Part 8

33.4K 2.1K 13
                                    

Ucapan Naysa yang ingin mengganti baju dengan kaos milik Gama nyatanya hanya angan saja. Karena saat ini ia lebih memilih terlelap dengan posisi miring kanan sambil memeluk guling. Kok ada wangi Gama di guling ini. Hey ... tidak mungkin saling guling ini tidak dicuci setelah sekian lama.

Perlahan Bunda Hani membuka pintu kamar anaknya. Melihat Naysa yang terlelap dengan nafas teratur membuat Bunda Hani mengulum senyum. Perlahan ia mendekat dan meletakkan paper bag di atas meja.

Tadi ia ingin mengantarkan dua pasang piyama untuk menantu tercinta tapi langkahnya tertahan masuk karena mendenger suara Naysa sedang melepas rindu dengan Gama lewat ponsel.
Tidak ingin mengganggu, Bunda Hanin memilih kembali ke dalam kamarnya. Ia pernah berada di fase pengantin baru.

"Semoga akhlakmu secantik wajahmu, Nak. Bunda yakin kamu dan Gama akan bahagia nantinya. Terima kasih sudah bersedia menjadi teman hidup untuk anak Bunda," ujar Hani lembut sambil mengusap rambut Naysa.

Selanjutnya Bunda Hani meninggal kamar Gama.

_____

"Cantik banget ya Mbak menantunya. Wah ... kalau aja belum menikah dengan Gama udah pasti aku lamar uuntuk jadi mantuku, tapi sayang udah dinikahi Gama duluan."

"Rada khawatir juga ya Mbak kalau punya menantu yang bening begini. Pasti banyak yang suka. Itu Gama harus over jagainnya."

"Biasanya kalau menantu cantik itu suka seenaknya lho, Mbak. Sukanya di kamar aja sambil milih-milih skincare."

"Jangan sampai kecantikan wajah dan mulus kulitnya buat Mbak Hani jadi iyain apa kata menantu. Zaman sekarang itu ada hal yang bisa terjadi Mbak, mulai dari menantu yang sesuka hati pada mertua bahkan ada yang tega menjadikan mertua seperti pembantunya. Pokoknya Gama kudu dikasih tau kalau masih ada kewajiban berbakti pada orangtuanya jangan sampai semuanya di atur istri."

Naysa hanya menanggapi dengan senyum tipis dan sedikit ringisan komentar para ibu-ibu teman Bunda Hani yang hari ini arisan. Kata cantik melekat dalam dirinya dan dibalik pujian cantik yang ia terima ada saja hal yang dikorek hingga membuat Naysa menahan nafas ketika mendengar ucapan ibu-ibu ini.

Tidak cukup sampai di situ. Bukan hanya itu yang ibu-ibu ini ujarkan tapi banyak. Bukan hanya cantiknya yang jadi pembahasan, masalah kuliah, istri idaman bahkan sampai pada melayani suami pun dibeberkan di sini padahal Naysa yakin rumah tangga mereka juga tidak semulus jalan tol. Tidak seindah mawar yang mekar.

"Saya senang sekali Gama mendapatkan tambatan hati seperti Naysa. Menantuku ini selain cantik wajahnya juga cantik hatinya. Pilihan Gama semoga tidak salah. Naysa juga tau batasan antara lawan jenis meski banyak yang suka sama dia tapi saya yakin kalau Gama adalah satu-satunya lelaki yang tersimpan di hati Naysa. Hal yang paling saya senangi dari Naysa adalah dia selalu memberikan penghormatan yang layak untuk mertuanya ini."

Usapan tangan halus Bunda Hani terasa hangat di lengan kanannya. Naysa tersenyum manis untuk sang mertua.

"Saya jadi ingin bertemu besan dan mengungkapkan rasa terima kasih yang teramat dalam karena beliau telah melahirkan dan mendidik Naysa sedari kecil. Bahkan sepertinya Gama yang harus banyak belajar untuk bisa menjaga Naysa kedepannya."

Semua mata menatap dengan berbeda pada Bunda Hani. Termasuk Naysa yang tatapannya mulai berkaca.

Bunda Hani mengelus pipi Naysa dan menatap cinta istri dari anaknya itu. Mengirim rasa damai lewat sentuhan di pipi Naysa.

"Naysa juga makasih banget sama Bunda karena udah melahirkan dan membesarkan Mas Gama yang sekarang ini jadi suami Naysa. Terlebih lagi Bunda yang juga menyayangi Naysa meski baru bertemu," jawab Naysa lembut.

Tidak disangka Naysa yang tadinya berniat menjadi teman Bunda Hani untuk mengikuti arisan, sampai di sini malahan Naysa dan Bunda Hani yang menjadi topik perbincangan.

_____

Hari kembali gelap. Malam menyapa dengan penuh kesunyian seorang gadis berambut lurus yang tengah memainkan ponsel dengan tanpa niat. Tiada yang tertarik baginya apa yang dari tadi muncul melaluinl notifikasi di ponsel pintarnya. Naysa hanya ingin ada satu saja pesan dari seseorang yang sekarang ini berada jauh di sana. Orang yang sekarang jadi suaminya. Seharian ini Gama belum ada menghubunginya.

"Apa Mas Gama sibuk banget ya? Tapi ... nggak mungkin dia nggak kasih kabar kalau nggak sibuk. Gue juga nggak boleh berpikiran buruk karena Ayah juga lagi sama Mas Gama."

Naysa meletakkan menyapa lagi ponselnya. Membuka pesan yang terus-menerus masuk ke group chat yang pasti teman kelasnya meributkan masalah tugas dan sebagainya.

"Ayo dong semangat Naysa .... nggak boleh galau-galau karena nggak ada kabar dari Mas Gama. Besok kan dia pulang."

Jantung Naysa tidak berhenti berdetak saat Gama mengatakan akan pulang lebih cepat dari perkiraan. Semua urusan bisnisnya berjalan lancar. Tidak ada kendala yang mendrama di sana. Duh... kira-kira bagaimana ya besok model wajah yang harus Naysa setor untuk pertama kali bertemu sang suami di rumah mertua?

"Kok kebelet pipis ya?"

Kebiasaan Naysa jika tengah gugup pasti ingin bertemu kamar mandi. Ada saja yang ingin dibuang. Ini masih memikirkan bagaimana bila bertemu Gama besok ia sudah harus ke kamar mandi, gimana jika esok hari tiba? Boleh nggak ya, Naysa lelap saja dalam tidur panjangnya tapi bukan mati?

"Aduh...!"

Dalam sekejap saat keluar dari kamar mandi, gadis cantik berambut hitam legam itu terduduk di lantai. Kaki kanannya kepelekok dan rasanya nyesss banget..

"Gila ... ini sakit banget."

Pingin teriak tapi segan ini rumah orang dan sudah sangat malam. Perlahan dengan gerakan pelan dan penuh hati-hati Naysa bangun mendekati ranjang dengan langkah terseok-seok. Wajah meringis dan mata yang sesekali menyipit tanda menahan sakit.
Hemm, coba ada tambatan hati di sini.

Hanya ada fresh care yang bisa Naysa oleskan di pergelangan kakinya. Semoga bangun pagi nanti sudah membaik. Meski besok tidak ada jadwal ke kampus tapi sudah pasti kakinya ingin berjalan ke sana kemari. Dan jangan lupakan jika besok Gama pulang. Cukup hati Naysa yang dag Dig dug, fisik jangan ikut cari perhatian.

Maaf ya Sayang, aku nggak ada kasih kabar hari ini. Jangankan telepon kamu, buka hp aja baru bisa sekarang ini.

Sweet dream love.

Satuan waktu menunjuk ke angka 12. Iya, sudah sangat malam. Naysa berulang kali menghela nafas entah lega atau kesal. Menanti kabar dari seseorang yang kini masuk daftar ke ruang di hidupnya nyatanya tidaklah mudah. Ada rasa khawatir yang mendalam mengapa sampai malam tiba tidak ada kabar.

Baru jemarinya ingin mengetik pesan balasan tapi sayang, gerakan ibu jari itu kalah cepat dengan matanya yang terpejam. Kantuk yang benar-benar tidak bisa untuk ia hindari. Sungguh Naysa butuh tidur dan semoga mimpi indah. Bertemu pangeran tampan sejagat misalnya.


Dalam Sentuhan Cinta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang