cinta kita," jawab Gama.
Naysa mengangguk dan kembali meremas erat sebelah tangan Gama sembari mengikuti kalimat dzikir yang terlontar dari bibir sang suami.
"Tarik nafas yang teratur ya Buk, setelah itu ngedan. Ayok... bismillah."
Gama dan Naysa mengucap syukur dan bernafas lega setelah suara bayi terdengar. Kecupan bertubi Gama berikan pada kening Naysa diiringi tetesan air mata.
"Alhamdulillah... Pak Gama, putra Bapak dan Ibu sudah lahir dengan selamat dan sempurna."
Naysa menatap Gama dan sama-sama menatap dokter yang menggendong bayi mungil di tangannya. Itu anak mereka. Anak yang sembilan bulan ini dikandung Naysa. Anak yang sangat mereka tunggu kehadirannya. Anak yang diharapkan membawa banyak kebaikan di kehidupan mereka. Menambah rasa bahagia untuk keluarga kecil mereka.
"Alhamdulillah," ucap keduanya.
"Saya izin bersihkan bayi dan ibunya dulu ya Pak."
Gama mengangguk. Sebelum keluar dari ruangan ini, pria itu mengecup lagi kening Naysa, menatap penuh cinta pada bayi mungil yang digendong dokter. dan pamit untuk keluar.
"Alhamdulilah.... Bunda, Ma. Lahirannya berjalan dengan lancar."
Gama menghampiri Bunda Hani dan Mama Ina yang menantu dengan wajah cemas di kursi tunggu. Ayah mertua kemarin berangkat ke luar kota untuk urusan pekerjaan jadi mungkin besok atau lusa baru bisa kembali ke Jakarta. Mama Hani meneteskan air mata dan memeluk sang putra dengan erat.
"Alhamdulilah. Selamat ya Sayang. Sekarang kamu udah jadi seorang ayah dan bertambah lagi tanggung jawabmu."
Punggung Gama diusap lembut oleh Bunda Hani sebelum sang putra melepaskan pelukannya. Gama menggenggam kedua tangan Bunda Hani dengan mata berkaca-kaca.
"Gama sudah lihat dan persaksikan proses persalinan Naysa tadi. Dulu saat Bunda berada di posisi Naysa juga pasti merasa kesakitan. Terima kasih ya Bun. Terima kasih untuk taruhan nyawanya demi aku."
Bunda Hani mengangguk dan mengecup kening Gama lembut.
"Sayangi istrimu sepenuh hati ya Nak. Tanpanya kamu nggak akan memiliki buah hati. Sekali lagi selamat ya Sayang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dalam Sentuhan Cinta
RomanceGama itu ganteng, baik, pinter masak, dan kaya raya. Apalagi alasan Naysa untuk tidak jatuh cinta? Diam-diam Naysa tidak bisa menolak rasa nyaman yang ditawarkan oleh pelukan Gama. Ingin didekap terus untuk hari ini, esok, dan nanti.