Usai sarapan, Gama tidak banyak bicara hanya mengecup kening Naysa yang ia lakukan di depan semua anggota keluarga. Ada yang meneriaki berbagai godaan dan ada juga diam-diam menahan marah.
Naysa yang mengerti akan kerjasama pun memilih ikut merapikan meja makan setelahnya baru pamit pada Bunda Hani untuk menyusul Gama. Bunda Hani tidak melarang dan malah senang sang menantu yang sekarang sudah begitu perhatian pada putranya.
"Ya udah Bun. Naysa ke atas dulu ya," pamit Naysa.
Bunda Hani mengangguk dan memperhatikan Naysa yang berjalan menaiki tangga. Wanita paruh baya itu tersenyum sebelum melangkah ke arah di mana adik-adik dari suaminya berkumpul. Nanti sore rencananya mereka akan kembali pulang ke rumah masing-masing kecuali Tante Linda yang memang akan menginap di sini karena memang ada urusan dengan kantornya yang letaknya dekat dari rumah orang tua Gama ini.
____
Naysa membuka pintu kamar dan mengelilingi dengan penglihatan, tidak ada sosok yang ia cari. Langkahnya semakin dekat ke arah kamar mandi, kosong. Apa Gama lagi ganti baju di walk in closet? Tidak ada salahnya Naysa memeriksa ke sana juga.
"Nggak ada?"
Hati Naysa mulai gundah. Di mana suami baiknya itu? Mengapa tidak ada di kamar? Dengan berat Naysa mendekati balkon kamar. Bibirnya tersenyum melihat Gama yang sedang memainkan ponsel dengan sebelah tangan berada di saku celana yang pria itu kenakan. Pose yang sangat bagus dan Naysa bersyukur ia yang selalu melihat Gama dalam keadaan apapun dan pose apapun.
"Mas."
Gama memasukkan lagi ponselnya ke dalam saku celana dan berjalan mendekati sang istri. Tanpa ba bi bu langsung meraih tubuh mungil istrinya ke dalam pelukan. Menghadiahi puncak kepala Naysa dengan ciuman bertubi.
"Wangi banget," ujar Naysa sambil mengecup dada Gama.
Gama semakin erat mendekap tubuh Naysa. Seolah takut kehilangan.
"Hanya untuk kamu," bisik Gama.
Perlahan Naysa melonggarkan pelukan Gama tapi pria itu tidak melepas belitan tangannya dari pinggang ramping Naysa. Wanitanya mendongak dan Gama menunduk agar dahi mereka saling bersentuhan.
"Pokoknya cuma untuk aku. Awas aja kalau ketauan ada yang lain."
Entah mengapa Naysa merasa nyaman bermanja dengan Gama. Nyaman berpelukan dengan suaminya yang menurut akuannya sudah menaruh cinta dari lama untuknya. Percayalah, dicintai itu rasanya bahagia sekali.
"Kalau nggak ketauan berarti boleh?" tanya Gama dengan nada candaan.
Bug
Kepalan tangan Naysa memukul dada Gama yang pria itu sambut dengan kekehan riang.
"Gitu ya mentang-mentang udah berhasil nyentuh aku beberapa kali terus sekarang mau cari yang lain? Tau deh udah dipake udah nggak rapet gitu ya rasan.... Mmmm."
Gama membungkam bibir sang istri dengan bibirnya. Melumat dengan penuh kelembutan. Siapa suruh istrinya ini mengeluarkan kata-kata yang memancingnya berbuat seperti ini pada Naysa.
Naysa yang terbawa suasana pun mengalungkan tangannya pada leher Gama. Menyambut lumatan sang suami dengan mata terpejam. Mumpung Gama masih belum masuk kantor jadi mereka punya banyak waktu untuk bermesraan.
Bibir Gama beralih pada leher jenjang Naysa dan mencumbunya lembut. Menggendong Naysa dengan bibir yang kembali bertautan ke arah ranjang yang spreinya baru diganti oleh Gama tadi pagi dan yang lama lagi di cuci Bik Sinta.
"Ehhh..."
Naysa tidak tahan untuk tidak mengeluarkan suara erangan saat bibir Gama kembali menyapu kulit lehernya. Mengecup hingga menghisap sampai menghasilkan kissmark kebanggaan Gama.
Desahan Naysa semakin menjadi saat tangan kekar suaminya berhasil meremas sesuatu yang ada di balik baju Naysa. Wanita itu sampai tidak sadar entah sejak kapan Gama berhasil membuka semua kancing kemeja yang ia kenakan. Perlahan Gama membuka baju Naysa meninggalkan bra hitam sebagai pelindung buah dada sang istri.
Baju kaos yang Gama kenakan pun sudah berhasil dilepas oleh Naysa. Mereka berciuman dengan tubuh bagian atas yang hampir polos.
Tok
Tok
Tok
Pasangan suami istri itu saling melempar tatapan saat mendengar suara ketukan pintu. Gama pun dengan sangat terpaksa menghentikan kegiatannya yang tengah memanjakan Naysa. Ada gangguan.
"Naysa ... lo di dalem? Gue pinjem charger hp dong. Punya gue dipake sama Arfin."
Itu suara Afra. Naysa mengelus pipi Gama dan mengecup lagi bibir sang suami dengan singkat tapi mesra.
"Aku temui Afra dulu ya Mas. Nanti balik lagi. Mas tunggu di sini aja."
Kalau sudah merasakan indahnya bercinta seperti sebelumnya maka bukan Gama saja yang selalu merasa ingin tapi Naysa juga. Naysa juga ingin selalu bersama Gama. Meluapkan rasa lewat sentuhan yang nantinya pasti menghadirkan cinta.
"Oke Sayang."
Gama berguling ke samping Naysa. Tersenyum melihat wanita itu meraih kaos abu-abunya untuk dipakai. Kemeja yang tadi dipakai Naysa tergeletak tidak berdaya di lantai dekat meja rias. Saking inginnya bermesraan dengan sang istri Gama sampai tidak sadar melempar jauh kemeja Naysa.
Naysa membuka pintu dan mendapati Afra di depan pintu. Gadis manis itu menunjukkan raut kesal padanya.
"Lama banget sih Nay... Ngapain lo di dalem?"
Naysa memberikan cengiran pada sang sahabat, melirik kiri kanan yang ternyata tidak ada siapa-siapa selain Afra. Setelah charger itu berada di tangan Afra Naysa semakin mendekat pada sahabatnya.
"Habis ini gue nggak keluar kamar dulu ya. Mas Gama minta ditemenin. Tolong kerjasamanya ya sahabatku," bisik Naysa.
Afra menatap jahil pada Naysa dan tersenyum simpul saat melihat kaos yang Naysa gunakan.
"Cieee ... saking keganggunya gue datang sampe salah pake baju ya lo?"
Naysa tersenyum malu. Untuk apa ditutupi, sahabatnya ini pasti tau apa yang ia dan Gama lakukan di dalam kamar.
"Apa sih lo."
"Iya deh yang pingin main tusuk-tusukkan sama Kak Gama. Eh tapi bilang sama suami lo kalau nggak usah pamer tanda di leher lo juga kali."
"Terserah suami gue dong mau buat di mana juga. Udah sana Lo pergi. "
Naysa mendorong pelan bahu Afra untuk menjauhi pintu kamarnya.
Vote dan komen dong❤️❤️❤️
Terus yang belum follow silahkan di follow dulu ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dalam Sentuhan Cinta
RomanceGama itu ganteng, baik, pinter masak, dan kaya raya. Apalagi alasan Naysa untuk tidak jatuh cinta? Diam-diam Naysa tidak bisa menolak rasa nyaman yang ditawarkan oleh pelukan Gama. Ingin didekap terus untuk hari ini, esok, dan nanti.