zehn

106 9 3
                                    

"Ini ekspedisi pertama kalian, bukan? Bagaimana perasaan kalian, eh?" Tanya Rika kepada Eren dan kawan kawan, pagi ini mereka sedang berada di ruang makan. Untuk sarapan tentu saja!

"Hmm, aku agak gugup dan takut. Tapi... Juga tidak sabar!" Ucap Armin menunduk.

"Karena ini ekspedisi pertama kita, aku akan berusaha melakukan yang terbaik!" Ucap Jean dan berdiri, membuktikan tekadnya.

"Kuharap kau tetap hidup, sampai kita tiba ke kota lagi, Jean!" Ucap Eren berkata tegas menatap Jean.

Jean yang mendengar perkataan Eren seperti itu, merasa tersinggung dan segera menarik kerah baju Eren.

"Oi teme! Apa maksud perkataanmu itu, hah!? Jadi kau sudah menyumpahi, aku akan mati saat ekspedisi nanti, begitu?" Ucap Jean beeteriak tidak terima.

Eren segera bangkit berdiri "hah!? Aku padahal aku berharap agar kau tetap hidup, dari awal sampai akhir ekspedisi nanti, apa ada yang salah!?" Ucap Eren balik tidak terima.

"Tapi perkataanmu itu seolah olah ingin aku mati tau!" Ucap Jean kesal.

"Yaampun, sudah sudah! Kalian ini bersahabat, tapi sering bertengkar ya?" Ucap Petra geleng geleng kepala, menengahi pertengkaran mereka.

"Aku tidak mau bersahabat dengan seorang bocah titan sepertinya." Ucap Jean pelan, tapi masih dapat didengat oleh Eren.

"Hah? Apa? Apa katamu, dasar muka kuda!" Eren meledak lagi.

"Siapa yang muka kuda, sialan!?" Balas Jean mengelak.

Connie dan Reiner yang mendengarnya, menahan tawa mereka, dan terkekeh pelan.

"Hoi kalian juga! Apa yang kalian tertawakan hah!?" Jean memekik garang kepada keduanya.

Mereka lainnya yang melihat adegan perkelahian itu, hanya menggeleng geleng kepala. Tidak heran lagi..

Mikasa bahkan hanya diam, masih sambil menyantap makanannya. Tidak mempedulikan perkelahian bodoh itu, ia sudah lelah untuk menengahi dan lebih memilih untuk fokus pada makanannya.

"Mikasa bisa aku minta rotimu?" Tanya Sasha dengan puppy eyesnya membujuk.

Tiba tiba pintu terbuka, memunculkan kedua sosok yang tengah berjalan masuk sambil beriringan.

"Oi! Bukankah itu Rolan-san dan Nyx-san? Apakah mereka berpacaran?" Bisik Connie kepada teman temannya.

"Apakah kita panggil mereka duduk bersama saja?" Tawar Armin.

"Tidak! Tidak usah! Biarkan mereka berdua saja!" Ucap Rika menggeoeng cepat.

"Eh?" Armin menatap bingung ke arah Rika.

Mereka pun mengalihkan pandangan ke arah Nyx dan Rolan yang baru saja masuk.

"Wah benarkah begitu Rika-san? Herrik-san? Aku jadi cemburu." Bisik Jean bertanya.

"Hmm, mereka tidak punya hubungan sama sekali." Ucap Herrik menggeleng.

"Eh, benarkah begitu?" Tanya Christa.

"Ya.. Sebenarnya hanya dipihak Nyx saja. Gadis itu sangat sulit didekati, bahkan kita saja yang sudah bersama selama lima tahun, masih sering kesusahan untuk mengajaknya berbicara dalam keadaan santai seperti ini." Sambung Rika membuang nafas berat.

"Jadi, itu berarti Rolan-san belum mengambil tindakan ya?" Tanya Armin ikut penasaran.

Rika menggeleng pelan. "Si bodoh itu kelihatannya saja pemberani, tapi kalau soal masalah yang seperti itu, lemah sekali!"

𝐃𝐄𝐈𝐍𝐄 𝐀𝐍𝐖𝐄𝐒𝐄𝐍𝐇𝐄𝐈𝐓 | 𝐑𝐄𝐈𝐍𝐄𝐑 𝐁𝐑𝐀𝐔𝐍✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang