Part 42

4.4K 230 3
                                    

"Arkan.... sini dong Sayang. Pake bajunya dulu ya..."

Naysa berjalan cepat mengejar Arkan yang merangkak menjauh darinya masih dengan menggunakan Pampers saja. Sudah jam 4 sore dan Arkan baru selesai mandi karena dari tadi terlelap dalam tidurnya. 
Melahirkan anak yang super aktif membuat Naysa sering mengaduh capek pada Gama. Dari awal Naysa memang tidak memakai jasa baby sitter karena ia sendiri yang meminta pada Gama.

Naysa ingin mengasuh dan merawat anak anaknya sendiri dan nanti dibantu oleh sang suami setelah pulang dari kantor. Makin ke sini tingkah Arkan semakin menjadi. Sering kali Naysa dan Gama dibuat kewalahan menghadapi anak mereka. Tapi di balik itu semua, rasa syukur selalu menghampiri mereka.

"Ma ... ma...."

Mainan Arkan yang terdiri dari bahan lembut di dalam keranjang sedang berwarna biru tua itu kembali dikeluarkan oleh tangan mungil Arkan. Sungguh sebelum mengajak Arkan ke kamar mandi tadi, Naysa baru selesai membereskan mainan sang putra tapi ya begitu, tidak sampai satu jam kamarnya kembali berantakan.

Memanggil mama tapi tubuhnya beringsut menjauh dan malah ingin bermain lagi.

"Hap. Akhirnya ketangkep, kan? Ini pakai bajunya dulu ya... biar Arkan nggak masuk angin."

Naysa terduduk di lantai dengan memakai Arkan. Kedua tangannya dengan lihai memakai pakaian Arkan sampai lengkap. Setelah itu tubuh gempal sang putra ia angkat ke udara, membuat suara tawa Arkan terdengar kian nyaring.

"Ganteng banget anaknya mama - papa."

Arkan tertawa riang sambil menikmati tubuhnya yang diterbangkan oleh sang mama.

Pintu kamar dibuka dari luar. Gama muncul dengan penampilan yang jauh dari kata rapi. Kemeja yang lengannya sudah tergulung sampai siku, dasi yang sudah dilepas juga dua kancing kemeja putih itu terbuka. Tas kerja berisi laptop juga jas hitamnya tersampir di kedua tangan.

Bibirnya tersenyum melihat apa yang tersuguh di depan mata. Istri cantiknya sedang mengajak buah cinta mereka bersenda. Posisi Naysa membelakangi pintu dan itu membuat wanita itu tidak bisa melihat kedatangan sang suami. Ia sibuk memberi kecupan diperut putranya yang diangkat ke udara.

"Assalamualaikum kesayangan papa," ucap Gama sambil berjalan ke arah meja di samping  pintu dan meletakkan tas serta jasnya di sana.

Naysa menoleh dan tersenyum melihat Gama. Ia gendong putranya yang masih terkekeh agar mendekat pada sang suami.

"Wa'alaikumussalam, Papanya Arkan udah pulang."

Arkan langsung menjerit dan menggerakkan tangannya seperti meminta digapai oleh Gama.

"Wah anak gantengnya papa kenapa nih?" goda Gama.

Pria itu masih meletakkan tangannya di kedua sisi tubuh. Menggoda Arkan yang menatapnya dengan mata berkaca-kaca sambil merengek di pelukan sang mama.

"Kasian anaknya Mas," kata Naysa setelah mendapat kecupan di kening dari suami.

"Huhu iya Sayang? Kangen sama Papa ya? Sini Nak," ujar Gama.

Arkan berteriak riang setelah berada di pelukan Gama apalagi saat Gama mengecup kedua pipinya.

"Sama Nak. Papa juga kangen sama Arkan. Seharian nggak lihat Arkan tuh rasanya nggak enak," kata Gama.

Gama merangkul Naysa agar mengikuti langkahnya menuju sofa. Di sofa itu mereka duduk berdampingan.

"Nih papa bawa biskuit untuk Arkan. Nggak papa deh kalau nanti cemong, ganti baju lagi."

Arkan mencoba memasukkan salah satu sisi biskuit itu pada mulutnya. Terlihat lucu dan menggemaskan. Putra kesayangan Gama itu ia letakkan di atas karpet tebal di bawah sofa.

"Enak ya Sayang? Makasih papa."

Naysa mengecup pipi kanan Arkan lalu kembali duduk di samping Gama. Mengelus pipi Gama.

"Kalau capek banget lebih baik Mas mandi dulu. Habis itu baru main sama Arkan. Biar aku buatkan kopi, mau?"

Bukannya menjawab, Gama malah memperhatikan wajah cantik Naysa. Rambut wanitanya dicepol asal dengan anak rambut beterbangan di sisi wajah. Tidak ada riasan wajah. Tercium wangi bedak bayi dari baju daster yang istrinya gunakan. Itu semua membuat Gama tersenyuh. Bukan hanya ia yang lelah bekerja di kantor tapi juga Naysa yang karena sibuk mengurus anak mereka sampai wanita itu seakan lupa pada dirinya sendiri. Meski tetap terlihat cantik tapi tetap saja akhir-akhir ini Naysa jadi kurang memperhatikan diri.

"Mas, kok malah liatin aku kayak gitu? Mas nggak nyaman ya, karena aku belum mandi?" tanya Naysa berusaha menjauhkan tubuhnya dari Gama tapi dengan cepat ditahan oleh sang suami.

Lagi, Gama menyentuh kening Naysa dengan bibinya. Membawa sang istri ke dalam pelukannya.

"Kamu juga pasti capek banget ya? Ngantuk juga pasti."

Naysa mengangguk manja. Pada Gama, ia mana bisa berbohong.

"Capek tapi aku bahagia, Mas. Beneran deh."

Gama mengusap rambut Naysa dan mengecup pipi sang istri lembut.

"Makasih ya sudah mau bersusah payah jagain anak kita. Makasih udah sayangi dan rawat dia dengan baik. Semoga Allah selalu melindungi istriku dan selalu memberi kebahagiaan untuk mamanya Arkan ini."

"Aamiin." ucap keduanya.

"Arkan itu anak kita Mas. Harta kita dan sudah sewajarnya aku menjaga harta suamiku jika dia pergi kerja."

"Sekarang kamu mandi duluan deh. Aku jagain Arkan. Nanti habis aku siap mandi baru kamu buatin kopi buat aku."

"Iya Mas."

______

Gama memasuki dapur dan melihat meja makan yang sedang ditata oleh asisten rumah tangganya. Sudah tersedia banyak menu makan malam di sana.

"Ini siapa yang masak Bik?" tanya Gama pada Bik Tia.

Bik Tia menggeser tubuhnya yang sudah selesai mengisi dua gelas air bening itu.

"Yang masak ini semuanya Non Naysa, Den."

Gama mengerutkan dahi. Padahal istrinya sudah lelah mengurus anak. Baju-baju mereka juga tampak rapi di walk in closet tad, ia yakin Naysa yang merapikan pakaian mereka juga pakaian Arkan. tapi mengapa memaksakan diri untuk masak?

"Pantes dia capek banget keliatannya," gumam Gama.

"Dicariin di ruang kerja nggak ada. Eh rupanya di sini?"

Suara sang istri menyapa gendang telinga Gama. Pria itu berbalik dan memberikan senyuman manis pada Naysa.

"Arkan mana?" tanya Gama karena Naysa datang ke dapur tanpa putra mereka.

"Habis mamam langsung bobo."

Naysa duduk di kursi samping Gama dan saat tangannya akan mengambil sendok tapi ditahan oleh sang suami. Lewat tatapan Naysa Bertanya.

"Aku akan yang taro. Kamu siapin aku ya. Biar nggak banyak ngotorin piring kita makan satu piring berdua aja," kata Gama.

Tanpa banyak protes Naysa mengangguk. Meski sudah punya anak tapi keduanya masih tetap dan selalu terlihat romantis. Gama yang selalu ingin membahagiakan Naysa dengan segala yang ia punya tidak ingin melihat Naysa susah dan Naysa yang ingin membuatnya suaminya bahagia dengan berusaha menjadi istri yang baik dalam melayani suami.

Dalam Sentuhan Cinta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang