"Mas Gama mau makan apa malam ini?" tanya Naysa tiba-tiba.
Gadis itu menghampiri Gama yang membuka laptopnya sambil menemani Nisa menonton televisi. Mita sudah pergi ke dapur memilih bahan masakan yang akan mereka olah.
"Kamu," jawab Gama spontan.
Cubitan dari jari cantik Naysa mendarat dengan indah di bagian antara pinggang dan perut Gama. Bicaranya itu lho bikin hati Naysa dag dig dug. Enak sekali Gama bilang begitu di saat hubungan mereka yang masih terkesan dingin begini. Naysa akui ia memang ingin bersanding dengan pria romantis idaman semua wanita. Tapi tidak mesum juga. Bisa temui nanti dirinya jika dimakan Gama terus menerus. Btw, mereka Naysasdih belum lepas perawan. Masih tersegel.
"Apaan sih. Ini aku serius nanya Mas," kata Naysa dengan bibir mengerucut lucu.
Gama tersenyum manis dan tidak terlewatkan oleh mata Naysa. Mana mungkin ia lewatkan pemandangan seindah ini. Suaminya ini sangat tampan apalagi kalau senyum bikin jantung berdetak tidak menentu dan berdebar sesukanya.
Naysa diam saja saat dengan sengaja Gama mendekat dan mengukungnya yang kini semakin bersandar pada sofa. Aroma mint dari hembusan nafas Gama tercium di indra penciuman Naysa. Mata indah Naysa terkunci oleh tatapan memuja Gama. Tangan kanan Gama mengelus permukaan pipi putih Naysa. Mengirim desiran indah pada seluruh tubuh sang istri.
Sambil mempertipis jarak, Gama memiringkan kepalanya sebelum menempelkan bibirnya di atas bibir tipis pink cantik Naysa. Mengecupnya lembut. Tidak ada penolakan dari Naysa membuat Gama semakin berani berbuat lebih. Pria itu melumat bibir Naysa dengan sebelah tangan menggenggam tangan kanan Naysa.
"Mmm ngghh."
Naysa memejamkan mata, entah sadar atau tidak gadis itu mengalungkan tangannya pada leher Gama membuat bibir mereka semakin semangat bercumbu. Saling melumat meski Naysa banyak kesusahan karena belum pernah.
"Uncle ngapain?"
Mati!
Secepat mungkin Naysa melepaskan tautan tangannya dari leher Gama dan mendorong pria itu hingga menjauh dari tubuhnya. Dengan gerakan santai Gama mengucap bibir Naysa dan melabuhkan lagi satu kecupan di sana sebelum berbalik dan mengangkat tubuh kecil Nisa untuk ia ajak kembali menonton televisi.
Naysa mengatur nafas agar kembali normal. Telapak tangan kanannya bergerak menyapa bibir yang tadi beradu dengan bibir Gama. Dalam pikiran Naysa mengapa banyak orang yang menginginkan ciuman? Melakukan ciuman dan mendambakan cumiuman hingga pergulatan lidah?
Sebenarnya apa yang mereka cari dan radaksb dari ciuman itu? tidak bisa menghasilkan keturunan juga sebenarnya apa hebatnya ciuman? Tadi saat Gama mengecup dan melumat bibirnya Naysa tidak merasakan apa-apa selain bingung mengapa harus ada ciuman untuk setiap pasangan. Tidak ada rasa manis karena yang tadi menciumnya bibir lembab Gama bukan permen bertabur gula. Apa orang dewasa begitu ya? Tidak afdhol rasanya usia matang jika tidak saling bentur bibir. Mungkin juga ciuman untuk menunjukkan rasa cinta dan sayang. Membangkitkan gairah atau sebagainya. Naysa jadi takut menghadapi malam hari nanti.
"Eh ... tadi katanya Mas Gama mau makan apa ya?"
Kan? Naysa mendadak lupa tadi Gama ada bilang nggak mengenai makan malam mereka?
Buru-buru Naysa bangun dari sofa berniat menyusul sekarang ikut mengikat rambut boneka barbie milik Nisa."Mas."
Gama mengangkat wajah dan tersenyum jahil dengan sebelah alis diangkat.
"Iya Sayang?"
Sayang lagi. Jujur Naysa mendadak gugup jika dipanggil sayang oleh Gama. Soalnya Gama ini tiba-tiba. Tiba-tiba melamar dan tiba-tiba menikah juga tiba-tiba panggil sayang.
"Jadi mau makan apa?"
Naysa terpaksa mengulang pertanyaan yang sebelum ada adegan kissing dengan si suami tadi.
"Apa aja Yang. Tapi kayaknya di dapur nggak ada tersedia apa-apa deh. Udah aku pesan aja kalau gitu ya," kata Gama.
Naysa tersenyum dan mengangguk lantas kembali mendekat pada Gama. Mendekatkan wajahnya pada telinga Gama untuk sekedar berbisik.
"Makasih Mas."
Inginnya Naysa segera kabur karena khawatir dinilai genit oleh Gama tapi tangannya lebih dulu dicekal oleh sang suami.
"Kamu jangan suka mancing dong. Emangnya udah siap untuk malam pertama?" tanya Gama.
Naysa memalingkan wajah, malu. Mengapa kata malam pertama terdengar horor ya. Malam pertama itu sesuatu banget sepertinya. Padahal ingin menyambut bahagia dalam rumah tangga memang harus bermalam pertama tapi mengapa kesannya sangat horor bagi salah satu pihak. Kebanyakan begitu, kan? Banyak wanita yang tidak tega hati membayangkan adanya adegan malam pertama meski pihak yang yang tersangka sebagai nyamuk berteriak riang ingin segera malam itu tiba.
Sedetik kemudian ia menepuk dada bidang Gama dengan kepalan tangannya. Tidak ada rasa sakit bagi Gama. Pria itu terbahak dan menarik Naysa untuk jatuh ke dalam pelukannya. Yang ada dalam pelukannya ini adalah istrinya. Sudah bertahun-tahun ia jatuh cinta pada gadis ini tapi makin ke sini rasa itu semakin dahsyat. Belum lagi nanti dipupuki usaha cinta keduanya ia semakin yakin jika cintanya dengan Naysa akan tumbuh dengan subur.
Menikmati irama dari detak jantung Gama yang teratur membuat Naysa jadi betah dan nyaman berada dalam posisi seperti ini. Posisi yang di mana ia bersandar santai di dada Gama dengan punggung diusap lembut oleh sang suami.
"Ya Allah Mas!"
Naysa bangkit dengan tidak santai dari posisinya sawt ingat jika di dapur ada Mita yang menunggu kabar darinya. Mita pasti resah menunggu akan memasak apa sedangkan Naysa malah dengan enaknya bermanja pada Gama.
"Ada apa sih? Kayak gitu banget bangunnya," sungut Gama membuat Naysa menunjukkan cengiran malunya.
"Di dapur ada Mbak Mita, Mas. Dia pasti bingung mau masak apa sekarang. Mas cepetan pesan ya biar aku ke dapur dulu siapin alat makannya."
Gama mengangguk dan Naysa mengambil tangan pria itu untuk ia kecup."Maafkan aku Mas."
"Mau aku cium lagi? Kali ini biar kita ke kamar."
Lho? Naysa hanya minta maaf kok malah diajak ke kamar ya? Hehe... Semenggemaskah itu dirinya?
Gama tidak ingat saja jika Naysa sedang haid tapi masih bisa kok bermesraan.
______
KAMU SEDANG MEMBACA
Dalam Sentuhan Cinta
RomanceGama itu ganteng, baik, pinter masak, dan kaya raya. Apalagi alasan Naysa untuk tidak jatuh cinta? Diam-diam Naysa tidak bisa menolak rasa nyaman yang ditawarkan oleh pelukan Gama. Ingin didekap terus untuk hari ini, esok, dan nanti.